Kartu as

1 0 0
                                    

Ruang kelas...

Semua anak bubar, setelah kegiatan perkuliahan telah usai. Aku melirik ke kiri, ke sekumpulan meja dan sebuah bangku. Aku ingat, bila tidak ada jadwal kuliah, kami selalu bermain monopoli disini. Tempat itu aku hampiri, lalu aku duduk di bangku yang selalu Kellyn tempati. Ingatanku melangit, kembali mengenang kejadian satu lahun lebih. Sungguh, aku rindu masa-masa itu. Setiap detik disaat kami berempat selalu melepas tawaan lebar. Tak seperti sekarang yang saling bertikai dalam perebutan wanita.

Dengan tidak disengaja, tanganku menyentuh selipan kertas di rongga jendela. Kertas gulung? Sepertinya kertas itu adalah milik kami yang tertinggal. Punya siapa itu? Aku cabut kertas itu karena penasaran, kubaca keinginan dari salah seorang temanku. Jiwaku tenggelam, hanyut dalam rangkaian bingkai tulisan. Uh, ternyata Kellyn memendam perasaan yang sama denganku. Tulisan ini dibuat sebelum aku menyatakan janji suci itu. Janji untuk melamarnya jika aku sudah menjadi saudagar kaya. Berarti sejak awal, jauh sebelum real monopoly berlangsung, sebenarnya kami berdua sudah saling suka.

Bagaimanakah ini? Aku baru melihatnya setelah keadaan bisnisku sedang terguncang. Otakku berkontraksi keras. Haruskah aku lamar saja Kellyn? Kemudian mengakhiri persaingan monopoly ini, meski harus melanggar aturan permainan. Lagi-lagi akalku dibentur kencang. Tidak bisa, aku tidak boleh kalah. Lagi pula setiap ayat dalam monopoly secret adalah hukum, dendanya akan sangat besar jika berani melanggar. Begitu pula denganku, darah yang mengalir di nadiku adalah garis keturunan pengusaha. Menyerah adalah pantangan besar bagi kami yang berurat pedagang.

***

Kupandangi lagi wajah toko itu. Sebuah toko, yang di depannya tergurat nama 'Santoso Expedition', ladang bisnis pertama yang aku dirikan. Papan spanduk yang bertengger di atas pun diturunkan, tanda usaha ini telah mati. Tak dapat kupungkiri, kini aku terlilit kerugian besar, hingga harus menjual satu cabang terbesarku.

Pria berbrewok tebal menghampiriku. Ia memasang paras gembira setelah resmi menjadi raja dalam penguasaan toko ini. "Bila ingin menjual toko lagi, aku akan siap membelinya!" tukas Geraldine, pengusaha yang kurang kukenal asal muasalnya. Aku tak peduli ia berasal dari mana, yang aku tahu harus kuhentikan semua kerugian yang terus memaki namaku.

Wajah Bull merana, begitu juga dengan Jonathan. Mereka berpelukan sejenak, melepas salam perpisahan. Rasanya berat melihat kedua sahabat itu tidak lagi bersama. Namun aku tidak bisa memberinya gaji, dan Geraldine-lah yang kini pantas menjadi tuan barunya Jonathan.

"Ayo kita pergi." ajak Bull ketika semua barang sudah di-packing.

Aku naik ke mobil. Pergi, sambil membawa kekecewaan di jurang batin. Walau bagaimana pun aku harus bangkit, kembali membangun kastil usaha di kantor pusat. Sepanjang perjalanan, hatiku dirundung kemelut angin bimbang. Astaga, aku hampir lupa. Bukankah sebentar lagi akan ada janji dengan Nyonya Satva? Mobilku melaju lebih kencang, berharap datang lebih awal sebelum Nyonya Satva memijakkan kakinya di Bellatour Street.

Aku kembali ke kantor pusat. Perhatianku terpusat pada Nyonya Satva ketika ia baru saja tiba. Seperti biasa, ia kembali mengalkulasikan semua kekayaanku. Saat ia tengah memeriksa keuanganku, langkah kakiku lekas menghampirinya. Ingin bertanya, siapakah yang menduduki tahta juara. Masihkah aku bertengger di urutan pertama? Namun tampaknya tidak, karena kini toko cabang milikku sudah tutup. Dan itu artinya keuangan bisnisku tengah dirundung masalah.

Kutilik laporan yang diberikan Nyonya Satva. Jiwaku berdecak, mataku terbeliak sejenak. Bagaimana bisa seorang pembisnis mampu membeli tiga ladang usaha dalam waktu singkat? Kupertajam akalku, kucermati kejanggalan yang menyelimuti benakku ini. Joseph, kurasa sabahatku itu telah berbuat curang. Dengan jumlah transaksi yang sedikit, mana mungkin ia mampu meraih keuntungan sebesar itu. Ini bukan game yang bisa nge-cheat. Ini adalah kehidupan nyata, yang harus dijalani dengan penuh kesungguh-sungguhan.

Monopoly Game SecretWhere stories live. Discover now