42

104 8 0
                                    


Azkier mendesah pelan dan melangkahkan kakinya keluar dari penjara bawah tanah. Kepalanya berdenyut, sudah berhari-hari ia menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

Bahkan, belakangan ia jarang datang ke akademi.
Walaupun sebenarnya ia hanya menghindar, namun ia tidak bisa terus-menerus melakukan hal ini.

Ujian akhir akan di adakan setelah liburan musim dingin selesai. Azkier tidak akan bisa lulus jika dirinya tidak mengikuti ujian akhir.

Azkier menjatuhkan tubuhnya pada ranjang dan menatap langit-langit kamar. Memejamkan mata dan mencoba untuk tidur.

Sudah lama ia tidak bertemu dengan Rain. Ah, ia benar-benar merindukan gadis itu. Namun, Azkier takut untuk bertemu dengan Rain. Ia takut gadis itu akan mengungkit sesuatu tentang pembatalan pertunangan.

“Ah, sial! kurasa aku akan gila jika terus menerus memikirkan hal itu,” Azkier mengacak-acak rambutnya frustasi. Pikirannya berpacu dan wajah datar Rain terlintas di benaknya.

“Apa yang harus aku lakukan agar dirimu tidak pergi?” lirih Azkier.

Suara ketukan di pintu membuat Azkier langsung mendudukkan dirinya. “Tuan, apa Anda ada di dalam?” tanya Raven yang berada di balik pintu.

“Masuklah,” titah Azkier. Pintu terbuka dan menampakkan Raven yang berjalan ke arah Azkier dan menunduk hormat.

“Ada apa?” tanya Azkier spontan.

“Ada surat untuk Anda,” ujar Raven yang langsung menyerahkan sepucuk surat kepada Azkier.

“Siapa yang mengirimkannya?” tanya Azkier sembari membolak-balikkan surat yang masih tersegel itu.

“Itu...” tangan Raven terkepal di dadanya. Ia ragu untuk mengatakannya.

“Aku sedang bertanya padamu Raven,” sarkas Azkier.

Raven mendesah, “surat itu di kirim dari kediaman Deleuex,” jawab Raven dengan kepala tertunduk.

Azkier berhenti membolak-balikkan surat itu, ia ragu untuk membukanya. Namun, ia juga penasaran akan isi nya.

“Sudahlah, kau boleh kembali Raven,” Raven menunduk hormat, lalu berjalan keluar dari kamar Azkier.

“Keluarga Deleuex, ' kah?” Azkier tersenyum kecut, ia lalu melepaskan segel lilin itu dan mengeluarkan secarik kertas yang ada di dalam surat itu.

Di awal surat terdapat banyak kalimat pembuka dan terlalu bertele-tele. Azkier memilih untuk melompati bagian itu dan membaca bagian yang ia anggap penting.

Untuk tuan Duke muda, sebelumnya maaf atas kelancangan saya. Saya benar-benar minta maaf, oleh karena itu saya ingin mengundang Anda secara resmi untuk menghadiri pesta teh yang akan di selenggarakan di kediaman saya.

Terlebih lagi, ada sesuatu yang ingin saya diskusikan dengan Anda. Rasanya tidak baik bukan jika saya menjabarkannya di dalam surat, bukan?

Meskipun begitu, silahkan datang, saya akan dengan senang hati menyambut kedatangan Anda.

Salam hormat, Rain Deleuex.

Azkier menyunggingkan senyum miring. Ia tidak menyangka jika gadis itu yang terlebih dulu menghubunginya.

“Oh, aku ingin tahu apa yang ingin gadis itu lakukan. Sebaiknya apa yang harus aku lakukan tentangnya?” Azkier mengecup nama Rain yang tertulis di dalam surat dan menyeringai lebar.

Azkier melemparkan pandangannya keluar jendela, hujan turun sangat deras. Namun entah mengapa Azkier merasakan kupu-kupu di dalam perutnya.

***

Azkier turun dari kereta kuda tepat di depan gerbang kediaman Deleuex. Azkier berjalan dengan langkah lebar dan sangat berwibawa. Membuat para lady menjerit saat melihatnya berjalan memasuki halaman tempat acara pesta teh di selenggarakan.

“Terima kasih karena sudah datang, Duke muda Havelen,” ujar Marquess Dmitri yang berjalan menghampiri Azkier.

“Anda terlalu menyanjung saya, Marquess. Saya hanya datang untuk memenuhi undangan yang putri Anda berikan.”

Marquess Dmitri terkekeh, “Anda bisa menikmati pesta tehnya, saya tidak akan mengganggu Anda lagi. Saya permisi,” Azkier mengangguk dan mempersilahkan Marquess Dmitri.

Azkier hanya berdiri diam dengan segelas sampanye di tangannya dan menatap ke sekeliling untuk mencari keberadaan Rain.

”Bukankah ada sesuatu yang ingin dia diskusikan? Lalu di mana dia?” Azkier bergumam pelan.

“Apa Anda sudah menunggu lama?” Azkier berbalik dan mendapati Rain tengah berdiri di belakangnya dengan wajah datarnya.

“Tidak terlalu, aku baru saja tiba beberapa saat yang lalu. Lalu, apa yang sebenarnya ingin Lady diskusikan dengan saya?”

Lagi. Nada suara itu. Entah mengapa Rain benar-benar membenci Azkier yang berbicara santai sembari terus memberi jarak di antara keduanya.

Rain kesal, namun ia tidak bisa menjelaskan dengan baik tentang perasaannya itu. Ia marah, namun ia juga tidak mengerti hal apa yang membuatnya sampai semarah itu.

“Tidak di tempat ini.” Ujar Rain sembari menatap ke sekeliling yang di penuhi dengan para lady pergaulan atas yang tengah sibuk berbicara dengan kakak dan ibu tirinya.

Rain tersenyum miris, benar-benar pemandangan yang memuakkan. “Ikuti aku,” titah Rain.

Azkier hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Rain. Rain membawanya ke ruang baca dan mempersilahkan Azkier untuk duduk.

“Aku akan menjelaskannya secara singkat. Aku berubah pikiran, jadi jangan batalkan pertunangan ini.” Azkier bungkam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ini terlalu tiba-tiba untuknya.

Antagonis Lady [END]Where stories live. Discover now