Aerlangga kembali menghampiri Elang dan Senja.

"Mereka mau dibuatin kopi, ceunah," serunya.

Senja pun mengangguk dan bergegas menyalakan kompor untuk menyiapkan air panas. Arjuna mendatanginya ke dapur dan masih mengenakan handuk seperti sebelumnya, sontak saja Aerlangga berisik melontarkan beberapa kata yang membuat ambigu.

"Aw-aw!"

Senja tersipu malu memandang suaminya yang memamerkan dada bidang serta perut sixpack, seperti biasa Arjuna tidak ingin menghiraukan reaksi teman-temannya yang selalu berlebihan. Lebih baik ia bergegas mendekap Senja dari belakang, mengabaikan kedua pemuda itu. Elang mengulum senyuman dan mulai menjauhi keduanya.

"Kok nggak bilang-bilang kalau neng Senja mau datang?" Arjuna menelusupkan wajahnya pada ceruk leher istrinya.

"Neng pikir, a' Juna belum bangun."

Arjuna mengecup pundak istrinya, "ini Aa' udah bangun, udah mandi dan udah wangi." Ia pun mencium pelipisnya hingga ke pipi. "Udah ganteng," tuturnya.

Senja mengangguk dan kembali fokus pada rebusan air di kompor yang belum matang, Arjuna semakin mendekapnya dan mencium beberapa bagian wajah Senja hingga Elang dan Aerlangga semakin membuat kegaduhan. Disusul oleh si Jona yang memang merasa penasaran, pemuda berparas manis itu pun ingin melihat langsung tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi.

"Wow-wow ...." Jona sontak berisik ketika melihat Arjuna sedang mencium pipi Senja berkali-kali, sementara si pelaku hanya bersikap cuek seolah tidak melihat keberadaan teman-temannya, membuat Senja semakin tertunduk malu dibuatnya.

Jona dan Aerlangga saling memandang, keduanya bergegas menjahili Arjuna dengan menarik handuknya yang masih melingkar di pinggang hingga keduanya pun sontak tertawa.

"Astagfirullah!" Senja sontak beristighfar melihat kelakuan mereka, sementara Arjuna masih bersikap bodo amat.

Senja menggertak gigi merasa gemas oleh sikap dua pemuda itu, lalu bergegas ke hadapannya untuk mengambil kembali handuk suaminya.

"Ih ... kalian tuh, ya, nggak sopan tahu!" Senja mencubit lengan keduanya, hingga Jona dan Aerlangga memohon ampun sambil tertawa.

"Haha ... ampun, Neng!," kekeh keduanya.

Sementara Elang hanya tertawa melihat keadaan itu, Senja kembali ke hadapan Arjuna yang kini hanya bersandar pada wastafel. Untung saja Arjuna mengenakan celana dalam, jika tidak, maka asetnya yang berharga akan terpampang sempurna.

Senja menutup bagian inti tubuh Arjuna dan melingkarkan kembali handuknya persis seperti semula.

"Aa' mah malah diam aja, dih," protesnya.

Arjuna tersenyum sambil merangkul pundak Senja. "Udah nggak apa-apa, lagian kita udah nikah, biarin aja, mereka emang gitu!" tukasnya.

Senja cemberut lalu menoleh ke arah Aerlangga dan Jona yang masih berdiri di tempat, wajah keduanya masih terlihat menahan senyuman.

"Ya udah, mending sekarang a' Juna cepetan pakai baju, nanti kalau mereka jahil lagi, Neng akan sentil satu-satu," ujar Senja.

"Haha ... disentil apanya, Neng?" tanya Jona.

"Sentil bijinya, Neng," sahut Aerlangga.

"Idih ... kalian tuh emang jorok!" Senja memprotes keduanya.

Arjuna dan yang lainnya lantas tertawa.

"Udah, ah, pergi sana, aku sedang masak air. Nanti takut tumpah, mana panas lagi!" Senja merasa kesal dibuatnya.

Arjuna menahan senyuman dan menyuruh Jona dan Aerlangga untuk tidak lagi mengganggu istrinya. Arjuna pun melangkah pergi ke arah kamarnya untuk memakai baju. Tidak lama kemudian, Saga datang setelah sebelumnya ia pergi ke warung untuk membeli kopi. Membawa satu renteng kopi mix favoritnya ke dapur dan memberikannya pada Senja.

Namun, melihat raut wajah Senja yang kala itu sedang masam, ia pun menjadi segan untuk meminta dibuatkan kopi padanya.

Senja menoleh padanya, "A' Saga mau dibuatkan kopi?"

Saga tidak lantas menjawabnya, bibirnya seolah kaku dan menjadi sulit untuk mengucapkan sesuatu.

"Tunggu, ya." Senja pun bergegas membuatkan kopi, sekaligus untuk yang lainnya yang memang belum sempat dibuatkan karena terlalu fokus pada kejahilan Aerlangga dan Jona.

Saga tidak sampai hati melihat Senja yang sedang menyiapkan beberapa gelas kopi untuk teman-temannya, ia pun mendekatinya dan mengambil alih tugasnya.

"Udah sini, Aa' yang bawain," ujarnya, lalu menata gelas kopi itu ke nampan.

"Nggak usah, A', biar aku aja," tolak Senja yang kemudian hendak mengambil nampan dari hadapan Saga, sontak saja Saga mencekal pergelangan tangan Senja dengan erat.

"Udah nggak apa-apa."

Senja terdiam seketika dan Sagara menyadari, mungkin saja sikapnya telah membuat Senja menjadi takut.

"Maaf, mendingan neng Senja samperin A' Juna, gih," ucap Saga dengan lemah lembut.

Senja tak lantas pergi dan terlihat sedikit bingung.

"A' Juna tadi manggil tuh ..." tutur Saga yang sebenarnya tengah berbohong.

Senja lantas menoleh ke arah kamar Arjuna kemudian menoleh pada Saga yang kini tersenyum sambil mengangguk.

"Oh, yaudah kalau begitu, aku nyamperin A' Juna dulu," ucap Senja yang kemudian berlalu dari hadapan Saga.

Sagara terdiam memandang ke arah Senja pergi, ia pun berpaling dan termenung menatap telapak tangannya yang telah berani mencekal lengan gadis itu.

Senja menghampiri Arjuna ke kamarnya. "A' Juna, kata a' Saga, a' Juna manggil aku?"

Arjuna menoleh pada Senja dan bergegas memakai tshirt berwarna putih, membuatnya terlihat lebih santai. Arjuna memeluknya dan mengecup bibirnya berkali-kali.

"A' Juna, ih ... ada teman-teman juga, nanti ketahuan gimana coba?" Senja mencoba menghidar karena merasa tidak nyaman, tapi Arjuna tidak akan sedikit pun membiarkan istrinya menghindar darinya.

"Biarin aja, biarin mereka tahu apa yang kita lakukan." Arjuna kembali mencium Senja, di pipi, kening dan dagu. "Kangen pokoknya!" Arjuna lantas memanggut bibirnya dengan gemas, menangkup wajah Senja dan mendekapnya dengan erat.

Suasana pengantin baru masih tetap menggebu menyertai kesehariannya, Arjuna dan Senja tidak menyadari bahwa pintu kamarnya masih terbuka, hingga ada Jona dan Aerlangga yang kini tidak sengaja melihat keduanya sedang berciuman.

Kedua pemuda itu kembali membuat kegaduhan. Tawa dan canda menghiasi suasana di rumah itu, mereka saling meledek dan melemparkan berbagai kata ambigu.

Sagara hanya menggeleng, ada rasa geli serta malu sekaligus ingin tertawa mendengar semua penuturan kedua pemuda jahil itu. Ia pun beranjak dari duduknya dan melangkah ke arah kamar Arjuna untuk menutup pintunya. Apa yang dikatakan Jona dan Aerlangga memang benar adanya, bahkan Sagara kini tengah tertegun memandangi keduanya yang tengah berpelukan. Arjuna terlihat menangkup wajah istrinya dan menciumnya tepat di bibir. Saga sontak berpaling dan bergegas pergi untuk kembali berkumpul bersama yang lainnya.

"Lu lihat apa, Saga?" tanya Jona yang lantas tersenyum dengan menggigit bibir bawahnya.

"Muke lu tuh mesum!" celetuk Saga, ia menyeringai dan semuanya sontak tertawa.

Arjuna Senja√Where stories live. Discover now