Chapter 4

43.4K 5.3K 407
                                    

Vote?
















"A adek?" Jazian merasa dunianya runtuh detik itu juga saat melihat tatapan kecewa yang Eza berikan padanya.

Adiknya itu, Ezanya memang benar-benar ada dihadapannya, adiknya yang tertidur begitu lama hingga membuat ia frustasi kini benar-benar ada dihadapannya.

Otak Jazian tak dapat berpikir jernih, remaja itu linglung apalagi saat melihat wajah datar Daddy nya yang ada dilantai dua.

Jazian menampar dirinya sekali, untuk membangunkannya dari mimpi indah ini. Dia takut, jika yang terjadi hari ini adalah mimpi, dia takut jika yang ada dihadapannya saat ini hanyalah sebuah halusinasi yang ia ciptakan. Iya takut bangunnya Eza adalah sebuah mimpi dan saat ia terbangun yang ia dapatkan hanyalah tubuh kaku adiknya.

Jazian terlalu takut. Tapi, jika ini memang benar-benar mimpi, tolong! jangan bangunkan Jazian.

Saat hendak menghampiri Eza, adiknya itu lebih dulu menghampiri Eliza dan memeluk tubuhnya.

"Kakak, Eza. Eza kangen banget hehe" Jazian semakin merasa bersalah saat mendengar suara lirih Eza.

"A adek maaf, Abang. Nggak berm-

"Kak Iza, ayo kita kekamar kakak! Eza ingin mendengar kelanjutan cerita kakak yang waktu itu!"

Eliza tersenyum dan membawa Eza ke kamarnya yang berada dilantai dua, tapi sebelum itu dia menatap datar Jazian yang mematung ditempatnya.

"A dek?"

Tes tes tes

Air mata jatuh dari pelupuk mata Jazian, hatinya hancur saat Eza tak sedikitpun menoleh kearahnya.

"Hiks maaf hiks maaf, a Abang nggak bermaksud" Jazian mulai menangis ditempatnya. Bahu yang biasanya tegap itu kini bergetar seiring isakan yang mulai menunjukkan suaranya.

Grep

Ravendra memeluk putra pertamanya itu dengan erat. Telapak tangannya mengelus punggung Zian dengan lembut.

"Minta maaflah pada Eza nanti, Zian. Daddy tau kau tidak bermaksud mengatakan hal itu tadi" tangis Jazian semakin mengeraskan tangisannya.

Dia sungguh merasa bersalah sekarang.

"Maaf dad" jawabnya parau .

"Hmm. Berbaikan Lah dengan Eliza juga, Daddy tau semua yang kalian lakukan selama ini, kenapa kau tidak membela adikmu?, Seharusnya kau marah saat tunangan adikmu lebih dekat dengan gadis lain" Jazian mencengkram pakaian belakang Ravendra.

Benar apa yang dikatakan Daddy nya, kenapa ia tidak membela Eliza? Sudah jelas-jelas yang salah di sini adalah Alarik, tapi kenapa ia malah membela mereka. Ah benar, jika dipikir-pikir setelah kehadiran Vania, entah kenapa dia seperti terjerat akan sesuatu tapi ia tidak tau apa yang menjeratnya.

"Maaf" hanya itu yang dapat Jazian katakan.

"Hmm"

~~~~~~

"Adek, kenap melamun?" Eza tersentak saat mendengar suara Eliza.

Kini mereka sedang duduk dikasur Quenza size milik Eliza, pakaian Eza pun sudah diganti dengan bantuan Eliza.

Eza termenung, entah kenapa kini kepala dengan otak kecilnya tak dapat berpikir dengan jernih hingga tanpa sadar ia melamun.

"Kakak, apa bang Zian nggak suka Eza bangun?" Tanyanya tak yakin.

"Hmm siapa bilang?"

"T tapi tadi Abang, uhh~" Eza terdiam kesal, kedua alisnya menikuk dengan bibir bawah yang dimajukan.

Adik Kesayangan Antagonis (Pre-Order!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang