Bab 6 : Kunjungan & Keanehan

120 19 14
                                    

Note :

Karena author sering salah menuliskan ENFP sebagai perempuan (seharusnya laki-laki) selama proses penulisan, author memutuskan untuk mengubah gender karakter ENFP menjadi perempuan. Jadi ENFP di sini bukan Pangeran Carlos lagi. Tapi, Putri Celia.

Ingat yaa! Putri Celia (ENFP)!

*Ini karena author keseringan lihat karakter ENFP yang perempuan di video TikTok tentang MBTI. Jadinya secara gak sadar, video-video itu menanamkan di otak author kalo ENFP itu perempuan 😭🙏🏻

Dan mohon maaf sekali lagi, karena author Muslim, author harus mengubah beberapa hal dalam cerita yang mengandung tema dan unsur yang mendekati hal-hal haram. Contohnya seperti sihir.

Di sini, kata 'sihir' akan diubah menjadi 'kekuatan' saja.

"Loh, bukannya nanti jadi sama aja, thor?"

Beda kok. Nanti kekuatan itu bakal ada ceritanya sendiri. Nanti kalian tunggu dan lihat aja yaa! 😉

══════ ∘◦❁◦∘ ═══════

"Senang sekali berbincang denganmu, Yang Mulia Celia!" Ucap Hans yang lalu berjabat tangan dengan Celia singkat.

Pangeran berambut pendek itu hendak menutup pembicaraan dan merapihkan tas berisi berkas-berkas yang ia bawa. Celia lalu melepaskan tangan kekar Hans —yang Celia sendiri terkejut ketika menjabatnya karena tak menyangka tangan Hans sekekar itu— dan mencoba untuk tersenyum seramah mungkin pada kedua Sentinel.

Sophie dan Hans hanya tersenyum kecil. Senyumnya sedikit kaku. Mungkin terpaksa karena mereka harus menaati peraturan dari adat istiadat mereka.

'Tersenyumlah pada siapapun, meskipun itu adalah musuhmu.' Begitulah bunyi salah satu pepatah yang pernah Celia dengar saat mengunjungi kerajaan mereka untuk mempelajari sejarah dan budaya bangsa Sentinel.

"Baiklah. Aku rasa itu semua sudah cukup untuk hari ini. Kami harus pulang ke kerajaan. Ada banyak hal yang harus kami lakukan."

Hans menaruh gawainya di dalam tas selempang hitam yang ia bawa. Kemeja yang tadinya kusut karena terlipat-lipat saat duduk ia benarkan sehingga terlihat rapih. Tangan kanannya dengan lihai menyisirkan rambut hitam pendeknya. Sophie yang melihat gerakan itu hanya bisa meringis geli.

Sempat-sempatnya dia melakukan itu di kerajaan musuh. Wanita dengan rambut disanggul itu lalu menjewer telinga Hans. Yang dijewer hanya bisa berteriak kesakitan. Lalu melepaskan jeweran itu dengan paksa. Tangan yang tadinya sibuk menyisir rambut itu kini sibuk meraba-raba telinganya yang sudah merah dan terasa cenat cenut.

"Argh! Kau ini kenapa sih? Selalu saja menjewerku saat aku sedang berusaha merapihkan rambutku?!" Protes Hans masih saja meraba-raba daun telinganya dan meringis kesakitan.

"Kau pikir aku tak tau kalau kau hanya ingin tebar pesona?! Dasar bodoh!" Geram Sophie yang lalu menjitak kening Hans.

"Aw!"

"Ahahaha! Maafkan aku Yang Mulia Putri, adikku ini memang suka sekali bertingkah aneh. Mohon maklumi dia, hahaha!" Celia yang lagi-lagi mendengar adanya keterpaksaan dari tawa yang Sophie keluarkan itu mengernyitkan dahinya.

"Baiklah, kami permisi dulu Yang Mulia. Kami harus pulang." Pamit Sophie yang lalu berdiri dan menundukkan sedikit kepalanya.

Hans yang diam saja malah kembali mendapat jeweran yang luar biasa sakitnya sehingga membuatnya lagi-lagi berteriak kesakitan. Sophie lalu menarik bagian tubuh adiknya itu agar kepalanya mengikuti gerakan Sophie sebagai bentuk penghormatan.

Saving The ConifuxWhere stories live. Discover now