e i g h t | mengagumi versi pandangan pertama

2 3 0
                                    

"SAL!"

" .. "

"Sal!"

" .. "

"Salma!"

" .. "

"WOY BOLOT!"

"hm .. "

"Hm, hm! Boker aja lo sekalian!"

"Apaan sih! Lagi pms lu?!"

"Lo yang pms! Dengerin gue dulu! Gue punya pertanyaan penting banget sepenting-pentingnya!"ujar Tesya melompat-lompat kecil dikasur empuk Salma.

Salma yang ikut bergoyang karena situasinya seperti mengguncangkan tubuhnya pun lantas mendelik tajam pada sang pelaku. Tesya tersenyum watados dan langsung diam tidak berkutik ditempatnya.

"Paan?!"

"Jadi gini .. Huft .. Tarik O2 .. Keluarkan Co2 ..huft ..leganya.keluar juga gas mulia gue!"Salma dengan cepat menutup lubang hidungnya, agar aroma kenikmatan hidup Tesya tidak merambat masuk melalui celah-celah pernapasan aesteticnya.

"Hehe .. Biane .. Gue kelepasan Sal!"

Salma semakin menjaga jarak jauh. Menciptakan celah sekitar satu meter.

"Gini, lo kan punya abang, terus abangnya dimana? Soalnya gue mau lihat njirr! Macemane kalau dia ganteng plus body minta dipacarin? Ye kan? Gue mah type cewek yang gak nyia-nyiain rejeki kalau soal beginian! Bening .. Langsung merapat, burik .. lantas mundur!"

"Stres!"lantas Salma turun dari ranjang. Tesya terkekeh. Masih setia mengamati setiap sudut ruangan kamar sahabat barunya. Dinding yang berwarna cream keabu-abuan dengan dipadukan pernak-pernik berwarna keungu-unguan. Kasur king size bermotif polkadot hijau dan putih menambah kesan elegan dalam ruangan besar itu. Rasa-rasanya, Tesya tidak ingin beranjak barang sedikitpun darisana saking nyamannya. Walau dari keluarga kaya raya, Tesya sangat suka dengan dekorasi kamar Salma. Dan itu juga salah satu alasan ia tidak ingin beranjak dari sana.

"Abang lo udah kelas berapa Sal?"

" .. "

"Ck .. Diemin aja terosss!"

"Kepo!"

"Dalam kamus seorang Tesya, gak ada kata gak kepo dalam hidup ini pokoknya!"

"Sesat banget ajaran lo!"

Bukannya marah, Tesya semakin dibuat bangga dengan ucapannya sendiri. Ia mengibaskan rambutnya PD dan lantas berucap,"Tesya gito loh .. "

Salma yang sudah berganti pakaian, lantas beranjak turun. Tidak menghiraukan tatapan mengernyit dari Tesya.

"Loh Sal, lo mau kemana? Tungguin gue!"
Ujar Tesya dan langsung berlari terbirit-birit menyusul Salma.


•••

"Malam sayang, temen kamu mana?"Vani datang dari arah dapur dan langsung menyimpan piring berisi tumis udang kesukaan Salma dimeja makan.

"Masih diatas, nanti juga turun tanpa diperintah"jawab Salma acuh dan langsung menarik salah satu kursi makan yang kosong.

Vani mengernyit heran, lantas menatap keatas tangga, kala  ada yang berteriak nyaring dari sana.

"MALEM TANTE .. makin cantik aja deh perasaan!"dengan sok cantik dan sok akrabnya, Tasya yang baru saja tiba dari atas kamar Salma langsung memeluk Vani dengan centilnya. Salma yang melihatnya memutar bola mata malas.

"Eh? Ini temen anak bunda ternyata, cantik ya?"

"Oiya jelas dong tante kusayang!"

Vani terkekeh melihat keantusiasan dan keaktifan sahabat anak perempuannya. Lantas wanita paruh baya itu membopong Tesya kearah meja makan. Disamping Salma sedang duduk manis. Seraya menunggu dua lelaki yang masih belum muncul untuk makan malam bersama.

"Malam yah" , "MALAM OM!"

Dari kedua ucapan diatas, sudah dapat ditebak siapa yang berbicara pelan dan sebaliknya kan?

Hm .. mari dipikirkan dengan cermat dan teliti.

