Obfuscate 〜 08

311 47 20
                                    

- ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ -

"Kalau lo punya hati, pake. Kalau lo punya otak, gunain."

- ᴏʙꜰᴜꜱᴄᴀᴛᴇ -

Rencana awal mungkin memang hanya sebatas menonton film yang sedang trending, tetapi saat melihat pasar malam, seketika bukan hanya sebatas itu.

Cavella tak bisa menutupi antusiasnya melihat berbagai wahana di sana dengan gemerlap lampu warna-warni. Terlihat indah.

"Mau naik sesuatu?"

Manik Cavella yang sebelumnya berpedar menyusuri setiap sudut-sudut pasar malam, lantas beralih pada Tenggara. Gadis itu mengangguk cepat.

Tenggara mendengus. Cowok itu ikut mengedarkan pandangannya. "Mau naik apa, cantik?"

Cavella terlihat berpikir sebelum kemudian jatuh pada rumah hantu yang terlihat ramai. "Southeast, ayo ke rumah hantu," ajak gadis itu.

Manik hijau Tenggara sontak melotot mendengar ajakan gadis itu. "Gak," tolaknya mentah.

Cavella mendongakkan kepalanya pada cowok di sampingnya itu. "Jangan bilang lo masih takut hantu?"

"Dih, siapa bilang?"

"Buktinya gak mau." Cavella mencondongkan tubuhnya pada Tenggara. "Dasar cemen," ejek gadis itu lalu tertawa saat tubuhnya didorong menjauh.

Tenggara sendiri berdecak melihat itu. Lagipula ia bukannya takut setan, hanya saja ia pernah mengalami hal buruk saat masuk ke dalam rumah hantu. Hal yang membuatnya tak pernah ingin lagi menjajali wahana itu, mau bagaimana pun.

Cavella mengulum bibirnya. Manik gelapnya terus saja bergerak menyusuri pasar malam, mencari hal yang menarik matanya. Ketemu. Tangannya bergerak menggenggam tangan Tenggara, lalu menarik cowok itu mengikuti langkahnya.

Tenggara sontak menganga begitu Cavella berhenti di sebuah wahana.

"What the fuck?! Ini buat anak kecil, anj."

- ᴏʙꜰᴜꜱᴄᴀᴛᴇ -

Hampir tiga jam mereka mengitari pasar malam dan menjajali wahana di sana, sebelum kemudian memutuskan untuk makan sebelum pulang. Maka dari itu, di sinilah mereka sekarang. Di sebuah restoran yang cukup terkenal.

Cavella menundukkan kepalanya. Manik gelapnya menatap makanannya yang sedari tadi hanya ia aduk tanpa minat. Jelas itu tak lepas dari pandangan Tenggara.

"Tadi ketawa-ketawa, sekarang murung."

Helaan napas lantas terdengar. Cavella menaikkan tatapannya pada Tenggara. "Southeast," panggil gadis itu.

"Apa?" Tenggara menatap sesaat Cavella, sebelum kembali sibuk menggulung pastanya.

"Lo cowok, kan?"

Tenggara yang hendak menyuapkan pasta ke dalamnya sontak berhenti. Cowok itu mendengus mendengar pertanyaan retoris Cavella.

"Lu gak berharap gue jawab waria, kan?" sarkas Tenggara.

Cavella tertawa pelan. Gadis melirik ponselnya yang menyala, menampilkan sebuah notifikasi, dari emoticon yang tertera pada nama kontak, jelas ia sangat tahu siapa pengirimnya.

"Carvon lagi?" tanya Tenggara ikut melirik layar ponsel gadis itu. Ponsel Cavella memang diletakkan begitu saja di meja. "Bilang Cave, harus gue apain dia?"

𝐎𝐁𝐅𝐔𝐒𝐂𝐀𝐓𝐄 : 2CWhere stories live. Discover now