Chapter 8

38.2K 5K 388
                                    

Votmen juseyoo~~~





"Adek boleh ikut kakak sama Abang kesekolah?", Eliza dan Zian saling menukar pandangan.

"Emang adek mau ngapain disekolah kita?", Zian bertanya dengan lembut.

"Eza penasaran, Eza pengen liat sekolah Abang itu gimana!! Eza juga pengen sekolah tau~".

'gue juga pengen liat si pronta anying, penasaran banget gue sama muka mereka', sambungnya dalam hati.

Eza menatap kedua kakaknya dengan puppy eyes terbaiknya, agar kedua remaja itu luluh dan mengizinkannya untuk ikut.

Keringat sebiji jagung muncul di pelipis kedua remaja itu, mereka mengalihkan pandangannya agar tidak melihat tatapan Eza pada mereka.

"Abang~ yah yah!!", Eza memegang kedua tangan Jazian dengan erat, masih mempertahankan puppy eyes nya membuat pipi Jazian memerah seperti kepiting rebus.

"Adek minta izin Daddy sama mommy dulu yah, nanti kalau mereka ngizinin, kita janji bakalan bawa adek ke sekolah kita".

Eliza memberikan pengertian pada Eza, dia menarik Eza agar tidak mendesak Zian terus-menerus apalagi saat melihat wajah memerah Jazian.

Eza terlihat murung, dia menekuk wajahnya dengan bibir yang ia majukan.

"Iya deh".



~~~~~


Pagi itu tidak seperti sebelumnya, Eza yang biasanya bangun jam 9 pagi kini bangun lebih awal yaitu jam 4 pagi.

Anak itu berjalan kearah kamar kedua orang tuanya dan masuk perlahan-lahan agar tidak membangunkan mommy dan Daddy nya.

Eza menaiki kasur king size itu dengan sudah payah, kemudian membaringkan dirinya ditengah-tengah kedua orang tuanya.

"Daddy, Daddy ayo bangun. Eza ajah udah bangun masa Daddy belum?", Jari telunjuk mungilnya menusuk-nusuk pipi tirus Ravendra.

'ganteng banget Daddy gue', batinnya.

Jemari mungilnya masih tetap menusuk-nusuk pipi tirus Daddy nya, kadang anak itu memenceti hidung Ravendra agar tidak bernafas.

Lima menit dia melakukan aksi gabutnya hingga dia memilih menyerah karena Ravendra tak kunjung terbangun juga.

Farelza beralih kesamping kiri Dimana mommynya tertidur nyenyak, jemari kecil itu juga melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada Daddy nya.

"Mommy~ bangun. Ayo bangun~", ucapnya.

Pipi bulatnya menggembung lucu kala tak mendapatkan respon berarti dari Ariana.

Mata bulatnya mulai berkaca-kaca siap untuk menangis jika saja Ariana tak cepat membuka matanya.

"Loh? Adek?", Ariana mengucek matanya sebentar sebelum beralih menatap putra bungsunya.

"Kenapa bisa di sini?", Tanyanya membawa Eza kedalam pelukan hangatnya.

"Eza nggak bisa tidur lagi, Eza pengen banget kesekolah Abang sama kakak, Eza pengen ikut. Tapi kata kakak, Eza harus minta izin dulu sama mommy dan Daddy", terangnya.

Ah~ Ariana mengerti, dia sudah diberitahu oleh Jazian kemarin. Putra bungsunya sepertinya penasaran sekali dengan sekolah kakak-kakaknya.

"Memangnya adek mau ngapain kesana?".

"Euh nggak ngapa-ngapain, adek cuman mau liat ajah gitu loh~, adek kan Juga mau lihat-lihat huh".

Ariana terkekeh gemas melihat bibir mungil Eza yang mengerucut karena kesal. Dengan iseng dia menarik bibir itu hingga empunya memekik.

Adik Kesayangan Antagonis (Pre-Order!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang