Prolog

427 38 11
                                    

A story by : MBTIGal_
Collab with :
cuxwwy
Floremoon
FALIFER_Na
Chenia107
azmeraa
yana_383

❀•°•═════ஓ๑♡๑ஓ═════•°•❀

Pukul enam petang. Matahari sudah terbenam sepenuhnya. Menyisakan malam yang menghampiri langit. Dihiasi oleh gemerlap bintang nan indah yang dilukiskan oleh semesta. Membuat siapapun yang melihatnya takjub tak terkira.

Suasana malam itu begitu ramai. Masyarakat dari keempat kerajaan berbondong-bondong dan banyaknya orang berlalu-lalang di wilayah sekitar kerajaan sembari membawa lampion, guna mengenang para pahlawan yang telah gugur dalam perang antara Analyst dan Sentinel.

Yakni 'Perang Mist', atau Perang Berkabut namanya. Perang yang menghabisi nyawa lebih dari seribu orang penduduk mengakibatkan Kerajaan Conifux terpecah menjadi empat bagian. Kehancuran Snow Mist bersama kekuatannya yang sirna telah memicu kekuatan jahat nan mulai merebak, menguasai mereka.

Kegelapan, kriminalitas, dan kejahatan yang sudah menggila akhirnya menyelimuti Conifux dan merusak secara perlahan. Baik masyarakat maupun bangsawan, semuanya seolah dibisikkan nyanyian jahat yang dapat menghipnotis pikiran.

Yang bisa melawannya, mungkin akan aman. Namun bagi yang tidak, mereka akan melakukan apapun yang disuruh oleh bisikkan itu tanpa henti. Bagaikan kutukan yang terus menggerogoti jiwa-jiwa tak bersalah.

Tak terkecuali seseorang yang saat ini berdiri di dalam sebuah ruangan gelap bangunan tua yang tak terurus. Matanya merah menyala. Sedari tadi tertawa cekikikan seperti hyena yang senang karena sudah menyiksa mangsanya. Seringaian lebar bak seorang psikopat terukir di wajahnya, situasi gelap menambahkan betapa mencekam suasana di dalam gedung itu.

Sementara di seberang, seorang pria tampak terduduk lemas menyender ke dinding yang ada di belakangnya. Kondisi tubuhnya begitu mengenaskan. Kedua tangan terbelenggu di belakang dan terikat dengan tali tambang yang melilit lingkaran perutnya. Sementara ada puluhan luka lebam menghiasi sekujur tubuhnya.

Ia tampak sedikit meringis. Tenggorokannya sakit akibat berusaha berteriak. Meskipun begitu, hanya ada kesunyian yang menemani karena suara yang enggan keluar sebab mulut ditutup rapat oleh kain tebal.

Beberapa saat kemudian, ia mendengar suara langkah kaki dari depan seperti langkah seorang perempuan. Sayang sekali ia tidak bisa mendongak karena sudah terlalu lelah akibat penyiksaan yang ia alami barusan. Hanya bisa menghela napas dan pasrah.

"Sudah menyerah rupanya, Yang Mulia?"

Darahnya menjadi dingin seketika. Rasa takut yang sedari tadi ia pendam di bawah dadanya mulai menyeruak ke permukaan dan menghancurkan tameng keberanian yang tadinya ia gunakan.

"Sayang sekali. Padahal pestanya baru saja akan dimulai."

Orang itu tertawa. Kemudian menyeringai lebar dan berjalan mendekati bangsawan yang sebelumnya dijadikan punching bag oleh perempuan gila itu.

"Ahh ... kau payah sekali. Baru segitu saja sudah menangis." Ucapnya dengan nada meremehkan.

Pria berambut hitam panjang itu terkejut. Tak sadar kalau sedari tadi ia menangis sebanyak itu sampai kentara.

"Yasudah. Kalau kau memang tak suka dengan penyiksaan, bagaimana kalau kau tidur dan beristirahat sementara. Hm?"

Karena pria itu khawatir akan disiksa kembali jika menolak, ia pun mengangguk cepat. Tak berfikir apapun lagi.

"Baiklah..."

*Dung!*

Sebuah suara seperti permukaan benda panjang berbahan besi menggema di gendang telinganya. Sesaat ia mendongak dan melihat apa yang terjadi, sepasang bola mata emerald-nya menangkap bayangan perempuan misterius itu sedang mengayunkan bat baseball ke arah wajahnya.

"...selamat tidur, Yang Mulia."

Saving The ConifuxHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin