XIII

908 98 7
                                    

Jungwon dan Jay sampai di rumah tepat pukul 7 malam bersamaan dengan orang tua mereka yang akan keluar.

"Jungwon? Jay? Kalian baru pulang? Oh iya papa sama mama mau ke toko pernik dulu buat nyari hiasan ultah adik kalian. Daniel udah tidur tadi, jadi kalian jaga rumah ya." Ucap Allen ramah.

Jay tersenyum lalu mengangguk paham.

"Baik baik kalian, jangan bertengkar." Kini sang papa lah yang berbicara.

"Iya pa."

.

.

Malamnya tepat pukul 11 malam, Jay memutuskan untuk pergi ke salah satu ruangan di rumah itu. Ia berfikir untuk ke sana karena sudah lama juga ia tak pergi ke sana.

Jay berjalan menuruni tangga sambil membawa tiga tangkai mawar merah menuju ke sebuah ruangan di lantai satu. Ruangan itu terkunci dan yang memegang kuncinya adalah Jay. Setelah berhasil membuka ruangan itu, Jay langsung memasukinya. Ruangan gelap dan hanya diterangi cahaya bulan dan lilin-lilin. Ruangan itu terdapat banyak bunga dan lilin serta terpasanglah sebuah foto besar di tengah ruangan. Foto seorang laki-laki manis menggunakan sweater merah serta memegang mawar merah yang persis seperti mawar yang dipegang Jay sekarang.

Jay mendekati foto itu lalu meletakkan mawar yang ia pegang ke vas bunga yang terletak tepat di bawah foto.

"Selamat malam bunda, maaf Jay baru ngunjungin bunda lagi. Soalnya Jay lagi butuh waktu berfikir buat masalah Jay. Jay enggak tau apa yang harus Jay perbuat, Jay benar-benar tersesat di jalan pikir Jay sendiri, Jay gak tau harus ngapain. Semoga bunda denger apa isi hati Jay, terus bunda bisa sampaiin ini ke pencipta semesta, bilang sama pencipta semesta kalau Jay udah muak dipermainin semesta." Ucapnya bergetar namun tak terisak.

"Jay?"

Jay menoleh ke belakangnya mendapati Jungwon yang sedang berdiri menatapnya. Jay masih diam, hingga Jungwon berjalan menghampirinya. Dan sekarang Jungwon sudah tepat berdiri di depannya. Jarak mereka cukup dekat saat ini.

Jungwon menoleh ke arah foto satu satunya di ruangan ini lalu menatap Jay kembali.

"Dia bunda kamu?" tanya Jungwon.

"Iya itu foto almarhum bunda gue." Jawab Jay. Jungwon mengangguk paham lalu berbalik menatap foto itu, sedetik berikutnya Jungwon membungkuk empat puluh lima derajat untuk menghormati foto di depannya.

"Selamat malam bunda, aku Jungwon. Saudara barunya Jay. Jungwon janji bakal ngejaga Jay terus setelah ini." Ucapnya. Jungwon kembali menatap Jay.

"Jay kalau kamu punya masalah, kamu bisa percayain aku jadi pendengar kamu kok. Orang akan merasa tenang ketika ia bisa bercerita dengan orang lain. Jadi kamu bisa berbagi sama aku biar hati kamu agak plong." Ucap Jungwon.

"Gimana mau berbagi kalau masalah gue itu elo Won!" batin Jay.

Jay hanya mengangguk menatap Jungwon.

"Oh iya, sebenernya aku juga mau confess sama kamu. Aku harap setelah aku confess, hubungan kita gak akan berubah. Aku gak bisa nahan ini sendirian lebih lama lagi. Jay, sebenernya aku suka sama kamu, aku tau ini konyol disaat hubungan kita sekarang itu saudara tiri. Tapi Jay, aku bener bener suka sama kamu, aku sayang sama kamu, aku pikir aku mungkin jatuh cinta sama kamu. Aku enggak tau pasti sejak kapan rasa ini muncul. Tapi selama ini aku ngerasa nyaman kalau deket sama kamu. Aku yakin kamu enggak begitu sama aku. Lagi kamu udah punya tunangan dan aku udah punya soulmate mark, yah walau sampai sekarang aku gak tau siapa soulmate aku."

Hening...

"Jay maaf ya..."

Jungwon mendekatkan wajahnya pada Jay lalu memiringkan sedikit kepalanya hingga...

'Chu'

Mata Jay membulat sempurna saat merasakan benda kenyal asing yang menabrak bibirnya. Itu bibir Jungwon, Jungwon mengecup bibirnya. Bukan hanya mengecup biasa, tapi Jungwon juga mulai menggerakan bibirnya. Jungwon melumat bibir Jay dengan lembut membuat Jay hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya takut. Bahkan kini kaki Jay jadi terasa seperti jelly. Untung saja Jungwon sigap menahan pinggang Jay agar tidak terjatuh.

Dan di hadapan foto bunda Jay serta diterangi sinar bulan dari jendela, sepasang soulmate yang belum terikat secara nyata itu berciuman. Berusaha memberi dan berusaha menerima bagaimana semesta mempermainkan mereka.

***

Keesokan harinya...

Lift terbuka menampilkan Jake yang kini sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Jake berjalan keluar lobi. Kali ini ia akan mencoba menaiki bus saja ke sekolah. Dia cukup malas untuk berkendara hari ini. Namun saat hendak menaiki bus, seseorang malah menahan tangannya.

Jake menoleh dan mendapati Sunghoon yang tengah menahannya.

"Ih lepas gak!" ronta Jake.

"Enggak!"

"Gue teriak nih! Tolong saya mau diculik—hmmpt." Teriakan Jake tertahan karena bekapan Sunghoon. Orang-orang yang ada di halte pun serentak menoleh ke arah Sunghoon dengan tatapan membunuh.

"Hehe maaf, ini soulmate saya, saya enggak niat nyulik kok. Dia tadi marah sama saya, jadi saya mau minta maaf." Ucap Sunghoon sambil menunjukkan soulmate mark miliknya juga milik Jake yang ternyata sama. Orang-orang di sana mengangguk paham dan membiarkan Sunghoon membawa Jake.

Jake tentu terkejut, bagaimana bisa soulmate mark miliknya dan milik Sunghoon bisa sama?

Hingga tak lama mereka sampai di depan mobil sport mewah milik Sunghoon. Sunghoon melepaskan bekapan itu dan membiarkan Jake untuk bernafas.

"Lo! Lo apa apaan sih dasar orang gila!" kesal Jake sembari menjambak rambut Sunghoon dengan brutal.

"Awh awh sakit Jake." Ringis Sunghoon namun Jake tidak peduli, dia tetap menjambak rambut Sunghoon hingga....

'Hap'

Sunghoon berhasil menangkap tangan Jake lalu mengunci pergerakan Jake di pintu mobilnya. Kini wajah mereka sangat dekat. Jujur, Jake agak takut saat menatap mata tegas itu.

"Denger, gue cuman mau berangkat bareng sama lo." Sunghoon membuka pintu depan lalu memasukkan Jake dengan kasar ke dalam mobil.

'Blam'

Sunghoon menutup pintu itu dengan keras. Kasar memang, tapi Sunghoon malah suka mengasari pemberontak seperti Jake. Mungkin Sunghoon mengakui kalau Jake bukan pemberontak tapi hanya pembangkang walau tidak ada bedanya.

Sunghoon duduk di kursi kemudi lalu menjalankan mobil itu di atas kecepatan rata-rata membuat Jake sendiri jadi mengingat tuhan saat ini juga.

"Ni orang gila banget, mau mati ngajak-ngajak!" pekik Jake yang ngeri dengan cara berkendara Sunghoon.

"Kan lo soulmate gue, jadi kalau gue mau mati harus sama lo juga."

"Sinting!"

FIGURINHA [WONJAY]Where stories live. Discover now