21 | Eyes

256 37 3
                                    

Rasa tinggal di dekat perundungmu itu seperti satu atap dengan seorang pembunuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rasa tinggal di dekat perundungmu itu seperti satu atap dengan seorang pembunuh

Apa yang akan kau rasakan?









Apart
•••

***

MONDAY

TOK TOK

Hal pertama yang kudengar adalah ketukan pintu di luar. Entah siapa dia, aku tengah sibuk berkutat dengan piring-piring kotor setelah puas menikmati makanan manis.

Secara terpaksa aku meninggalkan pekerjaan dan menghampiri pintu depan agar bisa mengetahui siapa gerangan yang menganggu waktu damai ini. Tangan basah aku usap asal pada celemek, lalu cepat-cepat melepaskannya sebagai etika agar tak terlalu berantakan saat membuka pintu nanti.

"Aeri, kau sibuk? Ini aku."

Ah, suara sial ini lagi. Suaranya seperti penyanyi fales dalam melantunkan nada-nada. Atau lebih parahnya, seperti ringkikan kuda. Benar-benar memuakkan. Namun, aku tetap membuka pintu untuknya.

Di balik pintu, menampilkan sosoknya. Berdiri datar, tersenyum basa-basi sebagai sapaan. Aku menatapnya dari atas sampai bawah. Apa urusannya sekarang?

"Aku 'kan sudah janji mau membicarakan sesuatu."

Walau malas, aku tetap membiarkannya masuk ke dalam ruangan. Aku harap, telapak kakinya tak kotor dan menambah pekerjaanku untuk membersihkan rumah lagi. Dan, berhentilah menatap seisi apartemenku seperti itu!

Matanya menjelajahi setiap sudut apartemenku. Dia pernah datang ke sini tetapi tak sempat melihat seluruhnya seperti ini. Tak ada binaran kagum, hanya datar melihat setiap sudut seolah memastikan apakah ada barang asing di sekitar.

"Ekhem, ada apa?"

Dirinya tersentak akan teguranku. Matanya mengerjap cepat. "Owh, maaf. Seharusnya aku mengatakan; 'permisi'."

Anggukanlah satu-satunya jawaban hingga dia menghampiri sofa secara mandiri. Aku di dapur seperti biasa menyiapkan air untuk tamu. Di belakang, dia menggoyang-goyangkan kaki, dengan kedua manik mata tetap mengawasi seluruh apartemenku.

Apa maksudnya?

Aku duduk di hadapannya setelah menyajikan satu air, hanya untuknya.

"Kemarin ada laki-laki yang datang ke sini menanyakan dirimu. Katanya, dia kakakmu."

Hal pertama yang jadi reaksi adalah matanya mengernyit serta alis diangkat satu. Kakak? Tunggu, Hyuga sempat bilang dia menemui Suji dan berbicara singkat dengannya. Tapi, dengan kata kakak aku jadi berpikiran lain.

Itu tak mungkin Cobra, 'kan?

"Oh, siapa namanya?"

"Huh, masa kau lupa nama kakakmu sendiri? Katanya sih Tanuma. Itu beneran kakakmu?"

THE MAD DOGWhere stories live. Discover now