[ 02 ] : malam bercerita

284 45 13
                                    

Gavin berdiri bersandar di tiang listrik yang berada di depan warung ditemani lampu remang-remang yang langsung menyorot pada dirinya—sudah seperti center signal song saja.

Menonton keributan yang di ciptakan oleh dua bocah kematian sambil memakan es kiko yang diberi oleh sang adik yang tengah berbaik hati.

"Bang sumpah ya, Aksa gak boong soal Ucil yang punya pacar dua di sekolah itu!" Kekeuh Taksa untuk ke enam kalinya.

"Kalau ngomong pake salam dulu bisa gak sih?! Mulut kok gak dijaga banget." Protes sang empu.

Taksa yang diprotes tak terima akan sebuah fakta yang ditepis kebenarannya oleh sang pelaku yang sudah mendua akan cintanya itu.

"Ya gue cuman mau membeberkan kebenaran aja, biar sifat playboy cap tai badak lo itu ketauan sama abang!"

"UDAH GUE BILANG MANA ADA GUE PUNYA PACAR! Cape denger lo bahas pacar mulu!"

"Dih, orang gue cuman mau abang tau kalau lo gak sebaik keliatannya."

Kerlingan malas Sayudha berikan, lelah hati, jiwa dan raganya meladeni manusia seperti Taksa dengan takaran besar rasa keras kepala.

"Mulai bawa-bawa adab dalam dan luar rumah lo."

Taksa yang bersedia membalas ucapan Sayudha pun di sela oleh Om Haris—sang pemilik warung besar—yang tahu-tahu sudah duduk santai di kursi.

"Atulah Ca, gak apa-apa punya pacar dua juga asal jangan gak punya sama sekali kayak bang Gavin yang tiap hari kerjaannya luntang-lantung gak jelas sama si Arkana."

"Aksa ih om! Apaan Aca, kayak cewek!"

"Loh? Kan abang mu sendiri sama sohib perbadungannya Gavin yang suka panggil kamu Aca,"

"Tolong dong om aku tuh diem aja loh dari tadi."

Haris terkikik mendengar ucapan anak dengan balutan kaos hitam dan celana pendek di depannya. Sesuai ekspektasi, Gavin memang begitu mudah dipancing emosinya.

"Mana temenmu? Tumben gak nempel-nempel kayak biasa."

"Udah malem gak usah aneh-aneh deh om."

"Ya siapa tau, kalian kan emang takdirnya udah sepaket, jadi kalau kemana-mana selalu berdua."

"Dia juga idup kali, punya jalan idup sendiri, cape dah sama om."

"Bang, ayok pulang!"

Ajak Sayudha karena merasa tertekan oleh Taksa yang terus menyerang dengan ucapan, ia memilih untuk tak meladeninya lagi.

"Dadah om, nanti kita balik lagi." Pamit Taksa.

Anak lelaki itu berlari membuntuti kedua kakak beradik yang tengah saling merangkul, menerobos di tengah-tengah agar dirinya tak merasa diasingkan.

Haris tersenyum melihat ke akuran Gavin dan Sayudha yang tak ada tandingannya di komplek ini, jika dibanding dengan anak laki-laki bersaudara lainnya.

Mengingat Arkana dan Mahardika yang sering berkelahi serta Taksa dan Keano yang jarang bertegur sapa saking tak dekatnya.

Begitu berbeda dengan Gavin yang selalu adik yang di nomer satukan serta Sayudha yang selalu menyembunyikan segala hal buruk yang menyangkut Gavin dan menurut saja apa yang dikatakan kakak kesayangan.

Laut Saudara || Boys Planet LokalWhere stories live. Discover now