W 9 | Jo's friend, right?

15 6 3
                                    

Happy reading.

Typo banyak maaf ya, nanti di revisi

•••••

sendirian

•••••

Jam tangan Aruna menunjukkan tepat pukul delapan pagi. Aruna melangkahkan kaki dan langsung melepas pantofel miliknya saat tiba di depan sanggar sekolah. Gadis itu tidak urut tampil dalam acara ini, tetapi, Aruna akan datang dan membantu semaksimal yang ia bisa.

Seperti sekarang, sehabis dari ruang guru, lebih tepatnya sehabis menemui Ibu Salsa—selaku guru mata pelajaran fisika—Aruna cepat-cepat menuju sanggar untuk mengecek beberapa instrumen dan melihat apakah guru pembimbing sanggar membutuhkan bantuan.

"Maaf, telat. Tadi udah izin," ucap Aruna kepada Alfiro yang berdiri di depan pintu, masih dengan baju compang camping nya.

Telatnya setengah jam anjing!

Alfiro tersenyum, mana mungkin dia memaki Aruna si balerina—Dancer kebanggaan SMA Bangsa Pertama—yang galak ini, mana lagi, Aruna adalah teman dekat Kata; teman pintarnya. Jika Alfiro mengumpat sekarang, bisa-bisa jabatan ketua kelas yang membuat dirinya keren akan di cabut dan pindah tangan langsung ke Kata.

Alfiro tidak mau.

"Kita udah selesai latihannya. Kayaknya lo gak di butuhin sekarang." Salah satu siswi menghampiri Aruna dan Alfiro. Gadis itu memakai seragam balerina—leotard—sama seperti milik Aruna di rumah.

Namanya Ranti, sudah bertemu bukan?

Ranti tersenyum miring ketika menatap Aruna. menurut Aruna, wajahnya tengil sekali.

Aruna memandangi gadis itu cukup lama, "Oke, gue bakal balik ke kelas." Matanya bergulir menatap gadis itu kemudian beralih ke Alfiro.

Aruna memutar tubuhnya, memasang kembali sepatu dengan cepat kemudian berjalan meninggalkan sanggar. Aruna merapalkan doa agar sebuah makian tidak meluncur mulus dari bibirnya.

Anjing ... Bangsat ... Babi ...

"I did it." Bersabar.

Sepanjang koridor yang Aruna lewati, dirinya melafalkan terus kalimat 'i did it'. Kaki yang di balut pentopel itu terus terpatri mengetuk-ngetuk lantai untuk sampai ke kelasnya. Tidak sengaja cewek ini bertemu tatap dengan Ayara yang baru saja turun dari lantai dua—lab komputer—Aruna rasa.

"Oh. Ru, sudah dari sanggarnya?"

Kalimat tanya Ayara membuat emosi Aruna kembali meluap-luap. Pertanyaan itu menyenggol egonya yang baru saja di turunkan lelah Ranti. Sepertinya Ayara memang ingin mengejeknya sekarang.

Aruna memaksakan senyuman terbit di wajahnya. "Udah."

Gadis itu mengangkat buku yang sebelumnya berada di sisi kanannya menjadi di depan dada. Tangannya memeluk buku itu. "Tadi udah izin sih sama Alfiro, sama Bu Nas juga. Tapi nanti kalo guru mapel masuk dan ngabsen—,"

"— gue izinin, I know where you're going," sambung Aruna. Ia tahu betul apa kalimat selanjutnya yang akan di ucapkan Ayara.

"Thanks, Ru."

•••••

Seorang gadis berpakaian putih abu-abu, kardigan biru muda dengan rok sebatas lutut dan rambut terurai setengah berdiri di depan gerbang SMA Bangsa Pertama. Sekitar dua puluh menit Aruna telah berdiri di sini, menunggu mobil yang biasa menjemputnya. Masih ada beberapa siswa-siswi di sini, menunggu jemputan atau sekadar berbincang sebelum pulang kerumah masing-masing.

waktu Where stories live. Discover now