Bab 14

403 54 5
                                    

❗WARNING ❗
CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.
JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, PERISTIWA ITU HANYALAH KEBETULAN.
HUKUM DALAM CERITA INI FIKSI SELURUH NAMA PEMERINTAH DAN PRESIDEN JUGA FIKSI.
DIMOHON MENJADI PEMBACA YANG BIJAK, JANGAN LUPA VOTE & KOMEN UNTUK MENDUKUNG BUNDALIDIII TERUS BERKEMBANG.

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR

®®®

Melia dan Andara bergegas berlari menuju ruang ICU, mereka segera ke rumah sakit saat mendengar kabar jika Denis jatuh dari gedung. Melia terlihat sembab begitupun dengan Andara. Mereka sampai di depan ruang icu, saat itu juga dokter yang menangani Denis keluar dan menghadap ke mereka.

"Jadi gimana dok?" Tanya Andara.

"Pasien mengalami benturan sangat keras di kepalanya, sejauh ini kami hanya bisa menyimpulkan jika anak ibu mengalami cedera otak dan tulang belakang. Korban akan kesulitan dalam berbicara atau mengingat sesuatu bahkan bisa menjadi pelupa untuk waktu yang cukup lama, dan untuk masalah tulang. Kami anjurkan korban terus berbaring atau menggunakan kursi roda." Jelas dokter

Kaki Melia langsung lemas saat mendengar penjelasan dokter. Ia terjatuh ke lantai dengan tangisannya yang pecah detik itu juga. Andara segera memeluk Melia, mereka menangis bersama.

"Kami bisa melihat kakak saya kan dok?" Tanya Andara yang diberi anggukan oleh sang dokter.

Melia langsung berdiri dan masuk ke dalam diikuti oleh Andara. Mereka terhenti di ranjang tempat Denis tertidur. Hati Andara sangat hancur ketika melihat kakaknya penuh dengan peralatan rumah sakit. Ia berjalan mendekati Denis lalu mengusap punggung tangan Denis yang terbebas dari infus.

"Kak, kenapa lo bisa gini sih? Gue takut kak, lo harus bangun ya? Gue janji bakal beliin lo apapun asalkan lo bangun dan sehat lagi." Ucap Andara sambil menangis.

Sementara itu Melia hanya diam melihat Denis, ia mengusap air matanya lalu melihat ke arah pintu masuk. Melia berjalan ke arah pintu lalu membukanya, ia disambut oleh asisten pribadinya dan Dewi asisten pribadi Andara.

"Percepat penyelidikan, saya tidak mau tau kita harus menangkap pelaku baik dia mati maupun hidup." Perintah Melia. Mereka mengangguk begitu mendapatkan perintah Melia.

"Apa salah anak saya sebenarnya." Lirih Melia sambil menatap Denis.

®®®

Bima saat ini sedang berada di markas, ia sebenarnya hendak pulang ke rumah Adi tapi dipanggil oleh Smith untuk berdiskusi di sana.

"Oke diskusi hari ini adalah tentang alternatif menuju pulau Carnavero. Jadi gue sama Mahesa sempet kesulitan buat nyari jalannya, tapi tuhan masih berpihak sama kita." Ucap Smith.

Bima mengangguk, ia melihat monitor besar di depannya yang sedang memutarkan video pulau Carnavero dan beberapa aktifitas di sekitar pulau.

"Wah, lo bisa masuk cctv mereka?" Tanya Reza nampak terkejut.

"Ini semua berkat bantuan temen Mahesa, jadi sore tadi dia nelpon temennya. Kebetulan pas dia nelpon, temennya ada tugas ke pulau itu buat ngangkut keperluan." Smith melihat ke arah Mahesa.

"Ah, jadi selama beberapa hari ini mereka mulai minta bantuan kapal-kapal di desa sana buat angkutin barang yang gak tau itu barang apa. Kalo kata temen gue sih kayak peralatan medis dan beberapa bahan pangan kayak beras minyak dan masih banyak lagi. Mereka memperkerjakan warga desa bahkan waktu malem aja mereka masih ngangkut barang." Jelas Mahesa.

Bima SaktiWhere stories live. Discover now