Chapter 28

180 8 0
                                    

Rise merasa tubuhnya gemetar karena marah. Kedua tangannya tergepal erat sehingga urat-urat lengannya menonjol ke permukaan. Satu minggu telah berlalu dengan cepat, setelah kejadian Zilly mendatanginya dalam keadaan marah saat itu, video pertengkaran mereka tersebar dengan cepat. Entah siapa yang merekam dan menyebarkannya, namun saat ini tak hanya dia dianggap sebagai penyuka sesama jenis, namun karirnya diambang kehancuran.

Beberapa sutradara membatalkan syuting dengannya padahal dia sudah menandatangani kontrak. Bahkan syuting yang sedang ia lakukan terpaksa dibatalkan dan digantikan dengan aktor lain. Wartawan ada dimana-mana, setiap kali dia berjalan ada banyak pasang mata yang menatapnya menjijikkan. Seumur hidup, karirnya yang baik-baik saja langsung dihancurkan seketika oleh berita palsu. Meskipun Oshep tahu artisnya itu normal, tapi dia tidak bisa membantu karena rumor itu lebih dipercayai oleh orang-orang.

Terlebih lagi sudah satu minggu ini Zilly menghilang secara tiba-tiba. Dia sudah berkali-kali mendatangi rumah mereka, namun rumah itu selalu kosong setiap kali dia datang. Tak hanya itu, bahkan Bhira yang dekat dengan Zilly saja sudah tak bisa menghubungi perempuan itu. Entah dimana keberadaannya.

"Ini tidak bisa dibiarkan," Oshep berkata setelah sekian lama diam. "Jika terus begini, aku juga mungkin akan kehilangan pekerjaanku."

"Bukankah kamu sudah bertemu manajer Zilian? Tanyakan padanya dimana keberadaan artisnya itu." Rise menggebrak meja dengan marah membuat Oshep terkesiap kaget.

Dia menelan ludah dengan gugup dan menjelaskan: "Aku sudah bertemu dengannya. Dia bahkan tidak tahu kemana Zilian pergi, dia menelepon bahkan mendatangi rumahnya, namun tidak menemukan keberadaan Zilian dimanapun."

"Sial!" Rise memukul meja untuk kedua kali, "Aku harus segera menemukannya. Bahkan jika Zilian menghilang, aku harus menemukan bukti lain."

"Ya, ya, kita harus mencari bukti agar rumor itu terpatahkan. Meskipun awalnya aku sedikit ragu saat melihat kedekatanmu dengan Zilian." Gumam Oshep diakhir kalimat yang langsung mendapat tatapan tajam dari pihak lain, Oshep buru-buru menjelaskan, "Ma-maksudku aku tahu kamu tidak seperti itu. Bahkan jika kamu menyukai laki-laki, seharusnya itu sudah ketahuan sejak dulu, kan?"

Mata Rise menyipit, Oshep menggerakkan tangannya kelabakan, mengelak. "Ti-tidak! A-aku bercanda hehe."

"Aku tidak menyukai laki-laki, aku hanya mencintai satu orang."

"O-oh."

"Tidak percaya?"

"A-aku percaya. Sangat mempercayaimu ehehe."

Rise mengatupkan giginya, pandangannya jatuh kebawah saat dengan nada lemah dia berkata: "Aku hanya mencintai satu orang setelah sekian lama. Dan perasaan itu tidak akan berubah meskipun dia membenciku."

Mata Oshep membelalak, dengan penuh kebingungan bertanya, "Si-siapa gadis itu, apakah seorang selebriti?"

"Bukankah kamu sudah pernah mendengarnya?"

"Benarkah?" Tanya Oshep sembari mengingat-ngingat. "Kapan?"

Rise menatap Oshep beberapa detik. Tidak ingin menjelaskan lebih jauh, Rise bangkot dari duduknya diikuti oleh Oshep. Rise memasang topi, masket dan mengenakan jaket tebal untuk melindungi dirinya dari wartawan atau fans.

"Aku akan pulang, secepatnya tolong temukan bukti-bukti itu, apa kamu mengerti?"

"Ta-tapi..." Oshep ragu, ketika Rise menatapnya, Oshep tidak berani membantah dan mengangguk dengan patuh.

Rise menyetir untuk pulang. Namun ditengah perjalanan dia mengubah jalur menuju kerumah Zilly. Walau bagaimanapun mendatangi rumah itu sudah menjadi rutinitasnya berharap dia akan melihat salah satu penghuni dari rumah itu membuka pintu untuknya. Karena setiap kali dia datang, rumah itu selalu tertutup dengan rapat seolah tak berpenghuni.

RISE: Aku (Bukan) Penggemar [END]Where stories live. Discover now