Chapter 10

298 16 2
                                    

[Rise: Setelah Badai, Lalu Muncul Pelangi]

🌹🌹🌹

"Paman lihat, lengga punya banyak mainan." Suara susu milik Rengga menggema saat Zilian baru membuka pintu.

Pemuda itu tertegun menatap berbagai macam mainan berserakan dilantai. Bocah itu memegang sebuah mobil mainan lalu berjalan ke arah Zilian untuk ditunjukkan kepadanya.

"Kakak, apa kamu membeli semua mainan ini?" Zilian mengambil mobil yang diberikan Rengga kepadanya. Kemudian bocah itu kembali berlari kesana untuk mengambil mainan lain dan memberikannya kepada Zilian. Dia ingin menunjukkan segala jenis mainan yang didapatkannya kepada Zilian.

Zilly muncul dari dapur dengan sepiring buah yang telah dipotong-potong dadu olehnya. Lalu menjatuhkan bokongnya diatas sofa, menjawab, "Tidak, itu pemberian dari teman barunya."

Dahi Zilian mengernyit, dia melangkah ke arah sofa, menghempaskan tubuh lelahnya disamping sang kakak. "Kenapa banyak sekali?"

Zilly juga tidak mengerti kenapa Rafa dengan borosnya membelikan banyak mainan untuk Rengga. Setelah keluar dari toko ice cream, Bhira mengajak mereka untuk berjalan-jalan karena saat itu Bhira memang berniat mengajak putranya berkeliling untuk menepati janji. Zilly ingin menolak, tapi Rengga telah lebih dulu berjalan memasuki mobil mewah bersama Rafa dibelakangnya.

Mereka mengitari kota, makan siang di restoran kemudian mengajak kedua anak itu menjelajahi kebun binatang. Rafa ada disisinya, menjaga Rengga dengan sangat baik seperti seorang kakak. Bhira dan Zilly hanya berjalan dibelakang mengawasi anak-anak itu sambil sesekali tertawa saat menceritakan beberapa lelucon kecil.

Lalu saat akan pulang, Rengga menangis keras dan tidak mau melepaskan tangan Rafa. Dia ingin terus bermain tapi sudah saatnya mereka pulang. Zilly sangat khawatir karena dia akan merepotkan Bhira, tapi kemudian Rafa menawarkan diri untuk membelikan Rengga mainan dengan uang tabungannya sendiri. Zilly menolak. Tapi Rafa benar-benar pembicara yang baik sehingga pada akhirnya Zilly mau tak mau terhasut dan membiarkan Rafa melakukan apa yang dia inginkan.

Rafa membawa Rengga berkeliling mall ditemani oleh supir, sedang Zilly dan Bhira hanya duduk disebuah foudcourt sambil mengobrol. Tapi tiba-tiba dia sangat terkejut melihat kedua tangan sang supir penuh oleh barang belanjaan. Zilly merasa sungkan, tapi Bhira tidak keberatan. Begitulah awal mula bagaimana Rafa bisa mendapatkan mainan sebanyak itu.

"Aku sudah mencoba menghentikannya, tapi ..." Zilly mengangkat kedua pundaknya menyerah.

"Paman, ayo belmain, ayo ..."

"Baik, baik." Zilian turun dari sofa dan duduk diatas karpet, "Apa yang akan kita mainkan terlebih dahulu?" telunjuknya mengetuk dagu sembari menelisik satu persatu mainan yang ada didepannya.

Rengga mengangkat sebuah action figure superman ke udara. Lalu berkata, "Aku ingin jadi supelmen!"

"Baik, kalau begitu Paman akan menjadi zombie nya krrkrrk,"

"Tidaaaak! Ada jombiee!" Rengga berlarian sambil tertawa riang.

Zilly mengikuti permainan dan meringkuk diatas sofa berpura-pura ketakutan, "Zombie itu akan memakan Bibi, Aaaa superman, tolong selamatkan Bibi!"

"Krrrkrrrk aku akan memakan tubuh manusia yang penakut," Zilian berjalan terpatah-patah dengan leher yang miring dan membuat dirinya seperti zombie yang dilihatnya di TV.

"Aku akan menyelamatkan Bibi, pelgilah jombie jelek hush ... hush ..." Dia berdiri didepan Zilly dan mengusir Zilian layaknya superhero.

"Aku takut pada superman, dia sangat kuat dan aku kalah aaarrgh!"

RISE: Aku (Bukan) Penggemar [END]Where stories live. Discover now