37. BUTUH PELUKAN

428 20 158
                                    

"Ang,"

DOR

DOR

DOR

"ANG, BUKA ANG!"

Sudah sore. Akhirnya ketujuh cowok menggunakan seragam sekolah kembali mengunjungi rumah Anggara. Kecuali Cahya yang masih menggunakan baju kemarin.

'Kenapa tidak Pagi saja mengunjungi nya?' Alasannya supaya orang tua mereka tidak tahu bahwa mereka bolos. Mau tidak mau harus begini caranya.

"Kenapa Lo biarin, Ang ngurung diri?"

"Gue kaga ngerti! Dia diemin gue, Ngun!"

DOR

Langga dan Wira kembali menggedor-gedor pintu kamar Anggara. Berharap cowok keras kepala ini mau membukakan pintu.

"Dobrak!" ucap Wangun.

"Rumah orang, Ngun,"

"Gak peduli gue, kerusakan pintu lebih baik dari pada gue kehilangan sobat gue, minggir." Wangun menyampingkan tubuhnya. Mempersiapkan lengan kekarnya mendobrak pintu Anggara.

Brak

Brak

BRAK

Pintu kamar rusak dan terbuka akibat dobrakan Wangun. Mereka berbondong-bondong untuk masuk mengecek keadaan sahabat yang mengurung diri.

"Ang?"

Sepasang mata itu berkeliling melihat keadaan kamar begitu juga mencari keberadaan Anggara.

"Kok gak ada-"

"Ada!" Cahya berjalan cepat menghampiri Anggara yang tertidur di lantai samping kasur nya.

"Ang, Lo jangan kayak gini, Ang!" Khawatir Cahya langsung duduk di samping Anggara yang tertidur.

"Sial! Lang, beliin gue bubur buat, Ang. Nih duit nya."

"Gue ada uangnya, gue beli dulu."

"Hiks-"

Langga menghentikan langkahnya untuk pergi saat mendengar hisakan tangis seorang Anggara.

"Kemarin gak mau ngomong, sekarang nangis." batin Cahya frustasi.

"Bangun," Cahya membangunkan Anggara secara paksa.

"Lo pucet banget! Kenapa Lo gak nurut sama gue, kita pergi ke dokter!"

"Ang, Lo kenapa?"

"Jangan tanya gue kenapa! Puas Lo semua liat gue lemah kayak gini, ha?!" Anggara menelan tangisannya. Dia terduduk bersandar di kasur. Tangannya terangkat untuk menutupi wajahnya.

"Parah Lo nganggep kita kayak gitu, Ang. Sahabat mana yang bakal puas liat sobat nya hancur kayak gini? Kita khawatir sama lo." Ujar Wangun.

"Ngomong, Ang. Siapa yang berani mukulin lo sampai segininya? Gak biasanya Lo biarin orang mukulin Lo. Itu kebalik!" ucap Abing yang masih heran dengan asal usul luka lebam di wajah Anggara.

Anggara menundukkan kepalanya. Rasanya malu untuk bercerita apalagi dalam keadaan menangis seperti ini.

Dilihat oleh kedelapan sahabat-sahabat nya. Anggara rasa ingin menghilang saja detik ini juga.

"Lang malah bengong!"

"Eh iya, sorry-sorry! Gue berangkat sekarang."

Saat Langga melangkahkan kakinya di halaman rumah Anggara. Ternyata waktu cepat sekali berlalu. Hari pun sudah sore.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang