3. Bersama lagi...

188 32 0
                                    

Setelah pertengkaran hebat di mobil sore itu, membuat Azqaya banyak mengurung diri di kamar.

Hatinya terasa sakit, mengetahui jika Nanda menikahinya hanya karena wajahnya yang sama dengan masa lalu Nanda.

Menyesal, sudah tentu di rasakan oleh Azqaya. Lebih baik Ia tinggal seorang diri di kontrakan kecilnya dulu, ketimbang tinggal di sebuah istana megah. Namun, hanya di jadikan sebagai mainan pengganti.

Akhir-akhir ini juga, Nanda sangat jarang pulang ke rumah. Ia hanya mampir untuk sekedar mengambil berkas perusahaan. Waktu lainnya, di habiskan mengurusi pekerjaannya. Nanda kembali seperti pribadi yang dulu. Gila akan pekerjaan.

Bahkan, jika berpas-pasan dengan Azqaya, Nanda hanya melewatinya tanpa menyapa atau mengucapkan sepatah katapun. Membuat hati Azqaya semakin nyeri.

"Bi, apa Tuan Nanda ada mampir ke sini pagi ini?" Tanya Azqaya menghampiri seorang pembantu.

Bi Sutik. Wanita paruh baya yang menjabat sebagai pembantu di rumah Nanda.

"Nggak ada, Non. Tuan belum datang. Biasanya, Tuan akan sarapan di rumah ini"  Balas Bi sutik sopan.

Azqaya menganggukkan kepalanya, "Baiklah," Pasrahnya.

****

Azqaya berjalan menuju taman belakang. Kaki kecilnya terlihat santai di setiap langkahnya. Mata Azqaya terfokus pada salah satu titik.

"Paman," Gumam Azqaya. Matanya mendapatkan dua orang pekerja kebun tengah bermain gitar dan bernyanyi.

"Paman!" Panggil Azqaya menghampiri kedua penjaga kebun yang sedang bernyanyi. Keduanya asyik bernyanyi di waktu istirahat nya.

"Sayang! Bapak ku dokter cinta..." Pak Karso bernyanyi dengan petikan senar gitar yang lihai.

"Sakit hati putus cinta, bagi ku hal biasa." Sambung Pak Jarot.

"Jadi... Jangan Kau mengira ku terluka, putusnya mendalam cinta. Bagi ku hal biasa."

"Paman!"

Keduanya menoleh, terkejut melihat istri Tuan Muda Mereka menghampiri keduanya. "Nak Qaya, ngapain ke sini?" Pak Karso bertanya.

"Saya bosan, Pak. Jadi, Saya jalan-jalan keliling rumah. Hehehe" Tawa Azqaya menampilkan gigi rapat dan bersihnya.

"Waduh.. Neng, entar kulit nya hitam, terus kering lagi. Karena kena sinar matahari. Mending masuk balik gih, Neng. Entar Tuan Muda marah." Tambah Pak Jarot merasa was-was.

"Nggak, Pak. Santai aja." Kekeh Azqaya menatap gitar di tangan Pak Karso.

"Eneng mau nyoba?" Tawar Pak Karso mengangkat gitarnya.

Mata Azqaya menyinar penuh keinginan, "Emang boleh, Pak?" Tanya nya memastikan.

"Boleh, dong. Tapi, emang Eneng bisa mainkannya?" Pak Jarot memperhatikan Azqaya yang mulai menarik satu persatu senar gitar.

Azqaya menganguk kecil, "Sedikit" Ujarnya di akhiri senyuman manis.

Perlahan tangan lentik Azqaya menarik senar, membentuk suatu nada.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Gadis Kecil Tuan CEO[Hiatus]Where stories live. Discover now