"Eh, ada tamu toh! Kok Salma gak bilang ke Ayah?" itu Endra yang berucap. Tesya yang mendengarnya lantas berdiri dan menyalimi tangan Endra sopan sesopan-sopannya. Berkebalikan dengan cara pertemuan pertamanya dengan Vani yang lebih mengarah ke ' sok akrab! '. Kali ini Tesya terlihat seperti sedang menjaga pandangannya karena pangling dengan wajah pria paruh baya yang masih terlihat berwibawa dan tampan itu.

Ck. Ck. Jika menyangkut soal kegantengan seorang lelaki, Tesya lah sangkut pautnya. Bahkan umur tidak dapat membatasi tembok kagum dalam dirinya jika sudah dihadapkan dengan yang ganteng-ganteng.

Endra menerima dengan baik tingkah laku sahabat anaknya. "Malam juga! Ayo ayo silahkan duduk, kita makan malam bersama"

Tesya tersenyum-senyum manis dan langsung mengangguk patuh dan kembali kekursinya seperti semula.

"Aska mana Bun?belum pulang?" tanya Endra heran. Kadang saat dia sudah duduk dimeja makan, anak dan istrinya sudah duduk manis dimeja makan. Namun malam ini tidak. Batang hidung anak sulungnya tidak kunjung terlihat.

"Udah pulang kok! Mungkin masih diatas" jawab Vani hendak melangkah naik kelantai atas. Berniat memanggil anaknya untuk bergabung kemeja makan.

Namun belum sempat Vani naik keundakan anak tangga, sosok lelaki tinggi dan putih langsung tersenyum dari atas tangga melihat Vani.lelaki itu berjalan turun.

"Nah, kok baru muncul bang?"

"Biasa Bun, lagi mandi tadi"

"Pantesan udah harum banget ini" goda Vani dan langsung menggiring anak lelakinya kemeja makan.

Decitan kursi dihadapannya tidak membuat Tesya urung untuk mengalihkan pandangannya dari hidangan meja yang terlihat menggiurkan. Tesya menelan air ludahnya susah payah saat Vani mengambilkan udang tumis kedalam piring suaminya.

"Ini siapa Dek? Temen kamu?"

Suara bariton yang terdengar, mampu membuat detak jantung Tesya berdegup kencang. Bukan .. Suara ini bukan milik bokap sahabatnya, melainkan milik orang lain. Dengan pelan dan gugup, Tesya mendongakkan kepala.

1 second ..

2 second ..

3 second ..

"ALLAHU .. MASYAALLAH TABARAKALLAH .. INI SIAPA YA ALLAH YA TUHANKU.. GANTENG BANGET ANJIRR!"

Salma menutup telinganya. Vani dan Endra sama-sama menganga tidak percaya.

Sedangkan sang empu yang menjadi biang masalah hanya bisa memandang gadis dihadapannya dengan senyum kaku. Tidak berniat bereaksi apapun.

Tesya yang baru saja tersadar akan perbuatannya lantas memejamkan mata sesaat. "Mak! Malu banget mak! Help me!" batinnya menunduk dalam

"Iya bang, ini temen baru Salma, namanya Tes--"

Ucapan Salma terpotong kala Tesya menyerobot masuk"nama aku Tesya kak! Tesya Maheswari!"ujarnya mengulurkan tangan.

Awalnya Aska nampak ragu, namun tatapan geli yang didapatnya dari Vani dan Endra mampu membuatnya membalas uluran tangan itu.

"Aska" jawabnya ikut tertular senyuman geli dari ketiga keluarganya.

"Bisa dilepas gak?Salma susah ambil lauk nih!" sindir sinis Salma kala kedua tangan yang merentang diatas meja makan belum juga dilepaskan salah satu pihak.

Tesya melepaskan dengan cepat tautan tangan mereka seraya memakai tampang watadosnya. Sedangkan Aska sudah meringis tertahan karena kuatnya genggaman Tesya padanya. Kekuatan gadis itu tidak main-main menyakitinya.

"Eh? Maaf Sal, kak, om, tante.. Hehe"
Tesya mesem-mesem, sesekali masih berbinar senang memadang cogan didepannya.

"Udah gak apa-apa, ayo makan"ucap Endra dan itu menjadi perbincangan terakhir mereka sebelum mulai makan malam.













• D I V I N E__ D E C R E E, FA T E •Where stories live. Discover now