SEPERTI biasa, istirahat kali ini aku hanya duduk manis didalam kelas. Memakan bekal yang kubuat jam empat dini hari yang kelihatannya masih enak. Sendok demi sesendok nasi mendarat dalam mulutku. Aku makan siang dengan ditemani lagu favoritku--love your self--, sesekali kusenandungkan reef yang kusukai.
Saat asik-asiknya makan, aku dikejutkan dengan keberadaan murid baru itu yang langsung duduk disampingku. Kenapa aku tidak memperhatikan kalau dikelas masih ada orang? Oh tunggu .. Aku baru tahu kalau lelaki didepanku memang selalu tidur saat jam istirahat begini. Hari pertamanya masuk pun dia hanya tidur.
Aku heran, apa dia tidak lapar? Aku menoleh dan tentu dia juga sedang menatapku sedari tadi. "Ada apa ya?"
Kulihat dia tetap menatapku dengan datar tanpa berniat ingin menjawab pertanyaanku. Aku tentu sedikit gugup saat dilihat intens seperti itu. Saat hendak membuka mulut untuk bicara, dia dengan cepat........
....
....
....
Mengambil sendok makan yang masih kugenggam dan langsung melahap makan siangku hingga tandas tak bersisa. Aku sedikit berjengit saat jaraknya denganku sangat dekat. Aku menahan napas dengan jantung yang rasanya berdebar-debar. Apa mungkin karena efek gugup dan terkejut jantungku seperti lomba maraton saat ini.
Sial.
Jangan sampai lelaki dihadapanku mendengar detak jantungku yang tak bisa kukontrol ini, bisa-bisa aku dikira jatuh cinta dengannya.
"Ka--kamu kenapa makan bekal siang aku?"ucapku merutuk diriku yang bisa-bisanya gugup dalam situasi seperti ini.
"enak" bukan menjawab pertanyaanku, dia malah tersenyum padaku. Hatiku mendadak tak karuan melihat wajahnya itu. Lelaki ini tampan. Eh? Astaga Salma! Istigfar! Rutukku dalam hati.
Melihatku seperti salah tingkah, lelaki itu semakin melebarkan senyum manisnya padaku.Tapi tunggu dulu--senyuman itu seperti seringaian.Aku tentu tak berhadapan langsung dengannya, takut jika aku semakin mengaguminya lebih dalam lagi walau ini adalah pertemuan pertama kali secara dekat seperti ini. Aku hanya meliriknya lewat ekor mataku.
"Pinjem" Dia langsung menyambar ear phone ditelinga satuku dan langsung menyumbatnya ditelinganya. Lalu kuliriknya lagi yang kini sedang bersandar pada kursi dan memejamkan matanya. Aku tak peduli lagi, dan kembali membereskan kotak bekalku yang sudah kosong melompong. Ah sudahlah--aku juga tidak lapar sekali. Mungkin laki-laki ini juga tidak punya uang untuk kekantin, jadi dia makan dengan seenaknya bekalku.
Karena aku sudah makan siang, mungkin keperpustakaan lebih bermanfaat untuk saat ini. Kulirik jam tanganku yang kubeli dengan harga murah itu,lalu kulepaskan kabel panjang yang masih bertengger disalah satu telingaku. Masih ada duapuluh menit lagi sampai bel masuk berbunyi. Dan itu adalah waktu yang masih lama dan bisa kugunakan untuk membaca buku untuk menambah pengetahuanku.
Saat ingin beranjak dari bangkuku, murid baru itu lagi-lagi membuatku berjengit kaget. Saat tangannya mencekal pergelanganku.
"Mau kemana?" ucapnya tanpa membuka matanya dari keterpejaman. Aku mengernyit heran, cowok ini aneh.
"Bukan urusan kamu"balasku ketus dan melepaskan tanganku dari cekalan tangannya. Aku berjalan pelan keluar kelas tanpa melihat kebelakang bahwa murid itu kini tengah mengikutiku.
"lo mau kemana?"
Aku menoleh dan sedikit tersentak saat melihat lagi-lagi cowok aneh itu menggangguku. Aku rasanya dibuat jengkel dengan kelakuannya padaku. Padahal hari-hari sebelumnya aku bersekolah tanpa ada yang mau dekat denganku. Tapi kenapa sekarang malah seseorang dengan sengaja mendekatiku. Bukannya aku kegeeran karena dideketin, tapi itu memang faktanya. Bahkan sahabatku dulu--Lasti--menghindariku tanpa penyebab yang pasti. Saat memutuskan hubungannya denganku, dia bahkan berkata kasar padaku yang tidak pernah selama ini kulihat ada pada dirinya. Lasti bahkan belum meminta maaf padaku saat dia dengan sengaja menceburkanku kedalam kolam renang sekolah waktu itu. Lasti berubah, dia berubah semenjak Nisa mengajaknya berteman. Dan aku yakin sahabat dari kecilku itu hanya dipaksa seperti itu padaku oleh Nisa.
Tapi tak apalah, sendiri seperti ini sudah menjadi kebiasaan bagiku. Mungkin Nisa hanya belum diberi hidayah dari Tuhan untuk berubah menjadi orang baik dan tidak dengan semena-mena menindas orang-orang yang lebih rendah darinya.
"Perpustakaan, kamu kenapa ngikutin aku?" Aku dengan terpaksa menghentikan langkahku dan memandangnya jengkel.
Kulihat, dia terkekeh lalu tangannya ia masukkan kesaku celananya"gue mau ikut"
"Hah?ikut?" beoku terkejut. Bukan apa-apa, namun kenapa lelaki ini mau ikut denganku? Apa dia juga suka membaca sepertiku? Jika iya maka aku akan memberi A+ untuknya. Karena disekolah ini rata-rata murid lelaki jarang ingin keperpustakaan sekolah untuk sekedar membaca buku.
"Iya, gue mau ikut! Ayo"
Aku berlari guna menyeimbangi langkah panjangnya. Dan pasrah saat lelaki asing ini menyeret tanganku.
YOU ARE READING
• D I V I N E__ D E C R E E, FA T E •
General FictionHuh .. Huh.. "MAU LO APA ANJING! LO SIAPA MAIN NGAJAK-NGAJAK GUE PACARAN?! GUE BELUM TAHU IDENTITAS LO BANGSAT! RUPA LO AJA KAGAK! MAIN NGAJAKIN ANAK ORANG PACARAN! SANTAI AMAT TUH MULUT! BAU AJA IYA PASTI!" Urat-urat tenggorokan Salma mendadak mem...
