13

229 46 4
                                    

《♠️♥️♦️♣️》


"Aku tidak ingin mati karena game ini.. Nona kumohon bunuh aku.."

Valerie mengerutkan keningnya ketika mendengar perkataan si pengejar itu. Tanpa aba-aba Valerie membuka topeng kuda yang masih menutupi wajahnya dengan kasar dan melemparnya asal.

Deg!

Seketika jantung Valerie berhenti sejenak, pandangan di depannya ini membuat ia deja vu. Orang di depannya ini terlihat tengah tersenyum dan menatap dengan tatapan teduh namun sangat lirih. Hal itu sontak membangkitkan memori Valerie yang selama ini telah ia coba kubur.

"Bunuh aku.. Nona kumohon.." Ucap si pengejar dengan nada lirihnya.

Valerie mengepalkan tangannya erat, ia berdiri dan menatap tajam ke arah si pengejar itu yang masih menatapnya dengan tatapan lirihnya.

"Kau ingin mati?" Tanya Valerie dengan tatapan datarnya.

"Bunuh aku.. kumohon.."

"Sial!"

"Jangan menatapku seperti itu sialan!"

"Jika kau ingin mati, maka matilah!" Valerie terbawa emosi, pandangannya seakan menjadi gelap dan tanpa sadar ia benar-benar berniat menghabisi si pengejar.

"Terima kasih dan berhati-hatilah Nona..." Samar-samar Valerie mendengar ucapan lirih dari Si pengejar yang berada di depannya. Akan tetapi ucapan itu sama sekali tidak dihiraukan oleh Valerie. Ia semakin menusuk-nusuk asal badan si pengejar menggunakan belatinya tanpa ampun.

Tidak ada rintihan apapun dari si pengejar, yang ada hanyalah sebuah senyum simpul yang si pengejar itu berikan. Hal itu membuat Valerie semakin gencar untuk menghabisinya. Yang Valerie pikirkan sekarang hanyalah rasa bencinya ketika melihat tatapan memohon dan senyuman itu kepadanya.

Tatapan dan senyum itu serupa dengan seseorang di masa lalu Valerie.

"Kumohon berhenti menatapku dan tersenyum seperti itu.." Ucap lirih Valerie ketika ia melihat si pengejar telah tiada dengan keadaannya yang sangat mengenaskan.

"Maafkan aku.."

• • •

"Aku pulang."

Sunyi.

Tampak seorang gadis menatap bingung ke seluruh penjuru rumah miliknya yang sangat sunyi, tidak seperti biasanya. Biasanya saat ia kembali dari luar, ia akan disambut oleh bibi pengurus rumahnya ataupun paman penjaga rumahnya di depan.

"Kak?"

"Bibi?"

Tanpa rasa curiga, gadis itu hanya mengedikkan bahunya acuh dan segera melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya. Namun, saat ia akan menuju kamarnya, ia dapat mendengar samar-samar suara rintihan dari kamar yang paling ujung.

Gadis itu tampak terdiam beberapa saat, ingin tidak perduli tapi suara itu semakin jelas terdengar di telinganya. Karena rasa penasarannya semakin tinggi, gadis itu segera berjalan mendekati kamar itu.

Let's play in the game [Alice in Borderland] Where stories live. Discover now