01

680 55 1
                                    

《♠️♥️♦️♣️》

Bugh ' Bugh'

"Valerie jangan ragu!" Suara pria paruh baya terdengar menggema diseluruh ruangan yang diketahui sebagai tempat latihan bela diri.

"Valerie fokus!"

Bugh'

Pukulan yang cukup keras, yang dihasilkan oleh pria muda berhasil mendarat diperut gadis yang dari tadi terus menerus dipanggil Valerie.

"Cukup untuk latihan hari ini." Seru pria paruh baya tersebut yang tidak lain adalah seorang guru pengajar ditempat bela diri tersebut.

"Baik Akemi-sensei." Ucap serempak dari murid bela diri yang ada disana, terkecuali Valerie yang masih terduduk dengan mata yang masih menunduk menatap lantai.

"Sean kau sudah meningkat dari hari kehari." Puji pria paruh baya itu terhadap seorang pemuda yang tadi melakukan latih tanding dengan Valerie.

"Terima kasih sensei." Ucap Sean dengan membungkukkan badannya yang diikuti oleh murid lainnya, sebelum mereka membalikkan badan meninggalkan tempat latihan bela diri tersebut.

Ruangan latihan kini hening dan hanya menyisakan dua orang yang saling diam. Yang satu hanya menatap lurus ke depan dan yang satu lainnya masih menunduk menatap lantai.

Seolah muak dengan gadis di sampingnya yang masih diam menunduk, pria paruh baya tersebut yang dipanggil sebagai Akemi itu akhirnya membuka suaranya. "Valerie pulanglah, kau butuh istirahat."

Seakan-akan merasa diusir, gadis yang bernama Valerie itu akhirnya berdiri lalu membungkukkan badannya terlebih dahulu sebelum ia berbalik, mengambil beberapa barangnya lalu melangkah meninggalkan ruang latihan bela diri tersebut.

Namun, sebelum Valerie melangkah lebih jauh lagi, suara berat Akemi terlebih dahulu mengintrupsi pendengarannya hingga membuat ia berhenti melangkah dan berbalik menatap pria paruh baya tersebut.
"Valerie, mandi dan berganti bajulah terlebih dahulu sebelum kau pulang."

Valerie tersenyum kecil mendengar perkataan dari Akemi itu, lalu membungkkukan badannya lagi sebelum ia membuka suaranya. "Nee, Ojisan."

Setelah melakukkan beberapa ritual mandi, kini Valerie terlihat lebih segar dengan pakaian casualnya. Valerie kini sedang bersiap untuk pergi dari tempat latihan bela diri milik pamannya. Namun sesaat ia akan melangkah lagi, suara Akemi menghentikannya kembali.

"Duduklah terlebih dahulu Val." Valerie menurut, sekarang mereka sedang duduk berdampingan sambil melihat ke arah halaman rumah.

"Jangan terlalu memaksakan dirimu Val, pertandingan itu akan mudah jika kau melaksanakkan nya dengan santai tanpa ada tekanan." Akemi mencoba untuk menasihati Valerie, putri dari adik laki-lakinya. Akemi mengetahui mengenai kebiasaan buruk yang selalu Valerie lakukan ketika ingin mendapatkan sesuatu yang ia mau.

Valerie akan melakukkan hal apapun untuk mendapatkannya, tidak peduli itu menyakitinya atau tidak. Sama seperti sekarang, saat Valerie terpilih menjadi perwakilan Jepang dalam pertandingan bela diri yang akan dilaksanakan selama seminggu lagi, Valerie sudah berjuang mati-matian untuk itu.

Terhitung dari ia latihan dengan jadwal sehari bisa sampai tiga kali diempat yang berbeda, salah satunya tempat pamannya ini. Karena itulah yang membuat Valerie semakin drop ketika latihan, belum lagi tekanan yang ia dapatkan karena faktor lain.

"Tapi aku harus menang paman."

"Latihan sekali sehari saja itu tidak cukup untuk pertandingan ini, yang mana ini pertandingan internasional."

Akemi hanya menghela nafasnya berat. Anak ini memang susah untuk dinasehati ketika ia sudah memutuskan sesuatu, hal itu yang membuat Akemi semakin khawatir padanya.

"Untuk apa kemenangan yang hanya menghasilkan tubuhmu menjadi babak belur?"

"Kemenanganmu itu hanya kau gunakan untuk mendapatkan validasi dari ayahmu saja kan?" Sarkas Akemi yang membuat Valerie mengepalkan tangannya erat, menahan emosinya.

"Aku akan pulang paman, terima kasih untuk hari ini." Ucap Valerie terburu-buru dengan kakinya yang mulai melangkah. Namun, lagi dan lagi suara Akemi yang mengintrupsi pendengarannya berhasil menghentikkan langkahnya kembali. Hanya saja, kali ini Valerie tidak membalikkan badannya dan hanya menatap lurus kedepan menunggu apa yang akan dikatakan Akemi.

"Kau memang susah untuk dinasehati Valerie."

"Namun jika terjadi sesuatu hal padaku atau padamu, hanya satu permintaanku."

"Hiduplah untuk dirimu sendiri Valerie, jangan hidup untuk ambisi atau mencari Validasi semata."

"Lagi pula hidup hanya sekali, jika kau mati maka kau akan mati."

"Jadi gunakan hidupmu dengan sebaik-baiknya, yang dapat berguna bagi dirimu sendiri maupun orang lain."

Perkataan dari Akemi tersebut membuat Valerie mematung seperti batu, mencoba untuk memahami dengan menanamkan perkataan tersebut diotak miliknya. Valerie memang pintar, namun berbeda ketika ia dipenuhi dengan ambisi dan obsesi, Valerie akan menjadi gelap mata.

"Aku akan mengingatnya paman."

"Terima kasih." Ucapnya dengan membungkuk ke arah Akemi lalu berjalan menjauhi tempat latihan sekaligus rumah pamannya tersebut.

Akemi hanya melihat punggung putri dari adiknya yang kian menjauh dari pandangannya dengan tatapan khawatirnya. "Aku tahu kau sangat menyayangi putrimu Jean, tapi tak bisakah kau pulang dan melihat putrimu terlebih dahulu?" Monolog Akemi.

"Hahh.. Setelah kepergian Melisa kau menjadi acuh terhadap keluargamu dan menjadi gila kerja, Jean."

_____________________________________________

Minggu, 5 Februari 2023.
Written by [viphantm9]
~ Vien.

Let's play in the game [Alice in Borderland] Onde as histórias ganham vida. Descobre agora