" Assalamualaikum, " ucap mereka bersamaan.

" Waalaikumussalam "

Xavia tidak mempedulikan mereka yang baru saja datang dan hanya fokus pada makanan yang dibawakan oleh John.

" Daddy membawakan ini untukku? " tanya Xavia dengan binar matanya yang terlihat begitu bahagia.

" Untuk putri manja daddy seorang, " jawab Anthony.

" Thank you daddy, " pekik Xavia dengan antusias.

" Sudah tugas daddy, sayang, " sahut Anthony mengelus lembut pipi mulus Xavia.

" Xavia, bukankah saya menyuruh kamu setoran ke ustadzah Syafa sehabis isya? " sahut Gus Varo yang spontan membuat semua orang mengalihkan atensinya kearah lelaki itu.

" Gus, saya lapar nanti saja ya, " jawab Xavia bernegosiasi.

" Akan saya tambah jika kamu membantah, " tegas Gus Varo.

" Gus baru menyebalkan, " lirih Xavia.

" Kamu membuat onar, Xavia? " tanya Anthony tajam.

" Bukan dad, Gus baru itu saja yang terlalu berlebihan, " elak gadis itu.

" Gus Varo, Xavia, " timpal ummah.

" Apalagi yang kamu perbuat? " tanya sang ayah menginterogasi.

" Tidak ada dad, lupakan saja, " alih gadis bermarga Alber tersebut.

" Tapi saya tidak melupakan hukuman untuk kamu, " sela Gus Varo membuat Xavia bertambah kesal.

" Lihatlah! daddy dengar, bukan? Xavia mau pulang. disini tidak betah, " rengek Xavia.

" Kamu tinggal menyesuaikan diri tanpa memberontak, itu saja, " balas sang ayah tanpa mempedulikan rengekan putrinya.

" Aku jadi menyesal berada disini. sangat menyebalkan, " sungut Xavia.

" Kamu harus menanggung semua konsekuensi atas perbuatan kamu dengan sungguh-sungguh bagaimanapun juga, " ucap Gus Varo.

" Iya percaya, si paling bertanggungjawab, " sindir Xavia.

" Xavia, your attitude! " tegur Anthony yang terlihat tidak suka akan tingkah tidak sopan Xavia.

" Sudah pak, sebaiknya kita akhiri saja sampai disini, " sahut Gus Mahen menengahi mereka.

" Saya sungguh minta maaf, " sesal Anthony.

" Tidak apa, sebaiknya kita pergi makan malam bersama "

" Saya rasa tidak perlu kyai, saya langsung pulang saja, " tolak Anthony dengan sopan.

" Kenapa daddy pulang? " tanya gadis itu dengan nada terdengar tidak suka.

" Jika pak Anthony pulang sekarang, takutnya terlalu malam dan akhirnya terburu tidak makan malam jika tiba di kediaman, " bujuk Gus Mahen.

" Pak Anthony turuti saja kemauan keluarga saya. anggap saja jamuan untuk menyambut tamu, " timpal Gus Arsha yang sedari tadi diam melihat saja.

" Maaf merepotkan, " ujar Anthony merasa tidak enak.

" Bukan masalah besar nak, " balas kyai Alif.

Setelah perdebatan yang cukup panjang itu, akhirnya mereka memutuskan untuk makan malam secara bersama-sama.

Dengan lahap Xavia memakan Nasi biryani dan iga sapi bakar kesukaannya sampai terlihat jam sudah menunjukkan pukul delapan malam lebih dua puluh menit yang dimana waktunya Xavia harus berpisah dengan ayahnya lagi.

" Daddy yakin tidak membawaku pulang? " tanya Xavia tersenyum kecut.

" Tidak, bersikaplah dengan baik selama kamu berada disini! "

" Iya, tapi aku tidak janji, " lirih gadis itu sedih.

" Terserah kamu. daddy pulang dulu ya. assalamualaikum, " pamit Anthony.

" Waalaikumussalam, " jawab mereka bersama.

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. mungkin inilah gambaran yang cocok untuk keadaan Xavia saat ini. rasa sedih mulai menyeruak kedalam ruang hatinya semenjak Rolls-Royce yang membawa daddy nya itu pergi menjauhi kawasan pesantren Al Hafiz.

" Terus sekarang harus melakukan apa? " tanya Xavia kepada dirinya sendiri.

" Sekarang ada jadwal baca kitab ya? mending tidur, " gumam Xavia melengos pergi.

Setelah mengatakan itu, kaki jenjangnya melangkah mendekati asrama putri.

•••

Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih tiga menit yang berarti jadwal baca kitab di masjid sudah selesai.

" Assalamualaikum "

" Astagfirullah, bukannya belajar kitab malah tidur," ucap Nadin menatap tidak percaya gadis didepannya.

" Bukannya mbak Xavia juga ada setoran ke ustadzah Syafa ya? " sambung Mira.

" Tidak tahu, tadi saja dia tidak terlihat di masjid, " jawab Nadin mengendikkan bahu.

" Tidak bisa dibayangkan jika misalnya besok hukuman mbak Xavia akan ditambah "

" Berisik kalian berdua, " sahut Xavia secara tiba-tiba.

" Mbak Xavia belum tidur? " tanya Nadin terkesiap.

" Terbangun gara-gara kalian berdua, " tunjuk Xavia kesal.

" Maaf ya mbak. kalau begitu mbak nya lanjut tidur saja tapi jangan lupa baca doa dan surah Al Mulk dulu, " peringat Nadin.

" Kenapa? " tanya Xavia tidak mengerti.

" Jika kita membaca surah Al Mulk sebelum tidur, maka in syaa Allah akan menjadi pelindung kita dari siksa kubur mbak, " jelas Nadin yang hanya dibalas anggukan oleh Xavia

" Anggukan saja? dibaca mbak, lagipula tidak terlalu banyak, " sahut Mira.

" Iya besok saja, kantuknya tidak bisa diajak kompromi, " ujar Xavia malas.

" Nanti malam jangan lupa bangun buat sholat tahajud mbak, " ujar Mira mengingatkan.

" Iya cerewet, " sindir Xavia sebelum kembali terlelap.

•••

" Mbak, bangun sudah jam dua pagi "

" Mbak terburu nanti petugas keamanan keliling, " ujar Mira sedikit panik.

" Kita tinggal ya, " ancam Nadin.

" Tinggal saja, " sahut Xavia dengan suara serak khas orang bangun tidur.

" Mbak, ayo bangun! " sahut Mira tidak sabaran.

" Iya sana pergi, nanti aku akan menyusul, " usir Xavia.

" Bagaimana mau menyusul, mbak saja belum buka mata dari tadi, " jengah Mira menatap Xavia.

" Mbak, awas di siram air dingin sama petugas keamanan nanti "

" IYA CEREWET! LIHAT AKU BANGUN! " teriak Xavia menggelegar.

" Astagfirullah mbak jangan teriak, nanti dikira macam-macam, " sahut Nadin mendelikkan matanya.

" Ya makanya jangan menyebalkan, " kesal Xavia.

" Oke, kita yang salah. sekarang mbak bangun terus kita ke masjid ya, "
jawab Mira setenang mungkin dan dibalas deheman singkat oleh gadis tersebut.

.
.
.
.
.

Vote dan komen!!

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Guliran Tasbih Aldevaro [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang