Saga tidak bisa diam saja. Walaupun apa yang terjadi pada Senja adalah suatu kesalah pahaman, tapi ia merasa ikut bertanggung jawab karena semua itu terjadi atas ulah musuhnya.

Tanpa berpikir panjang, Saga bergegas pergi ke rumah sakit tempat Senja dirawat. Untungnya Senja masih berada di ruangan yang sama, gadis itu baru diperbolehkan pulang esok hari.

Kebetulan di dalam ruangan itu hanya ada Arjuna dan Senja.

"Saga?" Arjuna memandang kedatangan rekannya.

"Sorry, aku mengganggu kalian," ucap Saga yang kini terlihat bingung.

"Ada apa, A'?" tanya Senja.

Namun, Saga masih berdiam diri memandangi keduanya seolah kehilangan kata untuk memulai pembicaraan. Arjuna lantas mendekat, mengulangi pertanyaan yang Senja lontarkan pada Saga.

"Kenapa?" Arjuna memandangnya.

"Aku mau ngomong sesuatu,"ujar Sagara.

Arjuna dapat melihat raut wajahnya yang tampak serius.

"Katakan saja, ada apaan sih?" Arjuna semakin penasaran.

Saga hendak membuka mulutnya, tapi beberapa teman yang datang ke ruangan Senja membuatnya mengurungkan niat. Seperti biasa, satu circle pertemannya selama ini, siapa lagi kalau bukan Elang, Jay, Jona, Aerlangga dan Lingga.

"Wow! Tumben si Saga udah datang duluan," seru si Jona.

Arjuna dan Saga menoleh padanya, Jay menghampiri Senja dan segera menanyakan kabarnya. Senja memberinya senyuman, Elang bergegas duduk di sampingnya.
Jay dapat melihat keseriusan di antara Arjuna dan Saga, ia pun bergegas mendekat dan menatap keduanya dengan penuh pertanyaan. Melihat ketiganya seperti itu, Lingga dan Aerlangga lantas ikut mendekat dan menunggu apa yang akan diutarakan oleh salah satunya.

"Sepertinya, si Saga punya sesuatu yang akan dibicarakan," ujar si Jona yang memang selalu tepat menerka sesuatu.

"Aa, sedang ngapain sih ngumpul gitu?" tanya Senja yang merasa penasaran.

"Udah, Neng duduk aja di sini bareng Elang," pinta Elang yang sedang berusaha membujuknya.

Arjun hanya menoleh dengan melemparkan senyuman. Sementara Elang memberinya anggukan, seolah memberi kode pada Arjuna untuk tetap melanjutkan diskusinya.

Mereka seperti sudah saling terhubung satu sama lain, pertemanannya begitu erat sehingga ketika yang satu mempunyai masalah, maka mereka akan dapat merasakan feeling yang sama.

"Aku tahu siapa yang nyerempet neng Senja," tukas Saga.

Arjuna mengernyit.

"Siapa?" tanya Jay dengan antusias.

"Si Fredi," sahut Saga secara gamblang.

"Fredi ... teman sekolah kita waktu di SMA?" tanya Arjuna.

Saga mengangguk.

"Ko bisa si fried chicken itu mencelakai neng Senja?" tanya Aerlangga semakin penasaran.

"Karena si Monyet itu mengira kalau neng Senja ...." Saga terdiam sesaat untuk mengutarakan segalanya di hadapan Arjuna, "dia mengira kalau Senja adalah pacarku."

Arjuna mengernyit, sikapnya yang dewasa mampu membuatnya terlihat tenang. Berbeda dengan Jona dan yang lainnya kerap terkejut mendengar penuturan Saga.

"Kok bisa, si Chicken itu mengira kalau neng Senja pacarmu?" tanya Jay mengharap penjelasan.

Saga tampak berpikir sesaat, lalu memandang ke arah Senja, hingga gadis itu pun ikut melihat ke arahnya.

"Beberapa hari yang lalu, kami bertemu di undangan. Mungkin, di situ si Fred dan temannya memantau kami," ujar Saga.

Arjuna mengangguk. "Aku tahu itu. Neng Senja udah chat waktu itu, si Neng juga cerita kalau ketemu kalian bertiga." Arjuna menoleh ke arah Saga, Aerlangga dan Lingga.

"Jadi, si Chiken itu emang sengaja mengincar Senja?" Jay meloloskan pandangannya yang mulai misterius.

"Astaga, untung saja si Neng Senja nggak diperkosa di jalan," celoteh Jona.

"Ya! Sia, sembarangan saja kalau ngomong." Jay lantas menimpali ucapan Jona dengan nada tinggi, hingga Senja dan Elang menoleh ke arahnya.

Senja juga sedikitnya dapat menangkap ke mana arah pembicaraan itu, mendengar kata yang menjurus ke 'pelecehan' cukup membuatnya terpaku.

Jona membungkam mulutnya dan meminta maaf beberapa kali.

"Lu tuh, ya, nggak bisa jaga mulut apa?" Lingga menepuk lengan bisep Jona.

"Iya, maaf!" sahut Jona menyesal.

Aerlangga berdecak lalu mendekat ke arah Senja, Jay menatap tajam saat memikirkan si Fredi yang ingin sekali ia beri pelajaran.

Sementara Arjuna tidak ingin emosi sebelum melihat langsung orang yang telah berani mencelakai istrinya. Ia pun mendekat dan duduk di sebelah Senja, menggenggam salah satu tangannya dan menatap dengan penuh cinta.

"Neng Senja, baik-baik saja, 'kan?"
Senja hanya teridam, tapi raut wajahnya sudah cukup memberikan jawaban. Bahwa, ucapan Jona memang sedikit membuatnya terganggu.

"Neng Senja, sedang mikirin apa?" tanya Arjuna.

"A' Jona benar. Untung saja, Neng nggak diperkosa," ucap Senja pelan, "kalau sampai itu terjadi--"

"Sstt!" Arjuna sontak membungkamnya dengan meletakan jari telunjuk di bibir Senja. "Jangan bicara seperti itu," lirihnya.

Senja mengangguk dengan tatapan nanar, Arjuna mengatup bibir kemudian memeluknya dengan erat.

Elang menundukan wajah, mengepal tangan serta mengatupkan bibir seraya mengerjap mata saat mendengar ucapan Senja yang membuatnya juga ingin ikut menghajar si Fredi.

Sementara Sagara hanya terpaku memandangi dua sejoli yang kini tengah saling berpelukan. Pikirannya sedikit terganggu, ada sedikit terguncang, merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Senja. Apalagi ketika Jona menyatakan hal demikian, tentu semakin membuatnya merasa bersalah disertai kegelisahan yang tidak jelas penyebabnya.

Arjuna Senja√Where stories live. Discover now