Chapter 2 : Salah Paham

41.1K 1.6K 19
                                    

Ruang kelas yang tadinya berisik berubah hening seketika, semua mata tertuju pada Tiffany. Seakan menunggu jawaban perempuan itu, padahal perempuan itu saja masih tidak percaya dengan suara yang ia dengar.


Itu bukan suara Fahry, itu jelas bukan suara milik pria yang disukainya, ia berani bertaruh. Lalu suara siapa? Dengan takut ia menoleh ke belakang, ke arah kursi tempat laki-laki itu duduk.Matanya langsung membulat ketika melihat siapa laki-laki yang dari belakang terlihat seperti Fahry itu. David, sahabat dekat kakaknya.

Astaga ia hanya bisa diam ketakutan, "tapi kak, itu cuma permainan aku sama teman-teman di kelas, kak," ucapnya dengan sedikit terbata-bata.

Laki-laki itu mengalihkan tatapannya, "kalau aku udah bilang kamu harus jadi pacarku, ya harus! Suruh siapa main-main," ucap David dengan tegas sambil melihat ke depan kelas.

"T-tapi kak, maksud aku bukan kayak begitu, saya mohon maaf kak." Ia menundukkan badannya.

"Good Afternoon guys!" Semua terkejut ketika guru sudah masuk ke dalam kelas itu. Tiffany masih mematung menatap laki-laki itu.

"Hey, kok kamu berdiri saja? Tidak mau duduk?" tanya guru itu.

Tiffany menundukkan kepalanya, ia tahu guru itu berbicara dengannya.

"Maaf pak, saya bukan siswi kelas ini." Kemudian ia segera bergegas keluar kelas, dan berlari menuju kelasnya.

Dengan gemetar ia membuka pintu ruang kelasnya, dan langsung berteriak, "gila! Itu bukan Kak Fahry tahu!"

Semua terdiam menatapnya. Tiffany menghela nafasnya kasar, "kalian tahu gak itu siapa? Kok kalian tega sih begini sama aku, huh?"

Semua masih terdiam, dan beberapa ada yang menunduk. Chery melirik ke arah papan tulis yang langsung diikuti oleh Tiffany.

Astaga hampir saja ia melonjak kaget karena melihat sudah ada guru disana.

"Eh, morning Mrs," sapa Tiffany."Afternoon," ujar Mrs membenarkan.Tiffany menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan segera berjalan menuju kursinya."Tiffany, kamu habis darimana? Siapa yang gila?" tanya Mrs yang langsung dijawab kekehan oleh perempuan itu."Anu Mrs, dari kelas Kak Evan Mrs, kakak saya, tapi Kak Evannya gak masuk ternyata, hehe," ujarnya sambil meringis."Anu, anu, sini kamu maju kerjain soal nomor 4!"Tiffany memijat dahinya, kemudian melangkah maju ke depan kelas.

***

"Kak, kenapa tadi gak les?" tanyanya kepada Evan ketika laki-laki itu baru selesai mandi dan menghampirinya yang sedang menonton televisi."Ada turnamen basket di sekolah, tumben amat kamu tau kakak gak les?""Oh, enggak. Kok Kak David enggak ikut turnamen?" "David Andreas?" Evan terheran, karena ini pertama kalinya Tiffany bertanya tentang temannya selain Fahry.

Perempuan itu mengangguk ragu. "Emangnya yang namanya David ada banyak ya?"

"Hm, enggak sih. Cuma aneh aja biasanya kamu tanyanya Fahry. Udah move on ya gara-gara Fahry gak peka-peka?" goda Evan sambil menggoncangkan bahu adiknya.

"Hah, udah gila ya? Ya enggaklah! Aku cuma tanya doang kali gara-gara aku liat dia ada, tapi kakak gak ada. Biasanya kalian kan kayak perangko."

"Oh begitu, dia lagi cidera jadi gak ikut turnamen kali ini," jawab Evan dengan santai."Kalo Kak Fahry kenapa gak masuk kak?" Perempuan itu menggigit bibir bawahnya."Mana gue tahu ah! Emang gue emaknyaa!" Omel Evan kesal, lalu ia meninggalkan Tiffany sendirian.

Perempuan itu menatap punggung lebar Evan sambil mencibirnya, "dasar kakek lampir!"

Sebenarnya ia masih kepikiran soal perkataan David di tempat les tadi, tapi bisa jadi David hanya bercanda saja, jadi mungkin tidak perlu terlalu dipikirkan dan diambil pusing.

