Senja sudah keluar dari kamar mandi dengan perasaan yang lebih nyaman. Rasanya begitu segar, keramas di malam hari menggunakan air hangat, membersihkan rambutnya dari sisa hair spray bekas penampilannya tadi siang.

Arjuna sedang memperhatikannya, sedari tadi ia hanya terlentang di atas kasur empuknya sambil menunggu istrinya. Senja masih mengenakan bathrobe berwarna putih dengan rambut basah yang tergerai.

"A' Juna nggak mandi?" tanya Senja melihat Arjuna masih santai.

"A' Juna udah ganteng, jadi nggak perlu mandi." Arjuna turun dari kasurnya dan bergegas meraih tubuh istrinya, membawanya kembali ke pangkuan.

Membasahi rambutnya adalah hal yang fatal, karena membuat Arjuna semakin tergugah hasratnya malam itu.

"Neng Senja cantik sekali," ucapnya sambil menatapi wajah polos istrinya.

"Emangnya setiap hari aku kurang cantik?" Senja kini menangkup wajah suaminya.

Arjuna menggeleng, "istriku selalu cantik, setiap waktu," tukasnya, lalu mendaratkan satu kecupan ke bibir Senja.

Senja terperanjat dan menatap Arjuna lebih intens, Arjuna mengusap pipi gembil istrinya lalu menciumnya secara adil.

"Akirnya, neng Senja udah lulus," ucapnya.

Senja mengangguk dengan mengukir senyuman tipis, maniknya terlihat begitu menenangkan hingga Arjuna seolah tenggelam di dalamnya.

Arjuna mulai meraba Senja secara perlahan dan hendak membuka bath robe yang dikenakan, tapi Senja seketika menahan tangan kekar suaminya itu.

Arjuna mereguk dahaga, napas beratnya kini lolos seketika, kemudian menatap wajah Senja yang tampak membuatnya semakin menantang. Tangan kekarnya mulai meremas kain bath robe itu.

"Jangan mengujiku lagi, Senja. Karena malam ini adalah milikku sepenuhnya,"

Senja berdebar mendengar kata tegas suaminya, kemudian memilih pasrah untuk menerima segala apa yang akan Arjuna perbuat padanya.

Arjuna mendekapnya dan menelusupkan wajah pada ceruk leher istrinya, mengecupnya, menciptakan berbagai rasa hingga Senja mengerjapkan mata. Tangan kekarnya tak bisa diam, menggerayang ke mana pun sesuka hatinya, membuka bath robe dan membuatnya tanpa busana. Tak tertutup sehelai benang pun hingga menjadi pemandangan indah di netranya.

Arjuna mengecup kening Senja dengan segenap jiwa raganya, "Neng Senja, tatap aku," pintanya dengan seduktif yang kini melepaskan seluruh baju yang dikenakan.

Senja tak dapat menolaknya meskipun panas dingin sudah menjalar di seluruh tubuh. Napasnya hampir terhenti, jantungnya seakan jatuh di rongga dada ketika Arjuna berdiri tegap di hadapannya, hingga tubuh telanjangnya terpampang nyata. Perut sixpack, paha kekar dan otot lengan serta pundak yang akan siap menyanggah tubuh Senja di peraduan.

Arjuna mulai menindih tubuh mungil istrinya seraya tak melepaskan pagutan pada bibirnya. Merebahkannya, mulai menelusupkan intinya diantara pangkal paha mulus milik Senja. Getarannya mulai kentara disertai lenguhan yang kian terdengar.

Terus menelusup mencoba menembus pertahanannya yang nyatanya masih selalu gagal. Senja mulai memekik menahan sedikit pedih di inti tubuhnya. Menyadari hal itu, Arjuna pun menghentikan tindakannya, menciumi wajah istrinya yang kini tampak memerah, terlihat genangan air mata di pelupuknya. Arjuna beralih memundurkan tubuhnya hingga wajahnya hampir tenggelam memandangi pusat tubuh istrinya yang kemerahan, menyuguhkan hasrat yang kian membuncah, kemudian menciumnya secara perlahan hingga mampu memberikan getaran yang hebat pada Senja.

Matanya mengerjap disertai napas yang tertahan oleh nikmat yang kini menjalar menghantarkan hawa panas sama seperti rasa yang pernah Arjuna berikan ketika di kosan.

Senja menjambak rambut tebal Arjuna yang tak henti memainkan lidahnya di sana. Suaranya tertahan desahan yang lolos berkali-kali menghiasi suasana yang semakin panas.

"A' Juna!" Senja merapalkan namanya untuk kesekian kali, merasakan pelepasan yang tengah berlangsung, yang sedang dihisap habis-habisan oleh Arjuna.

Merasa puas, Arjuna pun merangkak secara perlahan, mengecupi tubuh sang istri dan sesekali memberi gigitan kecil hingga Senja terperanjat bagaikan tersengat listrik di setiap tindakannya. Arjuna meraup bibir mungilnya yang penuh, untuk memulai tindakan lanjut dalam penyatuan.

Terkejut sudah pasti, ketika menerima sesuatu yang asing memasuki inti tubuh yang masih dara. Senja melirih menahan pedih yang tak terkira di saat kejatanan Arjuna menyeruak meski pelan namun pasti.

Arjuna memagut bibirnya hingga suara kesakitan itu terbungkam, tapi Senja masih merintih menahan pedih.

Senja Prameswari menangis, jemarinya tak henti-henti menjambak apapun yang ada disekitarnya, bahkan jika diperhatikan punggung Arjuna sepertinya habis dipenuhi oleh cakaran sampai ke pinggangnya.

Arjuna tak mempedulikan rasa sakit akibat kuku-kuku yang ditancapkan oleh Senja. Sesekali ia mencium bibir istrinya dengan gemas dan mengucapkan beberapa kata cinta yang dapat membuat suasana semakin menggebu.

Argh!

Arjuna mendesah, mencengkram pinggang ramping sang istri.

"Sayang?" Arjuna melenguh kenikmatan sembari mendekapnya dengan erat, sementara pinggulnya masih setia bergerak menghentakan segala kerinduannya selama ini.

Ough!

Senja meracau, lehernya meregang, meremas pundak dan rambut Arjuna yang kini turun menelusuri dada dan melahap silih berganti dua buah hawa yang ranum secara rakus. Senja menyambut pagutan bibir suaminya dengan mesra, terus memuja bagaimana Arjuna memberikan berjuta cinta dan merapalkan namanya, melupakan segala perih yang kini berganti dengan nikmat. Sungguh indah, tenggelam dalam rasa yang akan membawanya pada puncak peraduan.

Arjuna terengah, setelah menuntaskan segala hasratnya malam itu. Malam istimewa yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya. Mengucapkan banyak terima kasih pada sang istri yang telah memberinya sesuatu yang berharga hingga layak untuk dijaga selamanya.


Arjuna Senja√Where stories live. Discover now