Chapter 17

28.5K 4K 235
                                    

Votmen jusseyoo~~~

Udah Deket bukan puasa nih(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah Deket bukan puasa nih(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

Hayo ngaku siapa yang pernah puasa setengah hari aja? ಡ⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ ⁠ಡ














Hari ini sekolah dihebohkan dengan berita bahwa Alarik dan juga Vania yang sudah resmi menjadi sepasang kekasih, bahkan keduanya pun akan bertunangan dalam dua Minggu ke depan.

Hal ini tentu menimbulkan tanda tanya besar dalam otak kecil Farelza karena sebelum hari itu Alarik terus-terusan mendekati Eliza.

Alarik juga seakan-akan sudah melupakan janjinya yang akan membuat Eliza jatuh cinta lagi padanya.

Eza melihat ekspresi Eliza sekilas, dapat ia lihat wajah tenang kakaknya bahkan dia dengan santainya bersenda gurau dengan Bian yang akhir-akhir ini semakin gencar mendekati Eliza.

Mata bulatnya menatap lurus kedepan dengan pandangan menerawang.

Semuanya berjalan seperti apa yang tertulis dalam novel walaupun dengan alur yang berbeda.

Alarik tetaplah berpacaran dengan Vania dan seharusnya pada bagian ini kakaknya Eliza akan membuat rencana untuk melukai Vania, tapi melihat kakaknya yang sudah tak memperdulikan keduanya membuat ia tersenyum lega.

Eza bahagia setidaknya kakak nya tidak akan mendapatkan akhir tragis seperti dalam novel, dia berhasil membuat Eliza mendapatkan akhir yang bahagia.

Tangan kecil itu memegang dadanya yang berdetak cepat, ia sudah mendapatkan kesimpulan tentang rasa ini. Dia berpikir jika rasa sakit yang ia rasakan akhir-akhir ini adalah efek dari dirinya yang masuk dan merubah takdir Eliza.

Takdir yang bertolak belakang dengan alur novel yang seharusnya dan juga karakter Farelza Kingzi Falois tidak seharusnya ada dalam alur cerita.

Karena sejatinya tubuh yang ia tempati saat ini seharusnya sudah menyatu dengan tanah dan itu tidak akan bisa diubah.

"Dek kenapa melamun?" Eza menggelengkan kepalanya menatap pada wajah tampan Jazian yang menatap khawatir.

"Eza baik hehe" Jazian tersenyum mendengarnya.

Kedua lengan pendek itu melingkari leher Jazian dengan kepala yang ia tumpukkan pada bahu kokoh abangnya karena kini Jazian sedang menggendong dirinya.

Rasa sakit di dadanya semakin terasa, tak jarang ia terbatuk dengan seteguk darah keluar dari mulut kecilnya.

Eza berharap dia bisa lebih lama bersama dengan keluarganya di sini sebelum kembali pada kehidupannya yang lalu.

Dia tidak ingin sendirian lagi.

~~~~~

Eza menatap malas pemandangan di depannya.

Saat ini mereka sedang berada di kantin untuk makan, dan sekarang Eza kehilangan nafsu makannya karena ia melihat roman picisan yang dilakukan Alarik dan Vania.

Adik Kesayangan Antagonis (Pre-Order!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang