X

1K 100 9
                                    

Niki hanya memain-mainkan kakinya sambil menunggu hasil pemeriksaan kandungannya hari ini. Sedangkan bunya sibuk membuka sosial media. Dokternya juga masih menyusun data pemeriksaan.

Dan tak lama sang dokter duduk di hadapan dua lelaki berbeda generasi itu sambil memegang data hasil pemeriksaan.

"Jadi tuan Jeongin, kandungan tuan Niki sejauh ini sehat-sehat saja. Tekanan darah tuan Niki stabil, detak jantung janinnya juga stabil. Semua hasil tesnya baik. Jika tuan Niki tidak pernah mengalami morning sickness seharusnya suami nya lah yang mengalami itu." terang dokter.

Jeongin menoleh ke arah putranya itu.

"Kamu pernah liat Sunghoon morning sickness?" Tanya Jeongin.

"Enggak, yang aku liat dia kayak baik-baik aja." Ujar Niki. Jeongin nampak terkejut, namun iya berusaha untuk tetap tenang dan langsung berpamitan pada sang dokter setelah menerima resep vitamin Niki.

***

Jay menatap kertas kegiatan kemping yang akan dilaksanakan minggu depan. Bukan apa, jika ia dan Jungwon sama sama mengikuti itu, maka Daniel akan sendirian di rumah. Jay mana tega meninggalkan Daniel. 

Sejak kapan Jay peduli? Tentu saja sejak malam itu. Tak ada masalahnya ia menerima kedua saudara tirinya itu. Setidaknya ia bisa menutupi kegugupannya saat tau bahwa Jungwon adalah soulmate yang ditakdirkan semesta untuknya.

Oke Jay tetaplah denial,

'Cklek' pintu rumah terbuka menampilkan Jungwon beserta Daniel yang baru saja tiba. Jungwon memang tadi pergi lagi untuk menjemput Daniel yang mengikuti les piano.

"Selamat sore kak Jay!" ucap Daniel riang lalu berhambur memeluk Jay yang sedaritadi duduk di ruang depan. Jay membalas pelukan bocah itu. Sudah lama ia tak merasakan pelukan seperti ini.

Tak lama Daniel melepaskan pelukannya lalu kembali menatap pergelangan tangan Jay yang terbalut dengan kain kasa yang tebal.

"Apa tangan kak Jay sakit?" Tanya Daniel polos, sebenarnya tangan Jay tidak benar-benar sakit. Ia hanya menutupi soulmate mark nya agar tidak diketahui oleh Jungwon.

"Ahaha iya nih." Jawab Jay berusaha ceria.

"Apa perlu Daniel obati? Sini Daniel obati, tapi buka dulu kasanya biar Daniel tau lukanya bagaimana." Ujar Daniel, mata Jay membulat lalu melirik ke arah Jungwon yang kini sedang duduk di sofa sembari menatap ke arahnya.

Sial

Sedaritadi Jungwon memerhatikan interaksinya dengan Daniel.

"Eh enggak usah Daniel, lukanya udah kakak obatin kok."

Daniel mengangguk paham.

"Yaudah Daniel ganti baju gih, abis itu kita makan siang- eh enggak maksudnya makan sore. Kakak udah masakin makanan yang enak, ajak kak Jungwon juga ya." Ucap Jay.

"Oke kak."

***

skip

Kini Jay sedang mengerjakan tugas matematikanya di ruang tengah ditemani teh hangat. Malam ini sedang hujan deras, jadi Jay memutuskan untuk mengerjakan tugas di rumah daripada nongkrong bersama teman-temannya walau besok adalah hari minggu.

Tak lama Jungwon datang dan langsung duduk di sebelah Jay membuat Jay menegang seketika.

"Lo ikut kegiatan kempingnya?" Tanya Jungwon membuka suara.

Jay menoleh ke arah Jungwon, dan sial sekali jarak mereka kali ini sangat dekat. Bahkan Jungwon juga masih menatapnya. Jay akui kalau Jungwon memang tampan, dewasa dan baik, lagi Jungwon adalah soulmate nya. Tapi kini mereka malah terjebak dalam status persaudaraan.

"Eh itu... gu-gue enggak ikut." Ucap Jay lalu memalingkan kembali pandangannya ke buku.

