💝💝💝

Sudah menjadi hal yang lumrah bagi warga di kampung, untuk menikahkan anak gadisnya di usia belia, meskipun usia Senja masih 18 tahun, yang untungnya pihak desa setempat sudah memberikan izin pernikahan pada Senja Pramesawari, tetapi masih belum bisa mendapatkan buku nikah atau catatan resmi dari pemerintah karena usianya belum genap 19 tahun.

Tenda hajatan sudah menutupi pekarangan rumah, pelaminan sudah terpampang nyata, dihiasi oleh beberapa macam bunga di dekat singgasana. Nuansa putih begitu kentara menjadi pelengkap ketenangnya jiwa. Penuh keharuan dan suka cita.

Kebaya pengantin, riasan sederhana namun tampak begitu anggun, membuat Senja Prameswari terlihat bak putri Raja.

"Neng Senja cantik sekali...!" Ibunya Jay yang bernama Kartiwi, yang sering dipaggil bunda sedang memuji keponakannya itu.

Senja hanya tersenyum dan sesekali menyeka air matanya yang mulai merembas membasahi pipi.

"Eh, udah dong jangan nangis terus!" bunda Kartiwi membantu menyeka air mata Senja.

Jay dan Elang menghampiri keduanya. Elang tampak tercengang ketika melihat penampilan Senja. Ia pun mendekat dan menyentuh bahunya.

"Neng Senja cantik banget... Elang jadi pangling, benar nggak a' ?" Elang pun menoleh pada Jay.

Jay mengangguk seraya tersenyum simpul lalu merangkul pundak Senja hingga tangannya bertumpu di atas tangan Elang, dan memandang penampilannya di hadapan cermin yang berdiri kokoh di sana.

"Neng Senja, Aku ucapkan semoga neng Senja selalu bahagia dan menjadi keluarga sakinah, mawadah, warohmah!" Ujarnya.

"Aamiin..." mereka pun dengan serentak mengaminkan ucapan itu, ucapan yang akan menjadi doa terindah bagi pernikahan Senja dan Arjuna.

Rombongan mempelai pria sudah tiba, Arjuna dan kedua orang tuanya kini sudah bersiap di hadapan janur kuning untuk mengikuti sambutan.

Arjuna terlihat sangat tampan dengan pakaian pengantin yang memang sudah disesuaikan model dan warna senada dengan milik Senja.

Jay Pramudya dan Elang lebih dulu menyambut teman-temannya yang ikut bersama rombongan, mereka saling menyapa dan kerap kali tertawa serta saling memuji penampilan masing-masing yang terlihat berpakaian batik semi formal.

"Jay, Neng di mana?" Arjuna bertanya sembari menoleh ke sana ke mari.

"Sedang bersiap, make up-nya sedang dibenerin, soalnya Neng Senja sempet nangis terus dari tadi," ujar Jay.

"Iya, A' bener," seloroh Elang menimpali perbincangan itu.

Arjuna pun tampak gelisah dibuatnya, memikirkan tentang perasaan calon istrinya yang menangis dan belum ia ketahui alasannya.

"Jangan khawatir, itu sudah biasa terjadi. Namanya mau menikah, pasti ada rasa sedih dan terharu, 'kan?" tukas Jay menepuk pundak Arjuna saat menyadari mimik calon pengantin itu.

Arjuna mengangguk, ia lantas tersenyum dengan helaan napas yang lolos beberapa kali. Jay benar, bahwa suka cita sudah menjadi bumbu dari setiap moment tertentu. Apalagi, ini adalah moment spesial bagi dirinya dan Senja yang sebentar lagi akan mengikat janji suci seia sekata, sampai akhir hayat.

Rombongan Lengser beserta penari Galura sedang tampil guna menyambut dan menghibur para tamu. Lengser pun menggandeng Arjuna setelah menyelesaikan beberapa guyonan yang biasa ditampilkan di acara pernikahan.

Pak penghulu sudah menunggu di altar pernikahan, begitupun dengan para saksi dan tamu undangan yang sudah tak sabar ingin menyaksikan momentum sakral tersebut.

Tibalah, kini giliran Lengser yang akan menjemput Senja Prameswari menuju pelaminan.

Dengan balutan kebaya pengantin, riasan bunga melati tertata rapih memenuhi sanggul menjadi ciri khas dari harumnya seorang pengantin.
Gadis manis itu pun kini melangkah dengan penuh hati-hati, dibersamai Lengser, Jay dan juga Elang yang berada di kanan kirinya serta diikuti oleh beberapa teman Senja yang berjalan di belakang. Sementara kedua orang tua dan juga kedua kakaknya yakni Shailendra Parameswara dan Sigit Parameswara, sudah menunggu di altar pelaminan.

Semua mata tertuju pada mempelai wanita, Arjuna tersenyum dengan begitu manis ketika menyambut kehadiran Senja yang sebentar lagi akan resmi menyandang status sebagai istrinya.

Senja kini duduk di sebelah Arjuna, dan keduanya saling memandang penuh kebahagiaan.

Penghulu akan memulai acaranya, hingga para tamu undangan sontak terdiam dalam keadaan tenang. Perlahan prosesi berjalan, lantunan Ijab Kabul selesai dikumandangkan.


Arjuna Senja√Where stories live. Discover now