David Andreas, teman dekat Evan sejak mereka sekolah dasar. Sejak SD mereka bersahabat dan selalu bersama, oleh karena itu kegiatan yang diikuti David pasti diikuti Evan. Walaupun mereka bersahabat, sikap mereka berbeda 180 derajat.

Sebenarnya David dulu sikapnya tidak seperti sekarang, semua berubah karena suatu hal yang besar.

Namun, Tiffany tidak mengetahui fakta bahwa David sangat terkenal di sekolah bahkan yayasannya. Semua itu karena ia terlalu fokus dengan Fahry.


***

Kini Tiffany sedang berada di kelas, keadaan kelas yang sering sepi karena notabene anak di kelasnya suka nongkrong di perpustakaan, membuat ia terkadang merasa bahwa penghuni kelas ini hanya ada dia dan sahabatnya, Chery.

"Dor." Dengan suara yang menggelegar seantero kelas, Chery mencoba membuat Tiffany terkejut.

"Enggak kaget," sahut Tiffany dengan malas."Kenapa sih Tiff? Kamu masih marah ya sama aku?" tanya Chery dengan khawatir.Tiffany melirik perempuan itu dari ekor matanya, "tau ah aku lagi gak semangat."

"Semalem kamu mau cerita apa di telpon? Maaf semalem aku ngantuk banget jadi ketiduran, hiks." Chery merebahkan kepalanya di atas meja.

Tiffany menghela nafasnya, "kemarin itu bukan Kak Fahry," katanya dengan lemas."Astaga!" Chery terkejut, kemudian tertawa terbahak-bahak. "Kok bisa sih? Lah kamu gimana sudah 3 tahun suka sama dia, tapi gak hafal orangnya?""Bukan begitu Cer, emang bener kata Chika, dari belakang itu mirip Kak Fahry." Ia mengerucutkan bibirnya sebal."Terus siapaa?? Hahaha." Chery masih saja tertawa, ia terlalu jujur. Itu lucu, ia tidak bisa menahan tawanya.

"Kak David," kata Tiffany yang sontak membuat tawa Chery terhenti.

Chery membulatkan matanya, meyakinkan Tiffany bahwa ia salah menyebut nama.Namun Tiffany mengangguk lemas, "makin benci aja aku sama kalian sekelas," ujar Tiffany dengan suara lemas.

"Kak David yang cowok paling ganteng se-yayasan itu?"

Astaga, se-yayasan? Benarkah? Tidak ah, biasa saja. Pikir Tiffany, Fahry masih jauh lebih tampan dibanding David. Tapi tunggu, yang benar sampai se-yayasan, begitu?Chery mengusap bahu Tiffany pelan, "yaudah gak usah dipikirin, nanti main truth or dare lagi aja."

Sumpah ya, Tiffany benar-benar sudah tidak tahan lagi. Ia ingin teriak sekencang-kencangnya. Bukan itu yang ia maksud Chery!!! Untung Chery adalah teman satu-satunya di sekolah.

"I hate truth or dare game," kata Tiffany sambil memijat dahinya."Cer ini bahaya," ujar Tiffany dengan suara sendu."Maksudnya?" tanya Chery penasaran sambil menjadikan tangannya sebagai tumpuan dagu di meja.

"Kak David bilang kalo mulai saat itu aku jadi pacarnya." Tiffany menatap nanar sahabatnya itu.

Chery mengerutkan dahinya bingung. "Lho, kan itu cuma permainan?""Tau tuh. Lagi sih kalian pada kabur ninggalin aku sendirian. Jahat banget!""Bentar bentar Tif..""Kenapa?""Berarti sekarang kamu resmi jadian sama kak David dong?"Tiffany menyipitkan matanya."AH AKHIRNYA TIFFANY TIDAK JOMBLO LAGI," teriak Chery histeris.

Perempuan itu menutup kedua telinganya, untung saja tidak ada orang selain dia dan Chery di kelas.

"Bisa dikeluarin dulu gak toa yang ada di mulut? Kalo ada orang lain denger gimana? Kalo Kak Fahry salah paham bagaimana? Lagian itukan belom tentu bener, terus juga mana mau aku jadian sama Kak David."

Chery tersenyum senang, "mungkin ini jalan buat kamu lupain Kak Fahry yang gak pernah peka. Cobain deh move on, rasanya ah mantap!"

Tiffany tertawa sambil memegangi perutnya.

MY COOL BOY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang