6

3 1 0
                                    

Alea tengah mengemaskan barang-barang miliknya yang tidak terpakai. Kamarnya saat ini sudah sangat tidak muat menampung berbagai macam benda lagi.

"Kapan sih kamar ini bisa bersih, rapi dan indah di pandang. Tiap hari gue lihatnya berantakan terus."ujar faza.

"Gaada satu pun disini yang minta pendapat lo ya faza. Daripada lo gerutu aja mending lo bantu gue. Sini .."

Faza menggelengkan kepalanya "Sorry, tenaga gue lebih berharga. Daripada gue bantu lo mending gue tidur. Bye!"

"Gue kutuk ya lo faza lama-lama"

Alea menghela nafasnya, ia tak mau menguras habis energinya hanya untuk membalas perkataan Faza. Lebih baik ia gunakan tenaga nya untuk merapikan semua barang-barang ini.

Sudah hampir satu jam Alea berkutik di lantai hanya untuk memilah catatan yang sudah tak terpakai dengan yang terpakai.

"Gila.. kayanya gue kolektor barang bekas deh. Banyak banget."

Alea sepertinya mulai menggerutu, ia mulai menyalahkan dirinya dengan menumpuk semua barang-barang yang ia sayangi di dalam kamar ini.

"Lea, mau makan apa malam ini?"tanya Mamah, ia datang dengan menggenggam sebuah alat masak.

"Apa aja deh mah."

"Oke kalau gitu, telur dadar."tutur mamah.

Belum sempat Alea menjawab, mamahnya telah pergi meninggalkan dirinya. Alea menggelengkan kepalanya, ia sudah terlalu biasa dengan keadaan rumahnya.

"Eh ini kan .. "

Alea menemukan sebuah jurnal miliknya. Sebenarnya jurnal ini diberikan oleh seseorang untuknya.

"My first love Alea."

"Judulnya doang first love, tapi lo gaada niatan sama sekali datang berkunjung. Jangankan datang, ngabarin lewat sosial media aja gaada satu kali pun."gerutu Alea.

Ia meleparkan buku jurnal itu ke sembarang arah. Jurnal itu diberikan oleh Raka, first lovenya Alea dan Raka juga pernah mengatakan bahwa ia adalah cinta pertamanya juga. Cinta pertama yang tak berguna.

Alea kembali merapikan kamarnya, ia harus segera menyelesaikan semuanya karena hari sudah mulai menggelap.

***

"Pagi Alea."

Alea yang tengah menyeruput gelas susu nya terkejut melihat Mba siska berada dihadapannya.

"Pagi mba siska, maaf-maaf saya baru selesai sarapan."

"Iya tidak apa-apa .. maaf kalau saya sedikit menganggu juga ya. Saya mau bertanya soal laporan yang belum kamu kirim semalam."

"Oh iya mba, ini sudah saya salin jadi beberapa lembar, sisa nya akan saya kirim hari ini.

"Baiklah.. biar saya lihat dulu .. "

Alea menganggukan kepalanya. Ia menunggu Mba siska yang masih melihat laporannya.

"Mba .. aku mau minta data artikel ini dong."

Alea melihat ke sumber suara. Seorang laki-laki dengan senyum manis itu berjalan menuju ke arahnya.

Jantung Alea berdetak dengan cepat. Ia tak tahu apa yang terjadi, hanya melihat laki-laki itu saja ia bisa menjadi seperti ini.

Laki-laki itu berhenti tepat didepan dirinya.

"Data apa?"

"Seri ini mba, artikel ini."

"Oh yaudah sebentar. Lea ini saya bawa nanti langsung kamu kirim ke saya ya sisanya."

Alea menganggukan kepalanya memberi jawaban.

Mba siska dan laki-laki itu berjalan beriringan, mata Alea benar-benar tidak bisa lepas dari laki-laki itu.

Ia kali ini benar-benar sangat penasaran.

Siapa laki-laki itu.

"Liatin siapa lo?"

Wajah Dira muncul begitu saja dari bilik meja nya, Alea yang masih mempehatikan kedua orang itu mengerucutkan bibirnya. Ia benar-benar terganggu oleh Dira. Kapan lagi ia bisa melihat laki-laki itu.

"Kenapa lo?"tanya Dira berulang

"Gak apa-apa ko dira. Kenapa?"

Dira mengeluarkan roll-an rambutnya "Nanti pulang kita jalan-jalan ke mall yuk. Gue bete banget hari ini sebenarnya."

Alea mengerutkan keningnya "Masih pagi udah bete. Bete kenapa?"tanyanya.

"Si kai engga masuk."jawab Dira

"Lalu?"

"Si kai sialan itu .. memberikan semua tugasnya ke gue buat di handle. Bayangin aja deh lea ... kerjaan dia tuh 10x lebih banyak daripada kerjaan gue mana banyak salahnya lagi ditambah Mba Nadia lagi kerja di luar."

Alea menyeruput gelas susunya "Yaudah sehari doang kok dir, sabarin aja. Gue mau print-out berkas dulu ya."

Dira menatap Alea dengan sendu "Lo gamau bantuin gue gitu le?"

Alea bangkit dengan senyuman manisnya "Kerjaan gue sudah menggunung. Jadi kali ini semoga beruntung ya Dira."

Alea bergegas menuju tempat cetak berkas-berkasnya. Ia membawa beberapa berkas yang sebelumnya diminta oleh mba Siska.

Alea mengetuk-ngetukan jarinya. Ia menunggu beberapa berkas itu keluar.

Dari ruangan ini, Alea baru menyadari bahwa ia bisa melihat langsung ke area produksi. Banyaknya para pekerja dibawah sana membuat Alea mengangkat ujung bibirnya. Ia sungguh dibuat kagum oleh mereka, kebanyakan dari mereka adalah ibu rumah tangga. Namun, demi mencukupi kehidupan mereka. Mereka rela meninggalkan anak mereka setiap harinya untuk bekerja disini.

Wanita-wanita hebat.

Kedua bola mata Alea semakin terlihat membesar saat ia melihat laki-laki itu.

Alea dengan sengaja memperhatikan laki-laki itu, paras laki-laki itu biasa saja sebenarnya tapi entah mengapa di mata Alea benar-benar sangat tampan. Senyum manis di bibirnya itu selalu terlihat sangat tulus, kedua pipinya yang juga kadang ikut terangkat saat tersenyum membuat Alea gemas melihatnya.

Alea sama sekali belum mengetahui nama laki-laki itu.

Sebenarnya Alea bisa saja bertanya kepada Dira namun ia memilih untuk tidak melakukannya, Alea memilih untuk mengetahui siapa laki-laki itu sendiri.

"Permisi. Saya mau ambil berkas print-out saya .. bisa kamu ambil berkas kamu?"

Alea membalikan badannya, ia tak tahu jika ada seseorang di belakangnya yang menunggu.

"Oh iya maaf sebentar." Dengan cepat Alea membereskan berkasnya.

Alea mengenali siapa orang ini, si cantik Clara. Tanpa basa-basi lagi gadis itu segera mengerjakan tugasnya. Alea sendiri pun tak mau berlama-lama setelah semua berkas itu ia rapikan, kedua kaki jenjangnya itu berjalan menuju keluar.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Invitation Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang