16

249 12 0
                                    

Rain turun dari kereta kuda dan melihat ke sekeliling jalanan yang lumayan ramai serta sibuk. Ia menolak untuk di temani Daisy dan mengatakan jika ia akan pergi sendiri.

Rain lalu menghampiri seorang nenek tua yang menjual berbagai macam pita yang cantik.

“Ini sangat cantik.” Puji Rain seraya mengambil pita berwarna biru itu.

“Apa Anda menyukainya nona?” tanya seorang nenek sembari tersenyum ramah.

“Ya, lalu berapa harganya?”

“Ambil dan bawalah saya akan memberikannya pada nona karena nona sudah mau melihat-lihat di tempat saya,”

Rain menggeleng lalu mengambil beberapa koin perak dan meletakkannya di atas tangan nenek itu Rain tersenyum ramah.

“Anda tidak perlu melakukan itu, saya akan membelinya,”

“Terima kasih nona,”

“Ya. Tapi mengapa jalanan sangat ramai dan sibuk?” tanya Rain seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

“Apa Anda tidak tahu nona? Sebentar lagi akan di adakan festival lentera, karena itu tempat ini sangat ramai,”

“Ternyata begitu. Terima kasih banyak karena sudah memberitahu saya, kalau begitu saya permisi,”

“Gadis yang baik. Garis takdirnya benar-benar bagus. Namun sayang sekali, jika gadis itu ingin kehidupannya menjadi lebih baik maka dirinya harus bertahan tidak peduli berapa banyak ia kehilangan dan berapa banyak ia menelan kepahitan.”
Nenek itu menatap punggung Rain yang berjalan pergi dengan tatapan sendu.

Rain menghabiskan waktunya dengan mengunjungi toko buku dan ia juga membeli jajanan yang di jual di tempat itu.

Ia juga berjalan-jalan di sekitar taman itu dan menikmati pemandangan taman yang indah dan juga di kelilingi oleh danau yang di penuhi oleh angsa putih yang berenang ke sana kemari.

Rain lalu mendudukkan dirinya di salah satu bangku taman dan mengeluarkan sepotong roti yang sengaja ia beli dan menaburkan remahnya di atas rerumputan.

Burung-burung merpati terbang dan turun di depannya untuk memakan remah-remah roti yang Rain taburkan. Ia tersenyum kecil seraya mendesah pelan. Rain menegadah dan menatap langit biru yang cerah.

“Sepertinya kau sendirian?”

Rain menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati Azkier tersenyum ke arahnya dan mendudukkan dirinya di sebelah Rain.

Ia mengerutkan kening seraya menatap Azkier sekilas lalu melemparkan pandangannya ke arah danau.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Rain.

“Yah, aku hanya menghabiskan waktu, lalu bagaimana dengan dirimu Lady? Apa yang membawamu kemari?”

“Hm, aku hanya berjalan-jalan,”

Azkier mengangguk ia menatap wajah Rain dari samping leher mulusnya yang tanpa celah terlihat jelas karena rambut peraknya di sanggul ke atas dan lagi bibir merah cerinya yang ranum membuat Azkier menyunggingkan senyum kagum.

Tiba-tiba Rain menolehkan kepalanya menatap Azkier membuat pria itu salah tingkah karena ketahuan telah mengamatinya cukup lama.

“Apa ada yang salah?”

Azkier menggeleng. “Bukan apa-apa.” Jawabnya dan menghindari mata Rain yang menatapnya dengan intens.

Rain tidak mengajukan pertanyaan lagi dan sibuk melemparkan remah roti pada burung-burung yang berada di sekitar kakinya.

Antagonis Lady [END]Where stories live. Discover now