Lora dan camer

548 77 3
                                    

Asya baru saja keluar dari kelasnya, dia baru menyelesaikan kelas paginya.

“Hai.”

Sapaan itu membuat Asya menoleh kebelakang, dan terlihat gadis berambut pendek, berkulit putih cerah, lebih tinggi darinya berjalan mendekati nya.

“Lo manggil gue?” tanya Asya sembari menunjuk dirinya sendiri.

Gadis berambut pendek itu tersenyum dan mengangguk.

“Iya, kita satu kelas tapi gak pernah tegur sapa. Kenalin gue Karisa, kalo Lo?” tanya gadis yang mengaku bernama Karisa itu.

“Gue Asya, sama kenal.”

Karisa tersenyum lembut pada Asya, senyum itu menular pada Asya.

“Mau Kekantin bareng?” tawar Asya pada Karisa.

“Boleh, yuk.”

Keduanya berjalan menuju kantin, sepanjang jalan keduanya bercengkrama seakan keduanya sudah mengenal lama.

Asya senang dengan Karisa karena pembawaan gadis itu yang periang dan mudah tersenyum.

“Gue denger Lo lagi deket sama Gerhana ya? Anak studi Fisika itu,” tanya Karisa.

“Oh itu, gak kok. Gue sama kak Gerhana cuma temen biasa,” jawab Asya seadanya.

Mereka tiba di kantin, namun sebelum mereka tiba di kantin mereka melewati lapangan dan terlihat sepasang kekasih tengah bercanda di sana, dan Asya sangat kenal dengan mereka.

“Mereka cocok ya,” ujar Karisa pada Asya, membuat Asya menoleh padanya.

“Siapa?”

“Itu yang deket lapangan, cocok kan? Serasi banget juga.” Asya hanya diam tak menanggapi lalu berjalan duluan meninggalkan Karisa yang tersenyum di belakangnya.

Tiba di kantin, Asya dan Karisa memesan bakso dan es teh.

Asya membuka instagramnya dan Karisa tersenyum melihat itu karena tepat pada saat Asya membuka aplikasi tersebut, postingan yang pertama kali muncul adalah postingan milik Garel.

Disana terlihat Lora bersama Garel dengan foto berbagai gaya, mulai dari yang terkalem sampai yang paling konyol.

“Wah, Lo juga follow ig nya Garel ya?” tanya Karisa membuat Asya menoleh padanya.

“Iya, kenapa? Lo kenal Garel?” tanya Asya.

“Hahah, iyalah jelas lah gue kenal. Garel itu temen Deket gue waktu kecil, kita pisah waktu masuk SMA. Itu tunangannya ya?” tanya Karisa.

“Iya, dia Lora. Sahabat sekaligus sepupu gue,” jawab Asya kembali menscroll postingan lainnya.

“Iya, iya. Gue sering sih liat Garel ngepost foto dia, gue juga follow ig dia kok. Cantik sih, tapi beberapa kali gue SG nya keliatan agak bar-bar ya,” ujar Karisa.

“Dia emang gitu,” jawab Asya terkekeh.

“Hahah, tapi nih ya menurut dari sudut pandang gue sebagai sahabat nya Garel nih. Dia itu gak cocok sama Garel," ujar Karisa sembari menyendokkan pentol bakso kedalam mulutnya.

“Maksud Lo?” tanya Asya menoleh pada Karisa yang masih tertunduk, dengan seringai.

“Ya Lo pikir aja, Garel itu cool, cuek gitu, dia juga kalem anaknya. Beda banget sama sama si Lora Lora itu, kek bertolak belakang gitu sifatnya. Kalo menurut gue sih cocokan Garel sama Lo,” ujar Karisa tanpa menoleh pada Asya.

Asya terdiam, lalu kembali menatap layar ponselnya yang menampilkan foto Garel dan Lora.

_____

Saat ini Lora tengah berada di kediaman keluarga Garel.

“Lora suka banget masak ya?” tanya Viona, Bundanya Garel.

“Dulu iya, tapi sekarang gak di bolehin sama Mami buat masak.”

Lora tidak berbohong, di kehidupan sebelumnya Lora memang selalu masak, tapi sejak jadi Lora dia tidak pernah lagi menyentuh alat dapur.

“Berarti pandai masak ya.” Lora hanya mengangguk sambil terkekeh.

“Bunda tuh seneng banget punya calon mantu kayak Lora, udah cantik, anaknya periang, baik, gak sombong lagi.” Lora tertawa mendengar pujian dari Viona.

“Aduh Bunda, jangan gitu mujinya. Nanti Lora terbang loh,” sahut Lora membuat Viona ikut tertawa.

Keduanya saat ini tengah masak untuk makan siang.

Garel? Dia sedang tidur siang.

Ayah Garel? Masih di kantor.

“Bunda tuh seneng Ra kalo kamu main kesini, Bunda jadi punya temen ngobrol. Ayahnya Garel itu jarang ngomong, nah Garel itu tulen turunan Ayahnya, cuek-cuek gitu. Ya walaupun kalo sama bunda itu manja banget,” ujar Viona sambil mengiris bawang putih.

“Beda banget ya Bun kalo di rumah Lora tuh, selalu rame. Apa lagi Lora kan gak bisa diem, selalu berantem sama abang-abang Lora.” Viona tersenyum mendengar cerita Lora.

“Masukin langsung aja Ra bawang irisnya,” titah Viona.

“Bunda kenapa gak mau punya dedek lagi? Kan jadi rame rumahnya,” ujar Lora sambil menumis bawang iris dan cabai iris.

“Kamu nih, Bunda udah tua Ra. Biar rumah nya rumahnya rame kamu dong yang kasih Bunda cucu,” sahut Viona sambil mencuci kangkung yang sudah di potong.

“Hahaha, cucunya duluan mau Bun?” tanya Lora sambil tertawa.

“Huhs! Maksud Bunda itu nikah dulu Ra, bukan cucu duluan. Itu sih mauan kamu,” jawab Viona dan di sambut gelak tawa oleh Lora.

“Asik banget kayaknya.” Keduanya menoleh ke arah pintu.

“Udah bangun Bang, cuci muka dulu sana.” Garel mengangguk dan langsung berjalan mendekati wastafel tempat Viona mencuci kangkung tadi.

“Tumis kangkung ya Bun?” tanya Garel dan di angguki oleh Viona.

“Kamu bisa masak Ay?” tanya Garel pada Lora.

“Bisalah! Meragukan aku banget kamu nih, awas aja kalo kamu makan nanti ya masakan aku!”

Viona terkekeh mendengar ancaman Lora sedangkan Garel hanya bisa cengengesan.

“Gak gitu Ay, aku tanya aja barusan.” Lora hanya mendengus mendengarnya.

“Udah sana, kamu tuh dari pada disini. Mending sapu rumah kek, ngepel kek, apa kek.” Garel menggaruk tengkuknya yang gak gatal.

Garel keluar dari dapur namun bukan melaksanakan ucapan Lora tadi melainkan duduk di depan tv.

Dasar cowok_-

“Bunda seneng deh liat Garel sama kamu, dia gak keliatan dingin gitu.” Lora terkekeh mendengarnya.

“Udah Mateng nih Bun, taro dimana?” tanya Lora.

“Masukin ke mangkuk itu aja Ra.”

Akhirnya semua masakan mereka selesai bertepatan dengan Ayah Garel pulang.

Mereka menikmati masakan Lora dan Viona dengan khidmat, Garel akui Lora memang pandai dalam memasak. Garel tersenyum menatap Lora yang lahap makan masakannya sendiri.

Jiwa yang Tersesat 2Where stories live. Discover now