Sesuai dengan keinginan abi Adrian, Gus Varo langung saja mengiyakan tanpa pikir panjang untuk membantah perintah sang ayah.

" Enggeh, in syaa Allah Varo siap, " jawab Gus Varo.

" Syukron ya mas, " ucap abi sembari menepuk bangga bahu sang putra.

•••

Jakarta, Indonesia

Sementara di ruangan ini, suasana di Penthouse mewah itu tiba-tiba terasa begitu dingin dan sedikit menegangkan jika diperhatikan.

" Daddy sudah memutuskan hukuman untuk kamu, " ucap Anthony tegas.

" Hukuman? daddy serius akan memberikan hukuman ke Xavia? " tanya Xavia ragu-ragu.

" Kenapa? ada yang salah? " jawab Anthony sedikit menaikkan salahsatu alis tebalnya.

" Daddy tidak sayang Xavia lagi, daddy jahat, " gumam Xavia enggan menatap lawan bicaranya.

Melihat itu, Anthony langsung saja menghampiri sang putri untuk menenangkan nya.

" Daddy sayang dengan kamu. orang tua mana yang membiarkan anak perempuannya berperilaku seperti gadis nakal, hm? " ujar Anthony yang dapat membungkam mulut Xavia.

" Maaf, Eshal yang mengajak Xavia kesana dad. lagipula itu akan menjadi yang pertama dan yang terakhir kalinya, " jelas Xavia dibalas dengusan pelan dari sang ayah.

" Tapi kamu tetap harus menjalankan hukumannya sayang, " kekeh Anthony tidak mau dibantah oleh putrinya sekalipun.

" Dad, bukannya aku sudah mengatakan bahwa aku tidak minum minuman bensin itu, " gerutu Xavia sebal.

" Bensin? kamu minum bensin? " heran Anthony dan anak buah disekitarnya yang tak sengaja mendengar pembicaraan kedua anak dan ayah tersebut.

" Tidak, maksudku minuman yang berwarna kuning itu, " ujar Xavia yang sedikit kelu mengucapkan apa yang dimaksud olehnya.

" Wine sayang, " jawab Anthony sesaat ia terdiam memikirkan maksud dari ucapan yang dilontarkan putrinya.

" Itu maksud aku, " angguk Xavia menyetujui.

Anthony heran sekali, bagaimana bisa putrinya yang begitu polos ini menyasar ke tempat haram itu? teman-teman putrinya itu memang sesat dan membawa pengaruh buruk.

" Jadi apa? " tanya Xavia penasaran akan hukuman dari sang ayah.

" Pesantren, daddy akan kirim kamu ke tempat itu, " jawab Anthony melihat reaksi yang akan diberikan putrinya.

" Dad, are you seriously?  " tanya gadis itu tidak menyangka. apa ini balasannya karena ia kabur dari Mesir waktu itu?

" Supaya kamu lebih mendalami ilmu agama kamu sayang, " balas Anthony memberi pengertian.

" Kenapa pesantren dad? apa tidak cukup daddy pernah mengirim ku ke Mesir waktu itu? " dengus Xavia sedikit tidak terima.

" Tapi ujung-ujungnya kamu kabur bukan? " sahut Anthony yang membuat Xavia diam tidak berkutik.

" Iya tapi, " gumam Xavia yang disela oleh sang ayah.

" Tidak ada bantahan Xavia Alber, " tegas Anthony tidak ingin ada ucapan yang terlontar dari bibir merah muda putrinya lagi.

Gawat, jika sang ayah sudah memanggil nama lengkap gadis itu maka pertanda bahaya sedang mengancamnya.

Walaupun gadis itu bersikap manja kepada sang ayah, tetap saja dia sangat takut membantah perintahnya yang benar-benar mutlak.

•••

Pesantren Al Hafiz, Jawa Barat

" Ummah, memang benar Gus Varo akan mengajar sementara disini? " tanya seorang lelaki muda kepada sang ibu.

" Kata abi begitu bukan? abi kamu sendiri yang meminta, " jawab sang ibu.

" Gus Varo tidak keberatan? " tanya nya sekali lagi.

" Dari yang abi bilang tidak, Arsha, " jawab sang ibu mengelus lembut rambut hitam legam putra sulungnya.

Arsha Dylan Al Hafiz putra pertama dari pasangan suami istri, sebut saja sang ayah Mahen Al Hafiz dan sang ibu Kirana Jauhara. dan jangan lupakan juga anak bungsu mereka yang bernama Amara Haura.

" Arsha tidak bisa membayangkan perasaan Amara jika tahu hal ini, " gumam Arsha terkekeh pelan.

" Kamu seharusnya mengawasi Amara. bukan malah mendukung seperti itu, " omel Ning Kirana.

" Ummah tahu sendiri jika Amara kagum dengan Gus Varo. tapi Arsha janji akan mengawasi Amara supaya matanya tidak jelalatan sana-sini sama yang bukan mahram, " jelas Gus Arsha menenangkan Ning Kirana.

•••

Jakarta, Indonesia

Beberapa hari kemudian, dan tepatnya saat ini di kediaman duda beranak satu itu sedang ricuh akan persiapan mengantar sang putri ke tempat barunya.

" Sudah siap sayang? " tanya Anthony yang mendapat raut wajah tak mengenakkan dari putrinya.

" Dad, harus sekarang ya? " lesu Xavia sama sekali tidak bersemangat.

Dari semalam gadis itu terus mengikuti sang ayah yang bepergian kesana-kemari dan memohon kepada sang ayah agar dibatalkan nya hukuman tersebut. tapi karena tabiat sang ayah yang memang sedikit otoriter atau tidak suka dibantah maka terpaksa Xavia mengikuti kemauannya.

Bukannya menjawab pertanyaan putrinya, pria itu justru hanya berdehem pelan.

" Daddy, jangan berdehem saja! memang daddy tidak punya kalimat lain, " ucap Xavia kesal akan respon dari Anthony.

" Berhentilah merengek Xavia! " ujar Anthony dengan datar.

" Daddy jahat. aku tidak suka, " sarkas gadis itu.

Anthony mengalihkan pandangannya sejenak dari benda digital yang dapat menghasilkan uang bermiliar-miliar rupiah itu ke arah Xavia sembari berpikir.

" Kamu tidak ingin pergi? " tanya Anthony sembari menimang-nimang.

" Iya, " singkat gadis itu sedikit mendapat harapan.

" Baiklah, jika kamu tidak mau pergi daddy akan jual motor milik kamu, " ancam pria itu dengan begitu entengnya.

Mata Xavia terbelalak, apa katanya? sang ayah akan menjual motor kesayangannya? tidak bisa dibiarkan.

" Dad, jangan lakukan itu! " tolak gadis itu.

" Maka turuti apa kata daddy. jika hukuman kamu selesai, daddy akan berikan motor kamu lagi nanti, " sahut Anthony mengetikkan sesuatu melalui keyboard laptop miliknya.

" Daddy berjanji? " balas Xavia.

" Iya, tapi tidak untuk balapan, " ujar Anthony menginterupsi putrinya.

" Mana pernah Xavia balapan, " gumam Xavia pelan.

.
.
.
.
.

Vote dan komen!!

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Guliran Tasbih Aldevaro [Open PO]Where stories live. Discover now