33

79 9 0
                                    

Rain menutup bukunya dengan kasar lalu meletakkannya di atas meja di samping ranjang, lalu ia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap lama mata hijau milik Azkier dengan dingin.

“Itu urusan Anda, jangan menanyakannya pada saya,” Rain menjawab singkat dengan wajah tak peduli.

Rain kemudian menjauhkan tubuhnya dan menurunkan kakinya dari ranjang membuat Azkier refleks menahannya.

“Apa yang sedang Anda lakukan?” tanya Azkier bingung

Rain mendengus, “apa lagi? Tentu saja saya ingin berjalan, memangnya apa lagi yang bisa saya lakukan?”

“Bukankah kaki Anda masih terluka, Lady? Jangan terlalu memaksakan diri,” tegur Azkier seraya melepaskan tangannya yang menahan Rain.

“Apa saya seperti anak kecil? Kaki saya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu Anda khawatirkan,”

Azkier terdiam. Ia hanya bisa melihat dan mengamati Rain yang berjalan perlahan menuju jendela dan melemparkan pandangannya keluar.
Tumpukan salju memenuhi halaman membuatnya terlihat seperti daerah pegunungan.

“Apa anda ingin keluar dan bermain salju. Lady?” tanya Azkier yang tiba-tiba sudah berada di sebelah Rain dengan tangan kekar yang ia masukkan ke saku.

Rain melirik dari sudut matanya lalu dengan cepat mengalihkannya. “Itu hanyalah mainan anak-anak, aku tidak tertarik, ”sahut Rain dengan ketus.

Azkier memangut-mangut. “Bagaimana jika anda mencobanya?” ajak Azkier yang membuat Rain melihat ke arahnya dengan tatapan tak suka.

“Kau gila?” seru Rain dengan mata melotot.

“Tidak ada salahnya kan untuk mencoba?Aku akan mengambilkan mantel dan sepatumu tunggu sebentar, ”

Belum sempat Rain mencegah Azkier sudah terlebih dulu keluar dari kamar dan kembali tak lama setelahnya dengan sepasang sepatu dan sebuah mantel bulu yang tebal yang ia dapatkan dari kamar Rain sebelumnya.

Dengan langkah ringan Azkier berjalan menuju Rain yang masih berdiri di depan jendela.
“Aku sudah memutuskannya. Kita akan bermain salju hari ini,” putus Azkier.

Ia lalu berjongkok dan memasangkan sepatu pada kaki Rain yang sudah tidak terbalut perban.Setelahnya ia bangkit lalu memaksa Rain untuk memakai mantel yang ia bawa, walaupun gadis itu terus memberontak dan tidak mau mendengarkannya.

Setelah beberapa waktu akhirnya gadis itu menyerah dan dengan terpaksa mengikuti Azkier yang menyeretnya keluar dari kamar dan berjalan menuju halaman.

‘Aku bisa gila lama-lama’ bisik Rain dalam hati.

Rain tertunduk lesu dengan wajah masam.
Ia benar-benar mengutuk dirinya sendiri karena menerima pertunangan ini tanpa pikir panjang.
ini bukan pernikahan,jadi aku masih memiliki kesempatan untuk melarikan diri’ tekad Rain.

Azkier benar-benar membawanya ke halaman yang di penuhi dengan tumpukan salju. Hingga saat ia melangkahkan kakinya di atas salju itu akan meninggalkan jejak. Entah mengapa ia merasa senang namun karena egonya ia menyembunyikan perasaanya itu dengan baik.

“Bagaimana menurut anda Lady?” tanya Azkier.

“Apa maksudnya itu?” Rain balik bertanya.

“Hah...maksud saja bagaimana perasaan anda saat anda menginjakkan kaki di atas salju, apa anda merasa senang?”

“Itu konyol, apa anda sedang menghina saya tuan? Hanya karena jejak kaki yang saya tinggalkan di atas salju bukan berarti saya merasa senang,” jawab Rain dengan nada mengejek.

Antagonis Lady [END]Where stories live. Discover now