Hiruk pikuk jalanan ibu kota, menemani langkah kaki seorang gadis cantik yang tengah mengendap-endap itu. Entah apa yang ada dipikirannya. Jika saat malam minggu seperti ini, orang-orang akan bersuka ria bersama teman, pacar ataupun keluarga, berbanding terbalik dengan Salma. Ia rela dipandang bak seorang penguntit oleh para remaja yang sedang nongkrong dipinggir jalanan itu demi mengikuti orang sasarannya. Karena Salma memang penguntit untuk saat ini.
"Duh, tu orang jalan apa kesetanan sih?! Cepet banget kayak kereta shinkansen!" keluh Salma
"Eh mbak lagi ngapain?"
Salma tersentak kala seorang satpam yang sedang patroli itu bertanya padanya.
"Ini pak, lagi cari awan comolonimbus" jawabnya asal. Membuat satpam itu hanya menggelengkan kepalanya perlahan dan berlalu pergi. Salma tak peduli. Mau ia dikira gila kek, apa kek, yang penting jejak lelaki yang dari tadi ia ikuti itu tidak hilang.
Rupanya Salma kehilangan jejak. Ia menyalahkan pak satpam tadi yang berani-beraninya menggagalkan rencana yang sudah ia buat sedemikian rupa.
"Aishhh! Jadi pergikan dianya!
"siapa yang pergi?"Salma tersentak dan berbalik. Menemukan sesosok lelaki tinggi yang tengah menatapnya intens.
"Anj--eh sorry, gue kira hantu"
Lelaki itu menggeleng dan tersenyum. Menampakkan lesung pipinya yang membuatnya terlihat berkali-kali lipat lebih tampan. Salma hampir oleng dibuatnya.
"Sal?"
"Eh iya, kenapa?"Salma merutuk diri
"Enggak, tadi gue cuma lewat buat cari angin, trus liat lo disini kayak orang gila jadi bikin gue khawatir"
Salma menepuk bahu lelaki itu"enak aja gue orang gila! Orang beautiful gini"
"Iyadeh terserah lo"
"Lo bilang apa tadi?"
"Hah? Em ngatain lo orang gila?"
"Gak, bagian terakhir"
"Gue bilang gue lagi lewat cari angin, trus liat lo disini kayak orang gila"
"Bukan, bagian terakhir"
"Apa sih Sal? Gue cuma bilang itu karena gue khawatir sama keadaan lo"
"Nah! Itu dia, khawatir" Salma menjentikkan jarinya puas. Sedetik kemudian pipinya bersemu merah layaknya kepiting yang direbus 1 tahun.
"Eh lo kenapa?pipi lo merah gini?" tanya Rega terlihat cemas
Salma menahan bibirnya yang nampak akan tersenyum. Sekuat mungkin ia tidak salto ditempat hanya karena kata-kata sahabat jauhnya itu yang terkesan--romantis?--maybe
"Ish, apasih Rega! Gue gak kenapa-napa. Cuma kepanasan doang liat semut-semut dibawah tanah pada kawin tanpa ngundang gue" Salma menampakkan sederatan giginya yang rapi. Rega semakin bingung dan akhirnya tertawa juga mendengar lelucon Salma.
"Emang ada lo liat semut disekitar sini?" Rega menunduk guna mencari hewan kecil yang dimaksud Salma itu.
Salma makin tak bisa tenang, ia pun berucap"lo anak kuliah gak sih?ucapan kayak gitu aja lo ambil serius. Gue bercanda aja kali"Salma terkikik. Jangan tertipu, gadis cantik itu melakukannya hanya karena sedang gugup berdekatan dengan Rega. Apalagi sahabat jauhnya itu tampan.
Ya, dia adalah Rega Pangestu. Sahabat Salma dengan perbedaan umur 2 tahun diatasnya. Dulunya, Salma tetangga dengannya. Tidak lama, hanya sekitaran 2 minggu setelah Endra dan Fani memutuskan untuk pindah rumah dari Jaksel ke Jakput.Rega memang se-friendly itu bisa berteman dengan Salma yang baru saja menyesuaikan diri setelah ia koma. Dan setelah pertemuan ini, dapat dipastikan mereka akan sering bertemu karena Rega mungkin tinggal disekitaran sini.
