27

130 11 0
                                    

Rain terbangun karena Daisy terus menguncang tubuhnya.

“Nona, bangunlah.”

“Um, ada apa?” Rain duduk dan menguap.

Daisy menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. “Padahal Anda sendiri yang meminta untuk di bangunkan saat jam makan siang, apakah Nona ingin melanjutkan tidur? Saya bisa membawa makan siang yg untuk nona nanti,”

Rain menggeleng pelan. “Tidak perlu, aku akan makan di aula makan. Daisy air...,”

Mata Daisy melebar saat Rain mengatakan akan makan di aula makan.

“Daisy?”

“Ah, maafkan saya nona. Tunggu sebentar saya akan mengambilkannya,” Daisy buru-buru keluar dan kembali tak lama setelahnya dengan sebaskom kecil air dan handuk.

“Nona,apa Anda benar-benar akan makan di aula makan?” tanya Daisy memastikan.

“Ya, apa ada masalah?”

Daisy menggeleng cepat. “Tidak nona,” jawab Daisy. “Saya tidak menyangka Anda akan makan di aula makan lagi, sudah lama sejak terakhir kali saya melihat Anda makan di aula,”

Rain meletakan handuk itu di pinggiran baskom dan mendongak menatap Daisy.

“Padahal itu baru seminggu yang lalu,”

“Nona...Anda jelas tahu bahwa bukan itu yang saya maksud,” ujar Daisy dengan wajah cemberut. Rain terkekeh sembari menyibak selimutnya.

“Bantu aku berpakaian Daisy,”

Daisy mengangguk. Lalu membantu Rain memilih gaun yang akan ia kenakan.

“Bagaimana dengan gaun yang ini nona?”
Rain menoleh dan mendapati Daisy yang memperlihatkan sebuah gaun berwarna seperti buah persik dengan potongan yang lebih sederhana namun terlihat elegan.

“Hm, sepertinya itu bagus.” Ujar Rain sembari menilai. “Kalau begitu aku akan mengenakan itu saja,” putus Rain setelah memikirkannya sejenak.

Daisy membantu Rain mengenakan gaun dan juga menata rambutnya. “Wah, Anda sangat cantik Nona,” puji Daisy saat melihat pantulan Rain di cermin meja hias.

“Begitukah?”

Daisy mengangguk. Rain tidak begitu mengerti tentang fashion apa lagi mode.Karena sebagian besar isi lemarinya di isi dengan gaun-gaun mewah namun tidak pernah ia kenakan karena ia lebih menyukai kemeja dan pakaian pria.

“Daisy...,”panggil Rain ragu-ragu.

“Ya, Nona?”

“Apa besok kau akan pergi?” tanya Rain dengan wajah sedih.

Daisy tersenyum lalu memegang pundak Rain dan mendekatkan wajahnya agar sejajar dengan telinga Rain.

“Sepertinya Nona tidak ingin saya pergi,lalu haruskah saya tinggal?”

Rain mengeleng. “Tidak boleh, Daisy harus kembali, bukankah ayah Daisy sedang sakit?”

“Daisy, aku akan baik-baik saja, aku sudah bukan anak kecil lagi,” ujar Rain seraya menyentuh tangan Daisy dan menatap pantulan wajah Daisy di cermin

“Jangan mengkhawatirkanku. Aku sudah sembilan belas tahun, aku akan baik-baik saja,”

“Baiklah, jika nona mengatakan demi kian.Maka saya tidak perlu khawatir lagi.Lagipula nona akan segera bertunangan dengan tuan muda Havelen.”

“Hei, jangan mengungkit tentang pria itu,aku tidak menyukainya.” Dengus Rain.

Daisy terkekeh seraya menjauhkan tubuhnya dari Rain dan merapikan rambut Rain sedikit.

Antagonis Lady [END]Where stories live. Discover now