Lima Belas

35 11 6
                                    

*

*

*

Julia berdecak kesal, sambil berusaha menahan diri agar tidak terbawa emosi, saat mendengar bunyi ctak-ctak yang begitu mengganggu indera pendengarannya. Ia benar-benar heran di mana letak serunya bermain lato-lato sih? Cuma bola-bola kecil yang saling dibenturkan dan itu mengganggu ketenangan. Di mana letak serunya? Tolong siapapun beritahu Julia!

"Mas, cari tempat lain, yuk!"

"Ke mana?"

"Ke mana gitu kek, yang penting nggak harus denger suara lato-lato."

Julia merengut kesal sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Emosinya benar-benar ingin diluapkan. Ia benar-benar kesal rasanya mendengar bunyi itu. Benar-benar berisik.

"Kenapa sih? Lo masih sensi sama lato-lato?"

"Ya iya lah, Mas, bunyi lato-lato itu berisik banget. Jadi gimana bisa gue nggak sensi?"

Panji terkekeh sambil geleng-geleng kepala. "Padahal main lato-lato itu seru loh, Jul. Lo belum pernah nyoba main aja makanya komen begitu. Kalau udah nyoba gue yakin lo bakal ketagihan."

Julia memutar kedua bola matanya malas. "Sorry, Mas, gue nggak tertarik."

Panji tidak berkomentar lebih, pria itu hanya terbahak lalu mengajak perempuan itu menuju warung tenda dekat kosnya.

"Lagian lo kenapa deh tumben banget main ke kos gue malem-malem begini?"

"Gue mau curhat, Mas."

"Soal? Jangan bilang lo lagi PDKT sama cowok toilet lo?"

Julia berdecak sambil menatap Panji sinis. "Mas, plis deh, jangan sebut dia cowok toilet bisa nggak?"

Panji mengangguk. "Bisa aja sebenernya, cuma masalahnya gue nggak inget namanya." Ia lalu menoleh ke arah Julia.

Gadis itu menghela napas. "Namanya Dewangga. Panggil aja Angga," ucapnya menjelaskan.

"Lo naksir dia?" tanya Panji tiba-tiba.

"Enggak," elak Julia. Perempuan itu kemudian berdecak, "bukan gitu maksud gue. Cuma apa, ya, ah, gue nggak tahu deh, Mas. Bingung gue."

Panji tidak langsung membalas. Pria itu hanya terkekeh lalu menyuruh Julia duduk di salah satu bangku. Sementara dirinya pergi untuk memesan makanan.

"Gue udah makan, Mas. Minum doang aja."

Panji lagi-lagi tidak membalas sambil mengacungkan jempolnya.

Setelah selesai memesan, ia langsung duduk di sebelah Julia.

"Lo belum makan, Mas?"

Panji menggeleng.

Julia mengerutkan dahi heran. "Tumben?" Tak biasa seniornya ini memilih makan malam kalau weekend. Biasanya sih pria ini bakalan memilih makan sore, atau paling telat abis maghrib. Lah ini udah setengah delapan dan baru mau makan? Enggak biasa banget.

"Baru sempet."

"Lo barusan sebelum gue samper lagi nganggur loh, Mas, cuma nontonin bocah main lato-lato doang."

Panji terbahak. "Bukan cuma nonton gue, Jul, jadi juri tahu."

"Apaan sih? Nggak jelas," komentar Julia.

Panji mencibir. "Lebih nggak jelasan lo yang niat banget sampe nyamperin gue ke sini."

"Ya kan gue mau curhat sekalian nanya."

Kali ini Panji tertawa. Tangannya meraih ponsel Julia lalu mengangkatnya agar sejajar dengan wajahnya.

"Lo lupa fungsi benda ini, Jul? Fungsi hape itu buat berkomunikasi jarak jauh, bukan cuma buat update status atau stalking mantan."

After Meet YouWhere stories live. Discover now