XV

851 90 7
                                    

"Jadi kamu kenapa ngajakin aku ketemuan di sini?" tanya Heeseung. Sekarang Heeseung dan Jay sedang berada di ruang musik yang hanya mereka berdua. Jay tadi mengabari Heeseung untuk menemuinya di ruang musik.

Tapi bukannya menjawab, Jay malah melepaskan liontinnya lalu mengambil cincin yang menjadi bandulnya. Heeseung masih bingung, hingga Jay meraih tangannya lalu meletakkan cincin itu di atas telapak tangannya.

"Gue udah dewasa, gue udah bisa milih apapun yang terbaik buat hubungan ini. Gue diikat semesta sama orang lain. Gue enggak mau nambah orang yang gue sakitin. Dan gue mau pergi ke semesta yang bener-bener ngertiin gue. Maaf, gue enggak bisa lanjutin pertunangan ini, karena setiap ngeliat nisan Sunoo, gue malah ngerasa dibebanin semesta.

Maaf karena gue, lo sampe kehilangan soulmate lo. Gue pelaku tabrak lari yang nimpa Sunoo. Waktu itu gue ngendarain mobil kak Koga terlalu excited sampe nabrak Sunoo. Sunoo meninggal di tempat dan ya, kita ninggalin mayat Sunoo di sana. Beberapa hari kemudian polisi dateng ke rumah gue dan papa gue berhasil nutup kasus dengan uang hiks... gue minta maaf." Dan akhirnya tangis Jay pecah. Sebenarnya Heeseung sangat marah, ingin sekali memukul Jay, namun hal itu tak terjadi, Heeseung langsung saja menarik Jay ke dalam pelukannya. Membiarkan pemuda itu terisak membasahi seragam sekolahnya.

"It's okay, ini keputusan semesta dan aku enggakpapa. Aku seneng kamu bisa jujur ke aku." Ucap Heeseung sambil mengusap surai Jay. Sedangkan mereka tak menyadari bahwa ada orang lain di sana. Tepatnya di belakang rak buku, seseorang mendengar jelas semuanya dari awal.

"Ternyata kamu, kamu yang udah ngebunuh orang yang aku cintain. Kamu pelaku tabrak larinya Sunoo." Ucap Jungwon pelan.

Iya sedaritadi Jungwon memang berada di ruang musik.

***

"Apa! Ayah gila! Kenapa ayah bisa berbuat gitu?! Apa tanggapannya kalau yang ngebuat dia kayak gitu adalah ayah!" Sunghoon berteriak dengan nada frustasinya. Ia tak habis pikir dengan perbuatan ayahnya di masa lalu. Hanya karena saingan di dunia bisnis, ayahnya tega menyabotase pesawat yang ditumpangi orang tua Jake hingga meninggal.

"Makanya ayah enggak mau kamu berhubungan dengan dia, kalau dia sampai tau, dia pasti bakal ngelaporin ayah."

"Denger yah, Sunghoon gak peduli. Dia soulmate Sunghoon, Sunghoon gak akan ngejauh dari dia gitu aja."

"Sunghoon dengerin ayah—

"Gak! Ayah dari dulu tuh enggak pantes di dengerin. Ayah pembunuh! Sughoon pergi dari rumah!" setelah melemparkan dompetnya yang berisi uang tunai serta blackcard miliknya ia pun segera pergi meninggalkan rumah besar itu. Yah setidaknya mobil sport miliknya itu hasil jerih payahnya sendiri setelah memenangkan lomba debat bahasa inggris.

Sunghoon pergi dari rumah dan tak punya tujuan kemanapun. Ia sudah mengembalikan fasilitasnya pada sang ayah. Dan sekarang ia harus mencari tempat untuk bermalam karena hari semakin gelap hingga satu nama terlintas di kepalanya. Untungnya Sunghoon masih menyimpan alamatnya.

***

'Cklek'

Jake terperanjat kaget saat melihat siapa yang bertamu ke apartemennya sore-sore begini. Itu Sunghoon dengan keadaan yang sudah acak-acakan juga menggigil.

"S-sore, sorry, boleh gue numpang tinggal di sini?" tanya Sunghoon sambil memeluk dirinya sendiri karena menggigil. Memang sih sekarang udaranya cukup dingin karena sedang turun hujan.

"Pintu depan apart Taki." Ucap Jake datar dan singkat.

"Tapi dia enggak di apart, gue numpang di sini ya."

'Brak'

Jake menutup pintu itu dengan kasar. Entah kenapa ia sangat tak ingin berurusan dengan Sunghoon.

FIGURINHA [WONJAY]Where stories live. Discover now