33. SEKAMAR

620 31 4
                                    

Suasana yang sejuk di pagi hari apalagi sekarang adalah tanggal Favorit para siswa yang tidak broken home. tanggal merah.

Alda membuka matanya saat sudah terbangun dari tidurnya. Matanya berkeliling melihat sekeliling kamar.

"Gue dimana?" Ucap Alda di dalam hati nya sembari bangkit dari rebahan nya.

Seprai hitam motif garis yang sudah pasti ini bukan seprei Alda di rumah. Dia melihat di ujung kasur terdapat asbak, rokok, vipe dan botol-botol bekas minuman yang di pajang.

Menoleh ke sebelah kiri dimana sinar matahari masuk menembus kaca kamar.

Alda menutupi cahaya itu menggunakan tangan karena silau menghalangi akses Alda melihat seseorang yang berada di lantai dengan alas karpet bulu.

"Ha! Jadi gue nginep di rumah Anggara? Gue tidur di kasur Anggara? Satu kamar?" Syok Alda mengingat kemarin malam dirinya hanya berniat menghantarkan Anggara yang sedang mabuk.

Tapi apa yang Anggara perbuat sehingga Alda tertidur di kamar nya.

Alda berdiri, berjalan pelan menghampiri Anggara yang masih tertidur pulas di atas alas karpet bulu.

"Ang,"

Alda mengambil baju Anggara yang berada di samping karpet. "Ang, pakai baju nya. Lo tidur di bawah, emang enggak dingin?"

"Ang,"

"Eunghh.." Anggara yang awalnya tengkurap membelakangi Alda kini membalikkan tubuhnya menghadap Alda.

"Ang, bangun..." Alda menepuk pelan pipi Anggara.

"Ang, pakai baju Lo. Ga sopan Lo gak pake baju. Ada gue, lo-"

"Apa...? Masih ngantuk."

"Bangun, Ang. Anter gue pulang. Gue gak enak kalo nanti Bukde Lo dateng."

"Gak pa-pa, sekalian minta restu."

"Ngapain gue yang minta restu?!"

"Ssstt..." Mata Anggara mengerjap menatap Alda yang duduk. Wajahnya terlihat menatap Anggara yang sedang tertidur dari atas. "Mending bobo lagi, peluk kayak kemarin."

"Mana ada!"

"Umasak lupa, yang?" Tangan Anggara menarik pinggang Alda agar bisa dia peluk atau hanya sekedar ingin menyentuh Alda.

"Ish, Ang! Udah ah, gue pulang nih sendiri! Kalo gak gue bakal telpon temen cowok gue buat jemput gue, terus nganterin gue pulang."

Mendengar ucapan Alda. Anggara pun langsung duduk walau berat hati untuk tidak melanjutkan tidurnya yang masih nyenyak hingga siang nanti.

"Tega. Lo gak mikirin perasaan gue!"

"Lo juga gak mikir kalo ini salah!"

"Ini? Salah? Salah apa?"

"Kenapa Lo biarin gue tidur disini?"

"Lo juga yang mau kan?"

"Kapan gue bilang gitu? Tiba-tiba aja gue udah tidur disini, Lo kasih gue apa biar gue mau tidur di rumah Lo?"

"Enggak ada. Gue gak ada ngasih Lo aneh-aneh." Jujur Anggara. Yang memang dia hanya membiarkan Alda terlelap dalam tidurnya. Tidak ada hal lain yang Anggara perbuat.

"Lo tau kesalahan nya dimana?"

"Enggak, Al." Anggara menatap sepasang mata indah di hadapannya ini. Yang terlihat marah dan mulutnya akan siap-siap menyerocos mengomeli Anggara.

"Cewek gak boleh ke rumah cowok!" Tegas Alda kepada Anggara.

"Lah? Kenapa gak boleh?"

"Gue udah bela-belain nganterin Lo pulang ke rumah karena kemarin Lo mabuk, dan lo biarin gue tidur di rumah lo, sekamar! itu udah salah banget. Gue gak dibolehin kayak gini. Lo bikin gue merasa dosa! Papa sama Mama gue pasti kecewa kalau tau gue tidur di rumah cowok."

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang