Alea menjatuhkan dirinya diatas tempat tidur. Ia menatap kearah berkas-berkasnya yang ia bawa pulang. Sungguh hari yang sangat melelahkan.

Belum apa-apa Alea sudah harus melembur dirumah. Satu hari ini Alea full diajari oleh Nadia segala tugasnya. Menurut Alea, Nadia sangat-sangat patut menjadi leader team, bagaimana bisa nadia dengan mudah menyelesaikan semua permasalahan itu. Nadia dan dirinya ternyata hanya beda beberapa bulan saja, Nadia lahir dibulan januari sedangkan Alea dibulan Juli.

Kedua otot kaki Alea benar-benar lemas. Walau hanya duduk saja seharian ini tapi sungguh-sungguh terasa oleh kakinya.

Alea membawa lembaran kertas itu ke mejanya.

Ia menyalakan laptop miliknya, semua data-data ini sangatlah asing baginya tapi jika dipikir lagi .. ia sangat bersyukur memiliki rekan kerja yang mau membantunya bahkan dihari pertamanya.

"Oke Alea, gapapa lo ngelembur hari ini. Kalau besok engga ya. SEMANGAT!"

Alea menyemangati dirinya sendiri.

***

Day 2.

Alea merapikan pakaiannya di dalam toilet. Ia menatap pantulan dirinya di cermin besar.

"Jadi selama lo belum kerja kemarin.. lo menghabiskan waktu untuk fangirling?"

"Iyap."jawab Alea.

"Kalau gitu .. lo suka seventeen? Atau Exo? Atau NCT?"tanya Dira

"Gue suka blackpink."

Dira terkaget "HAH? SERIUSAN LO?"

Alea mengelap tangannya sembari mengangguk.

"Bias lo siapa?"

Alea sedikit berpikir "Jisoo, jennie, rose, Lisa."

"All member?"tanya Dira kembali

"Iya? Emangnya kenapa? Salah?"

Dira menggelengkan kepalanya, ia menarik kedua tangan Alea dan menggenggamnya.

"Jangan ambil jisoo gue ya.. "

"Lo blink juga?"

"Yap. Udah hampir satu tahun."

"Oh oke.."

CTAK.

Suara kunci pintu bilik toilet terdengar memenuhi toilet. Seorang gadis dengan kacamata keluar dari bilik toilet. Alea tertegun melihat wanita itu .. benar-benar sangat cantik baginya.

Pantulan wajah gadis itu sangatlah sempurna dicermin besar dihadapannya.

"Hai clara.." sapa Dira

"Oh, hai Dira. Gue duluan ya, gue gabisa lama-lama.. dikejar Deadline biasa."

"Okey clara, semangat!"

Alea tak berbicara apapun. Ia hanya sibuk menganggumi kecantikan gadis itu. Ia seperti melihat seorang artis, benar-benar artis. Awalnya menurut Alea ia adalah gadis yang lumayan cantik namun saat melihat gadis tadi, ia merasa bagaikan langit dan bumi. Sangat-sangat memiliki perbedaan yang jauh.

"Dia cantik banget Dira." Ucap Alea kepada Dira

"Iya memang, namanya Clara. Dunia emang gak pernah adil ya, namanya aja dia udah cantik, di tambah  orangnya juga cantik. Apalah daya kita ya lea."

Alea tersenyum "Tapi kita juga cantik ko dir."

"Gue sih pengennya gitu ... tapi, yaudalah. Ayo sekarang gue ajak lo ke lapangan."

Alea meatap Dira heran "Ngapain ke lapangan?"

Dira menghela napasnya "Maksud gue lapangan tuh, bukan lapangan beneran.. tapi lapangan gedung, gedung 3-4-5. "

Alea mengernyitkan dahinya bingung.

Alea dan Dira berjalan dengan santai, disepanjang jalan Dira tak henti menjelaskan tentang semua hal yang berada di gedung lima.

"Nah Alea, kita ada di gedung 4. Seharusnya sih, kita mulai dari gedung 3.. cuma karena gue ngerasa bakal buang-buang waktu kalau mulai dari sana jadi, gue mulai dari gedung 5 tadi. Nah.. ini gedung 4. Yang mana, di gedung ini semua proses bahan mentah bakal di ubah menjadi bahan atau barang setengah jadi yang nantinya akan di kirim ke gedung 5 untuk di proses. Digedung ini sendiri pun perusahaan memiliki karyawan sebanyak hampir 500 orang. Dari usia muda hingga tua, mereka yang memiliki potensi mereka bisa bekerja disini."

"Oh gitu.. "

"Nah, setiap barisan di ruangan ini mereka mengerjakan berbeda-beda bahan dan hasil nya. Barisan disini biasanya disebut dengan line. Line 1, Line 2, hingga line 9... "

Alea menganggukan kepalanya. Ia dan Dira berdiri tepat di depan meja kepala bagian produksi. Mata Alea menjelajah keseluruh ruangan. Ia benar-benar takjub dengan semua ini.

Sama seperti Alea, beberapa pasang mata pun kini menyorot ke arah mereka berdua.

Dira memang selalu memiliki tugas untuk melihat ke lapangan. Ia harus mencocokan beberapa data miliknya denga pihak lapangan, jadi itu lah mengapa Dira mengajak Alea, sekaligus untuk membantu Alea agar nantinya bila Alea memiliki suatu keperluan, ia bisa dengan sendiri menuju lapangan.

"Kalau mereka disana apa Dira?"

Dira mengikuti arah sorot mata Alea.

"Oh mereka itu Quality Control. Mereka sebenarnya punya ruangan sendiri, namun, bakal sulit buat mereka kalau harus checking kualitas di satu ruangan tertutup gitu, jadi ya.. mereka diberikan sedikit kelonggaran."

"Quality Control.. "batin Alea.

"Yaudah ayok kita ke gedung 3. The last build.."

Alea dan Dira berjalan meninggalkan gedung 4. Tak henti disepanjang jalan Dira tetap menjelaskan setiap detailnya kepada Alea.

Deg.

***

"Mohon maaf apabila ada salah dalam penulisan kata atau huruf"
❤❤❤❤❤

Invitation Love?Where stories live. Discover now