"Iyadeh iya lo emang selalu benar. By the way, om Endra, tante Fani sama Aska gimana kabarnya?udah lama banget gak komunikasi, ini aja gue beruntung ketemu lo ditaman ini" ujar Rega
Salma tersenyum manis"mereka semua baik kok, cuma ya gitu,lo tahu lah si temen lo Aska, dia makin hari makin tua dan sering kumat sakitnya"Rega terkekeh
"Ada-ada aja lo Sal,sahabat gue dikatain"
"Alah gak papa,mumpung dia gak ada kan disini, jadi fine-fine aja"
"Hm, gimana kalau kita mampir kedepan sana? Ada cafe terkenal yang sering gue datengin. Kita ngobrol-ngobrolnya disana aja, biar lebih nyaman. Gimana? Gak enak kan ngobrol disini dan diliatin banyak orang?"tawar Rega
Salma menimbang-nimbang tawaran sahabat abangnya plus sahabat jauhnya juga itu. Jika ia terus melanjutkan acara menguntitnya, sudah dapat dipastikan tidak akan mendapatkan hasil seperti yang ia harapkan karena ia sudah kehilangan jejak sedari tadi. Tapi jika ia menolak karena ingin segera pulang, maka tidak akan baik juga. Secara Rega adalah sahabat yang ingin bersilaturahmi setelah lama tak bertemu-jumpa.
"yaudah deh, gue mau" persetujuan Salma diangguki Rega. Mereka berdua pun mulai meninggalkan taman yang nampaknya mulai ramai didatangi pengunjung.
🐽🐽🐽
Setelah menghabiskan waktu sekitaran 2 jam di cafe bersama Rega, Salma akhirnya pulang. Badannya lemas karena kelelahan. Ia merutuki dirinya yang dengan tanpa pikir panjang ingin mau saja menguntit orang asing yang tak dikenalnya dan tak berfaedah dengan hidupnya.
Entah pikiran apa yang hinggap dipikirannya tadi, hingga membuatnya seperti itu. Salma kehilangan prinsip untuk tidak mengurusi masalah orang lain seperti ini. Sebenarnya, ia hanya penasaran. Sosok black kemarin dimatanya sangat-sangat familiar untuk diabaikan begitu saja.
Salma merasa ia pernah dan berkomunikasi bersama sosok asing itu. Namun dimana? Kapan? Dan mengapa? Dan jawabannya sama sekali tidak bisa Salma jawab selain pasrah saja.
Disisi lain, terlihat lelaki bertudung hitam sedang berada digang sebuah jalan yang sempit. Disana ia tidak sendiri. Ada seorang lelaki yang bersamanya. Dibawah lampu jalan yang remang-remang, mereka saling menatap satu sama lain dengan tatapan tajam.
"Jangan ganggu dia lagi!"
"Gue gak akan ganggu dia selama lo bisa nurut sama apa yang gue perintahin ke lo!"
"Tapi dia itu gak salah apa-apa bangsat!"
"Oh? Lo udah mulai berani sama gue? Kakak lo sendiri?"
"Cih, gak sudi gue punya kakak brengsek kayak lo!"
Bugh
"Uhuk--uhuk"lelaki itu mundur beberapa langkah. Tanpa rasa takut ia balas memukul lawan bicaranya.
Bugh
Bugh
"ANJING!BERANI LO SAMA GUE HAH?!"Arga tersenyum meremehkan dan berdecih sinis pada lelaki yang sedang memegang kerah bajunya itu. Tata krama dan sopan santun kepada lelaki itu sudah hilang untuknya. Bahkan selama bertahun-tahun yang lalu.
"kalo lo masih berani ganggu dia tanpa sepengetahuan gue, gue gak akan tinggal diam!Erga!" Arga menghempaskan tangan Erga dengan kasar dan berlalu pergi dari sana.
Sedangkan lelaki bertindik itu menggeram marah. Ia meraih apa saja barang yang ada disana untuk dihancurkan.
Brak
Brak
"Arghhhh!! Gue bakal buat lo menderita Arga!! Liat aja lo dan semua orang tersayang lo bakal mati!! Tapi sebelum kalian semua mati, gue bakal siksa kalian!!! Hahahahahaha!!!"
Teriakan dan tawa menggelegar lelaki itu yang sangat menyeramkan menemani kepergian Arga. Tangannya mengepal kuat disertai senyuman devilnya.
YOU ARE READING
• D I V I N E__ D E C R E E, FA T E •
General FictionHuh .. Huh.. "MAU LO APA ANJING! LO SIAPA MAIN NGAJAK-NGAJAK GUE PACARAN?! GUE BELUM TAHU IDENTITAS LO BANGSAT! RUPA LO AJA KAGAK! MAIN NGAJAKIN ANAK ORANG PACARAN! SANTAI AMAT TUH MULUT! BAU AJA IYA PASTI!" Urat-urat tenggorokan Salma mendadak mem...
