1

283 47 34
                                    

Lima pemuda dengan lambang harimau mengendarai motor ninja masing-masing yang didominasi warnah hitam itu tiba di parkiran sekolah SMA Angkasa, tatapan kagum serta binaran mata dari siswi di tempat itu terlihat jelas ke arah mereka. 

"udah kece belum?" tanya Deon sambil mengacak-acak rambutnya di spion motor milik Cakra.

Cakra memutar bola matanya malas, "heran, ko bisa yah gue punya temen kek lo".

tampa memperdulikan Deon yang tetap sibuk menata ketampanannya, Danzel yang merupakan ketua dari mereka pergi menuju ke kelas XI IPA 1 yang merupakan kelas mereka menyusul Cakra, Carlos serta Darel.

Danzel Kelard ketua geng Tiger yang sangat ditakuti karena tatapan tajam bak elang itu merupakan anak pemilik SMA Angkasa, semua tatap tertuju ke arahnya. danzel yang memang sudah terbiasa dengan tatapan itu tidak memperdulikan hal biasa seperti itu dibandingkan kagung dengan tatapan parah siswi Danzel lebih mengingini tatapan itu terpancar dari mata seorang perempuan yang sangat Ia harapkan.

Brukk

Suara seperti terbentur mengalihkan perhatian semua orang di koridor kelas, terlihat seorang pria yang jatuh tersungkur. suara tertawa memenuhi koridor itu.

"Sial, ganteng gue purar nih kayanya" bisik Deon menahan malu daripada berdiri dan menambah beban malunya ia memilih pura-pura pingsan berharap ada yang menolong nya.

"Gue ngga bego, Bangun." Titah Cakra yang tau sekali dengan perdramaan Deon.

Dengan berat hati dan wajah yang memerah ditambah benjolan besar yang timbul di dahinya Deon berdiri dengan berat hati sambil tertunduk mengharapkan belas kasihan. tanpa beban dosa Darel menepuk sebuah benjolan kehidupan itu dengan keras.

"DAREL!!!" 

"Hehe, bercanda o'on"

"DEON, NAMA GUE DE E O EN DEON" jelas Deon sambil mengeja namanya.

"Hmm" 

" Singkat jelas dan padat yah teman-teman" ucap Carlos melewati dua manusia yang sibuk dengan kehidupan duniawi mereka.

Proses belajar mengajar dengan mapel pertama matematika tengah berlangsung selama 15 menit, Deon yang terlihat sangat santai menghadapi pelajaran kesukaannya itu tidak terlihat terkendala, maklum saja dia sudah menang olimpiade matematika tingkat internasional walau singkapnya yang bisa di katakan seperti seorang yang tidak mungkin memahami pelajaran itu ditambah penampilan luarnya yang juga di luar nalar.

Danzel membuka ponselnya yang sedari tadi bergetar tertera tulisan Ayah, tanpa ada keinginan untuk menjawab panggilan tersebut Danzel memilih menonaktifkan ponsel miliknya.

Tatapannya kosong ke depan membayangkan sosok dua anak kecil yang sedang bermain bersama dengan seorang perempuan.

Andai lo ada di sini Zely, gue mungkin ngga bakal seperti ini. Batin Danzel

Perasaan rindu bercampur rasa bersalah bersarang di dalam hatinya.

DANZELWhere stories live. Discover now