"Loh kenapa?"

"Kemping itu 3 hari dan gue enggak bisa ninggalin Daniel sendirian selama itu." Ucap Jay berusaha tenang.

Jungwon yang mendengar itu tersenyum simpul. Selain manis, Jay juga pengertian. Andaikan Jungwon adalah soulmate nya, Jungwon akan merasa sangat beruntung sekali.

"Kalau gitu kita sama-sama enggak ikut." Finish Jungwon.

Jay menoleh menatap Jungwon dengan tatapan bingung.

"Lo juga adek gue, gue enggak akan pernah ninggalin lo."

Gue enggak akan pernah ninggalin lo

Enggak akan pernah ninggalin

Entah kenapa jantung Jay kini terasa bergemuruh. Jika ini rasa tidak akan mungkin muncul secepat ini.

"Eh ini salah rumus nya, lo seharusnya ngaliin ini ke sini." Jay tersadar kini Jungwon memerhatikan pekerjaannya lalu mengambil alih pensil Jay dan menulis rumus matematika yang benar. Jaraknya dengan Jay sangat dekat. Bahkan Jay bisa dengan jelas menghirup wangi maskulin Jungwon yang memabukkan.

"Kalau lo kurang ngerti matematika, lo bisa tanya gue. Karena materi yang baru lo pelajarin udah gue pelajarin." Ujar Jungwon lagi. Jay hanya bisa mengangguk kaku lalu berusaha fokus pada kertas soalnya.

'JDARRR'

"Aaaaa!" teriak Jay kaget.

Suara petir yang menggelar itu reflek membuat Jay ketakutan dan langsung memeluk leher Jungwon. Jungwon tertegun seketika, skinship kedua yang Jay lakukan padanya walaupun Jay murni ketakutan dan reflek memeluknya. Maka dari itu Jungwon kembali membalas pelukan Jay dan berusaha menenangkan Jay yang ketakutan.

"Sssstt, enggakpapa gue di sini sama lo." Ucapnya tepat di telinga Jay.

"Jangan tinggalin gue Won."

Jangan tinggalin gue Won

"Sunoo?"

***

'Cklek'

Sunghoon membuka pintu icu itu dengan perlahan lalu menutupnya secara perlahan agar tak mengganggu seorang wanita yang kini terbaring di atas brankar dengan selang-selang medis yang terpasang di mulut, hidung serta nadinya. Walau Sunghoon yakin mau suara sebesar apapun wanita itu tak akan terbangun. Ya setidaknya dalam kurun waktu setahun belakangan.

Sunghoon menghampiri wanita itu, menarik salah satu bangku di sana lalu duduk tepat di samping brankar. Perlahan Sunghoon mengusap pipi wanita itu yang kini terlihat keriput dan kempis karena hanya mengandalkan selang untuk tetap bernafas dan bertahan hidup. Miris sekali.

"Bunda, kapan Bunda bangun dan bisa ngeliat Sunghoon lagi? Sunghoon kangen sama bunda. Bunda enggak kangen sama Sunghoon?" ucap Sunghoon rada bergetar, namun ia tetap berusaha menahan tangisnya.

"Semenjak bunda gak di rumah, ayah selalu maksain Sunghoon buat ngelakuin apa yang dia mau. Bahkan ayah udah berani main tangan sama Sunghoon. Ayah berubah, Sunghoon enggak kuat. Jadi Sunghoon pergi dari rumah. Kemarin Sunghoon tidur di minimarket tempat Koga kerja. Harinya dingin, dan di situlah Sunghoon malah pengen ngerasain pelukan bunda. Sunghoon bener-bener kangen bunda.

Oh iya, Sunghoon juga minta maaf..... karena selama ini Sunghoon belum bisa jadi orang baik yang bunda pengenin. Sunghoon masih ngelakuin dosa.... Sunghoon minta maaf. Tapi sebenernya Sunghoon ngelakuin itu semata-mata karena Sunghoon bener-bener stress sama semua. Tapi tenang, Sunghoon enggak makai barang terlarang  kok, tenang aja.

bunda cepat bangun ya... sekali lagi Sunghoon kangen sama bunda." Ucap Sunghoon, lalu ia pun tidur menyender pada brankar yang ditempati sang ibu.

FIGURINHA [WONJAY]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora