"Ahahaha, sampe ketemu di sekolah ya Neva." Pamit Bima dengan nada canggung hingga akhirnya benar-benar pergi.

"Cowok aneh." Lirih Neva.

®®®

Audrey meletakkan beberapa makanan yang baru saja ia masak ke meja makan. Lian yang baru saja keluar kamar mandi langsung duduk sambil memperhatikan kakaknya menyiapkan makan malam.

"Kakak kenal sama Bima?" Tanya Lian sambil membasuh rambutnya menggunakan handuk.

"Mesti dong, dia anak yang kakak tolong 8 tahun lalu." Jawab Audrey lalu menuangkan air ke dalam gelas Lian dan dirinya.

"Jadi dia yang waktu itu ketembak?" Tanya Lian lagi.

"Kamu baik-baik sama dia ya, walaupun kadang sifatnya jengkelin dia sebenernya anak baik. Kakak bersyukur banget pas liat dia sekolah." Audrey meneguk segelas air dan mengambil nasi.

"Kalo gitu dulu umur dia 8 tahun, dia kuat di golongan anak-anak. Aku gak bisa bayangin kepala sekecil itu kuat nahan sakit akibat peluru." Jelas Lian ngeri.

"Umurnya 15 tahun."

"Mungkin emang belum ajalnya, besok kakak balik ke kantor lagi. Kemungkinan kakak juga bakal tugas lapangan, kakak gak bisa bertahan di perusahaan Sanjaya. Kali ini kakak beneran keliatan kaya polisi bukan pegawai kantoran." Ucap Audrey yang diberi anggukan oleh Lian.

Profesi Audrey sesungguhnya adalah detektif kepolisian, ia sudah lama menjalani penyamaran. Salah satunya menyamar menjadi pegawai di perusahaan Sanjaya. Sudah 3 tahun lamanya ia mendapat laporan tentang korupsi perusahaan tersebut, belum lagi tentang Kevin Sanjaya yang di duga membunuh orang bahkan menyiksa orang.

Walupun banyak sekali dugaan, ia tidak bisa mendapatkan apapun selama 3 tahun penyamaran bekerja di sana. Puncaknya saat tiba-tiba ia di pecat tanpa alasan jelas, selain itu sebelum di pecat juga ia dan karyawan lainnya di perintahkan untuk tutup mulut tentang perusahaan. Itu membuat Audrey semakin penasaran.

"Telah terjadi penyerangan bersenjata di gedung Sanjaya Corp. Pelaku menembak beberapa karyawan dan berusaha menerobos masuk ke dalam gedung." Audrey langsung berdiri saat mendengar kabar tersebut. Ia langsung mengambil jaketnya dan menelfon seseorang.

"Kakak pergi dulu ya." Pamitnya pada Lian.

Sementara itu, suasana gedung Sanjaya Corp saat ini lebih kondusif dari sebelumnya. Jorji, Bima dan beberapa rombongan pengawal pribadi Kevin Sanjaya baru saja sampai. Mereka di utus oleh Kevin sendiri untuk melihat keadaan di sana. Jorji memerintahkan beberapa di antara mereka untuk menjaga gedung baik itu dari depan maupun belakang. Sementara ia dan Bima akan masuk mengurus pelaku penembakan tersebut.

"Omong-omong jenis pistol apa yang dia gunakan?" Tanya Bima pada petugas kepolisian yang bersiaga di dalam.

"Kalo dari tampilannya jelas revolver berkaliber 44." Jawab salah satu petugas.

"Dia udah kehabisan peluru, lebih baik langsung cari biar gak kabur." Perintah Bima, ia menatap semua orang di sana.

"Kenapa diem? Lo mau pelakunya kabur bang?" Tanya Bima pada Jorji.

"Cepetan cari!" Teriak seorang wanita dari pintu masuk.

"Audrey?" Lirih Jorji.

Semua anggota kepolisian langsung berlarian ke dalam gedung guna mencari pelaku begitupun dengan Jorji dan beberapa pengawal Sanjaya.

Bima SaktiTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon