"Aku ingin putus." Seru Mingyu. Dia mengatakan hal itu di tengah lapangan luar sekolah.
Sakura menelan ludah. Dia ingin mengatakan sesuatu tapi dia seperti tidak mempunyai alasan untuk berkata. Sakura bukanlah orang yang padai berkata sesuatu. Dia hanya diam seperti patung.
"Aku benci ketika kau selalu diam tidak mengatakan apapun ketika aku marah, kau selalu diam ketika aku mencium seorang gadis lain. Entah apa kau memang menyukaiku atau tidak." Taehyung mendecak kesal
"Apa kau melakukannya dengan sengaja?" Sakura menggumam lirih.
"Kau pikir aku aku sengaja melakukan itu untuk membuatmu cemburu." Mingyu menjawab sedikit kasar. "Jangan bilang kau percaya jika aku benar menyukaimu."
Sakura menelan ludah. Dia menunduk seperti murid yang sedang dihukum karena tidak mengerjakan tugas. "Tapi kau bilang kau menyukaiku." Sakura membuka suaranya.
"Dulu. Tapi aku mulai bosan denganmu. Aku bahkan tidak bisa menyentuh tanganmu. Apa kau seorang biarawati."
Sakura dengan gugup berkata. "Maaf aku tidak terbiasa lelaki menyentuhku."
"Jika begitu mengapa kau setuju berkencan denganku."
Sakura rasanya ingin menangis tapi entah dia tidak bisa.
"Aku bosan dengan dirimu. Kau terlalu monoton. Kita berdua masih muda. Aku ingin menikmati masa mudaku. Bersama denganmu membuatku bosan."
"Aku bisa berubah." Sakura menatap wajah Mingyu.
"Bagaimana bisa kupercaya. Wajahmu saja tidak berekspresi seperti itu. Aku tidak ingin berkencan dengan seorang robot."
"Apa minta maaf." Balas Sakura singkat.
"Apakah permintaan maafmu ini berguna."
"Apa aku berarti untukmu?"
"Apa perlu ku jawab." Sentak Mingyu.
Sakura diam. Dia ingin sekali mengatakan jika dirinya sangat menyukai Mingyu tapi kata-kata itu tidak bisa keluar dari mulutnya.
"Apa yang kuharapkan dari gadis robot seperti dirimu." Mingyu kembali mencibir. "Jangan pernah tunjukan lagi wajahmu di hadapanku. "
Dan Sakura berdiri sendiri disana. Tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia seperti putus asa. Dunia yang dia dambakan runtuh seketika.
Mingyu kembali ke kelas. Dia duduk sambil menghela nafas. Berharap semua akan baik-baik saja. Semoga apa yang dia lakukan baik di kemudian hari.
Sepertinya tidak. Tidak untuk Sakura. Gadis itu masih disana sampai satu jam. Berdiri seperti patung dan bejalan seperti orang linglung. Mengapa sulit baginya berkata jika dia menyukai Mingyu dan tidak ingin lelaki itu meninggalkan dirinya. Mengapa dirinya yang seperti robot itu bisa dengan lepas berkata sesuai dengan keinginan hatinya.
Sakura kembali kerumahnya yang besar, sepi dan suram. Ketika di berjalan di halaman rumahnya yang dipenuhi dengan bunga Lily yang di tanam ibunya dia merasa lemas. Sakura ingin segera sampai ke kamarnya. Hanya kamar tempat pelarian Sakura.
Dia menangis tanpa mengeluarkan suara. Hatinya merasa sakit. Setidaknya Sakura sudah mengetahui hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Mingyu tidak mungkin benar-benar menyukai dirinya atau jika memang lelaki itu menyukai dirinya, cepat atau lambat akan meninggalkan dirinya.
Sakura menutup wajahnya yang menagis tersedu sambil terduduk.
"Mengapa rasanya sesakit ini. Aku hanya ingin di cintai walau hanya sekali."
Keesokan paginya Sakura pergi seperti biasa kesekolah tanpa ada beban dan entah bagaimana bisa matanya yang tidak bengkak padahal dia menangis semalaman.
Dia berjalan kekelas seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dia tidak bisa bercerita kepada Yunjin. Sahabat satu-satunya itu sedang berada di Amerika untuk pertukaran pelajaran. Dia berjalan sendirian kemanapun. Kini tidak lagi bersama Mingyu disisinya. Semua siswa akhirnya mengetahui jika Mingyu memutuskan hubungan dengan Sakura.
Mingyu adalah playboy sekolah dan Sakura adalah si gadis old money yang kaku. Walau keluarga Mingyu juga berasa dari keluarga pembisnis kaya di negaranya.
Sudah sebulan berlalu sejak Mingyu memutuskan hubungannya dengan Sakura. Mata lelaki itu terus tertuju kepada Sakura. Hari ini ini dia kembali melihat Sakura duduk sendirian di kantin. Kembali duduk di meja yang sama. Mata gadis itu terlihat kosong. Mingyu sedikit kesal mengapa gadis itu tidak merasa kehilangan dirinya. Apakah keputusannya salah. Apapun itu pasti terbaik untuk dirinya. Bukankah wajar bersikap egois ketika masih muda. Atau mengambil keputusan yang salah.
Hati Sakura kembali kosong seperti sebelumnya tapi ini adalah kasus yang terburuk. Dirinya di buang oleh orang yang dia sukai. Orang tuanya akan bercerai. Sudah lama sekali hubungan kedua orang tuanya sangat buruk. Maklum mereka berdua menikah karena perjodohan. Uang adalah kasih sayang bagi kedua orang tua Sakura. Sakura sama sekali tidak punya orang untuk berkeluh kesah. Ketika dadanya sesak karena permasalahan yang dia hadapi, Sakura hanya bisa mendesah. Suatu saat Sakura mendengar orang tuanya bertengkar dan dia mendengar jika mereka berdua tidak menikah atau Sakura dulu tidak pernah dilahirnya mungkin mereka berdua sudah bercerai sejak lama. Sungguh sangat menyakitkan. Gadis itu hanya bisa menahan tangis di kamarnya. Jika dia memilih, dia tidak ingin dilahirkan.
Sakura semalaman ini mengurung dirinya dikamar. Melewatkan makan malam. Dia duduk di bathtub kamar mandi yang penuh dengan air sambil memegang handphone. Menekan nama Yunjin di layar.
Yunjin yang setengah tertidur terbangun. Dia adalah orang yang selalu setia berada disisi Sakura. Dia sendiri benci sekali di jauhkan dengan Sakura. Mereka berdua seperti kembar. Gadis itu sangat mengagumi Sakura. Seperti fans nomor satunya.
"Sakura." Suara Yunjin terdengar parau.
"Apa aku mengganggumu?"
"Tentu tidak. Apa kau baik-baik saja?"
"Aku pikir tidak." Baru kali ini Sakura berkata jujur. "Aku merasa tidak baik-baik saja. Hatiku merasa sakit."
"Apa ini karena lelaki berengsek itu? Aku akan mengenalkanmu leleki tampan disini. Jangan khawatir." Yunjin langsung bangun dari kasurnya.
"Bukan. Kau tahu tentang diriku bukan. Aku tidak bisa merahasiakan apapun darimu."
"Sakura." Yunjin menelan ludah.
"Aku merasa lelah. Aku ingin tidur dan tidak terbangun lagi. Aku berharap jika aku terbangun nanti aku bisa tersenyum bahagia. Aku pikir aku ini dikutuk untuk tidak boleh bahagia." Sakura tertawa sedih.
"Kau membuatku menangis. Diamlah jangan berbicara seperti kau ingin mati. Tunggu aku. Aku akan ambil penerbangan pagi besok. Kita bisa hangout ke tempat favorit kita."
"Kau baik sekali. Aku berharap kau adalah saudara perempuanku."
"Diam. Aku ini saudara kembarmu." Yunjin sedikit menaikkan suaranya.
"Apakah aku tidak pantas dincintai seseorang. Bahkan orangtuaku saja tidak menginginkanku." Sakura memelas dan mendesah. "Sebenarnya aku tahu Mingyu cepat atau lambat akan meninggalkanku. Aku tidak mempunyai kepercayaan diri untuk menginginkannya tetap disisiku."
"Sudah 2 bulan Sakura. Sudah 2 bulan semenjak dia mencampakkan dirimu. Kau itu sempurna. Kau hanya kehilangan hormon ketawa saja"
Sakura tertawa. "Maafkan aku. Aku harap kau selalu menyukaiku dan tidak melupakan jika kita pernah berteman."
"Sakura. Aku akan selalu menjadi teman baikmu. Istirahatlah. Besok kita akan bertemu."
Sakura tersenyum dalam. "Sampai jumpa Yunjin." Panggilan di matikan.
YOU ARE READING
UNFORGIVEN
FanfictionCerita ini seperti kisah Romeo dan Juliet karya Shakespeare. Tepatnya kisah Romeo dan Juliet di zaman modern. Bangun dari tidur yang Mingyu rasakan seperti terlempar dari masa depan ke masa lalu. Dia merasakan tubuhnya yang sudah tidak bernyawa kemb...
