14. 24323

4.9K 479 32
                                    

Asya menatap sengit gus Afzal. "Iya!"

Gus Afzal mengulum bibirnya, menggigit pipi bagian dalam, guna menahan sebuah senyuman yang hampir terbentuk sempurna.

"Cemburu, Zil?" tanyanya sekali lagi.

Asya diam. Membuat gus Afzal tidak bisa menahan tawanya. Ekspresi Asya saat seperti ini benar-benar menggemaskan.

Melihat gus Afzal yang tertawa, Asya kembali mendengus kesal. Ia membalikkan badannya, memunggungi gus Afzal. Lalu menutup seluruh badannya dengan selimut rumah sakit.

Ia merutuki mulutnya yang tidak bisa di rem. Cukup lama. Tawa gus Afzal masih terdengar di telinganya. Entah apa yang lucu. Ia kesal, lalu menendang selimut yang Ia pakai.

"Gus diemmm!!!" pekiknya tertahan.

Gus Afzal berdehem setelah berhasil meredakan tawanya. "Iya, maaf,"

"H--"

Tok tok tok

"Permisi, mbak Asya, ini makannya, jangan lupa dimakan, obatnya juga harus di minum, yaa," kata suster yang baru memasuki ruangan.

"Terimakasih, Sus,"

"Sama-sama. Kalau begitu, saya permisi."

"Sus!"

"Iya, mas?"

"Saya boleh minta tolong?" tanya Gus Afzal.

"Minta tolong apa, mas?"

"Tolong tunggu disini, sampia Umi saya kembali? Saya takut khilaf kalau berdua dengan gadis manis di satu ruangan."

Asya mendelikkan matanya, "Astaghfirullah, Gus Afzal!!!!" geramnya.

Gus Afzal kembali tertawa, "bercanda, Zil,"

Suster itu terkekeh mihat tingkah Gus Afzal dan Asya. "Maaf, mas. Tapi saya masih harus ngurusin pasien lain,"

"Sebentar aja kok, sus. Beneran deh ga bohong," timpal Asya.

"Yasudah,"

"Makanannya dimakan, mbak," ujar suster kala melihat makanan yang belum disentuh.

Asya mengangguk, lalu meraih satu piring bubur dengan sayur. Asya mulai memakannya. Hingga habis tak tersisa.

"Nah, sekarang minum obatnya." titah Suster.

Asya menggeleng pelan. "Nanti, sus."

"Kalau nanti terus, kapan sehatnya, mbak?"

"Minum obatnya, Zil," timpal Gus Afzal.

Asya tetap menggeleng. Mulutnya terasa sangat pahit. Dan jika Ia meminum obat, pasti akan bertambah pahit, pikirnya.

Ceklek

"Assalamualaikum, eh ada suster,"

"Waalaikumussalam,"

"Ada apa? Kok rame sekali," tanya Umi yang sudah duduk di kursi dekat brankar.

"Asya ga mau minum obat, Umi." sahut Gus Afzal.

Umi tersenyum. Mengusap lembut kepala Asya yang tertutup hijab. "Minum obat, ya? Kalau ga minum, nanti Umi kasih tau Umma kamu kalau kamu masuk RS."

"Jangan kasih tau, Umma, Umi,"

"Makanya. Minum obat, Zil!" timpal Gus Afzal.

Asya menatap sinis Gus Afzal. Ia masih kesal karna Gus Afzal menertawakannya tadi.  "Gus itu gak di ajak. Jadi diem aja!"

ASTAGHFIRULLAH, GUS AFZAL! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang