BAB 11

5K 498 8
                                    

"mau sampai kapan terus duduk disana?" Suara Guanlin menyadarkan Jeno dari lamunan nya. Cowok tinggi itu meletakkan satu kaleng cola di depan Jeno.

Hari sudah gelap, tapi Jeno memutuskan untuk pergi ke tempat Guanlin daripada pulang ke rumahnya. Guanlin yang notabene nya tinggal sendirian selalu menjadi tempat mereka untuk berkumpul. Tapi kali ini, tanpa kehadiran Hyunjin.

Jeno memijat pelipisnya. "Taruhan nya nggak bakalan berjalan lancar Lin." Ujar Jeno dengan suara pelan.

Cowok tinggi itu meneguk cola miliknya, punggung nya bersandar pada sofa. Netra hitam nya terus memerhatikan gelagat Jeno yang nampak gelisah akhir-akhir ini. "Ada masalah?"

"Kau tau Lin, Jaemin orang baik. Ide gila yang kalian buat tentu saja akan menyakiti Jaemin kalau dia sampai tau."

"Mikir apa sih? Cuman kita bertiga yang tau."

"Seungmin? Dia tau, kau lupa?" Jeno menelisik teman nya dengan kerutan yang nampak jelas di dahinya.

Guanlin terdiam sejenak. "Dia nggak akan melakukan apapun. Percaya lah."

"Sinting. Seungmin mengancamku, dia menyuruhku buat jadi pacarnya."

"Kok bisa?"

Jeno bersungut-sungut. "Ck. Masih nanya?"

"Terus gimana sekarang?"

"Ya terpaksa aku mengiyakan ucapannya." Jeno menghembuskan napasnya kasar, meremat rambutnya frustasi. "Kau kan tau aku hanya menyukai Jaemin. Bagaimana bisa berpacaran dengan Seungmin untuk masalah ini?"

Guanlin tertawa sembari menepuk punggung teman sahabatnya. "Gila haha. Seharusnya rencana ini jadi jalan terbaik untuk membantumu bisa mendekati Jaemin, tapi malah berakhir begini. Aku minta maaf deh." Lelaki berambut hitam itu terkikik geli melihat Jeno yang seperti ini.

Jujur saja, dia lebih mengenal Jeno di bandingkan Hyunjin. Karena dari kecil mereka sudah berteman, dan hubungan itu terjalin sampai sekarang. Jeno mendengus sebal. "Ahh, aku takut Seungmin melakukan hal macam-macam padanya."

Yang lebih tinggi mengulum bibir bawahnya. "Aku akan membantumu"

"Ck, bantu apa? Hal ini saja malah menjadi masalah untukku."

Guanlin nyengir kuda. "Maaf deh. Oh ya, tumben kau kesini malam-malam? Ada masalah lagi?"

Mendengar pertanyaan Guanlin, Jeno hanya mampu menganggukkan kepalanya singkat. Cowok tinggi itu menghela napas panjang. "Kamar atas seperti biasa."

"Makasih Lin."

"Tante sama Om masih sering berantem ya?"

"Hem, kayak biasa." Jawab Jeno dengan ekspresi malas.

Guanlin mengeluarkan pemantik rokoknya, melihat itu Jeno menatap teman nya dengan tajam. "Kau bilang sudah berhenti?"

"Hal yang udah jadi kebiasaan itu susah buat di berhentikan Jen."

"Halah. Omong doang." Setelah memaki sang pemilik rumah, Jeno memutuskan untuk pergi ke kamar atas sesuai ucapan Guanlin.

Melihat anak itu pergi meninggalkannya membuat Guanlin terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya heran. Asap mengepul dari bilah bibirnya. "Kadang-kadang cinta itu bikin manusia jadi tolol kuadrat."

-

Jaemin merapikan dasi yang menggantung di lehernya, baru saja dia keluar dari rumahnya seseorang melambai dari arah depan. Alis Jaemin bertemu satu sama lain. "J-jeno?"

"Pagi Jaemin! Berangkat bareng ya!" Ucap Jeno di sertai senyum sumringah.

Manik rusanya membulat sempurna dengan senyum kaku yang ia tunjukkan. "S-sejak kapan?"

[ ✔ ] senja tak berwarna . nominWhere stories live. Discover now