Chapter 12

248 17 0
                                    

[Rise:Hubungan Dua Bayi]

🐞🐞🐞

Suasana diruang makan itu sepi dan hening. Hanya terdengar suara Rengga yang mengoceh tidak karuan dipangkuan Rise. Bocah itu sangat senang, dengan kehadiran Rise. Dia berlari dan langsung menubruk kaki tebal laki-laki itu dan memeluknya dengan erat seolah tak ingin melepaskan. Zilly sakit kepala. Bocah itu cepat sekali menempel padahal mereka baru bertemu dua kali.

"Paman, lengga tidak ingin makan lagi. Cudah kenyang." Bocah itu mendorong sendok yang siap meluncur kedalam mulutnya. Menutup mulut dengan tangan mungil dan menggelengkan kepalanya menolak.

"Rengga, lain kali makan dengan tenang dikursimu. Tidak perlu mengganggu Paman Rise makan." Tegur Dirly yang lelah menasehati cucunya sedari tadi.

Sejak Rengga memeluk Rise, bocah itu tak ingin lagi dilepas dan menghindari tangan yang lain untuk mengambil tubuh kecilnya. Dirly berkali-kali menyuruh Rengga duduk dikursi bayinya, tapi dia menolak dengan tegas dan memanjat tubuh Rise untuk menempatkan hak. Rise tak marah, dia juga sangat menyukai anak-anak, Fabby menempel padanya, anak-anak lain juga begitu, kecuali si Runako Junior yang terus menghindarinya tanpa sebab.

Menanggapi perkataan Dirly sambil tersenyum, Rise berkata; "Tidak apa-apa, Paman. Saya tidak merasa terganggu."

"Bocah itu tidak biasanya menempel pada orang baru. Apa sebelum ini kalian pernah bertemu?"

"Kami bertemu di lokasi shooting."

Dirly berohria dan mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Kemudian ruangan kembali hening, Rengga masih betah duduk berlama-lama dipangkuan Rise sambil menyandarkan tubuh gempalnya didada bidang laki-laki itu. Terlihat nyaman sehingga merasa kelopak matanya mulai terasa berat.

Disela-sela makan, Rise dengan sengaja mencuri-curi pandang ke arah Zilly yang makan dengan tenang sambil menatap piring dengan fokus, tak menyadari lirikan Rise. Dia telah mengabaikan pemuda itu sejak mereka masuk ke rumah. Zilly pikir Rise akan langsung pulang setelah mengusir Jehan, tapi tiba-tiba dia melihat Zilian membawa Rise masuk. Adiknya itu juga tak segan untuk menawarkan makan bersama padanya. Zilly hampir saja memuntahkan segala gerutuan sebelum tiba-tiba menyela dan menerima tamu itu dengan senyum ramah.

Apa-apaan! Padahal setelah dipikir-pikir sebelumnya ketika Zilly membawa teman laki-laki ke rumah, Dirly tidak pernah memperlihatkan sikap ramahnya pada mereka. Sekarang giliran dia tidak mengundang Rise, sikap Dilry malah berubah ramah, dia menyambut Rise dengan senang hati.

"Jadi ... kamu aktor ya seperti Zilian?" Dirly bertanya setelah sebelumnya Rise memperkenalkan diri sebagai teman Zilian di lokasi shooting.

"Benar, Paman."

Zilian tiba-tiba menyela dengan nada antusias memperkenalkannya. "Ayah, Tuan Rise ini adalah aktor papan atas, dia sangat terkenal dan ada banyak penggemar yang selalu mengerubunginya setiap waktu. Selain itu, Ayah tahu? Tuan Rise dulunya adalah seorang koki. Karena dia mengikuti sebuah ajang perlombaan memasak, ada banyak orang yang menonton tiba-tiba menjadi penggemarnya. Dia juga memiliki hampir belasan cabang restoran di beberapa wilayah. Juga, wajahnya selalu terpampang dimana-mana. Jika aku tidak salah, ada papan reklame besar diseberang rumah sakit, itu wajah Tuan Rise."

Dirly terkekeh mendengar cerita putranya yang antusias, berbeda dengan ekspresi Zilly yang kini melongo mendengar adiknya bercerita. Zilly hampir lupa Zilian salah satu penggemarnya yang nekad terjun kedunia hiburan karena terinspirasi dari sesosok Rise.

"Bagaimana kamu tahu semua itu?" wajahnya tenang, namun Rise penasaran darimana Zilian tahu semua rahasia sekecil itu? Dia tidak menyembunyikan tentang masa lalunya kepada semua orang, tapi orang-orang yang baru mengenal Rise tidak akan pernah tahu tentang hal itu terkecuali fans lamanya. Rise curiga diam-diam Zilian ternyata penggemarnya, makanya dia bertanya.

RISE: Aku (Bukan) Penggemar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang