Tiga Belas

30 9 5
                                    

*

*

*

*

Julia terpaksa menghentikan suapan basreng pedasnya, yang tadinya hampir menyentuh bibir, saat mendengar suara bell. Antara rela dan tidak rela, ia kembali memasukkan potongan basreng itu ke dalam toples, berdiri sambil menggerutu lalu berjalan menuju arah pintu dengan langkah tidak sabaran.

Iya, tidak sabar dengan tamu yang berani mengganggu me time-nya tengah malam begini. Enggak bisa banget apa nunggu hari esok sampai harus bertamu malam-malam begini.

Mulut Julia mendadak terkunci rapat saat menemukan Dewangga, tetangganya, yang ternyata menjadi tamunya malam ini. Tamu yang mengganggu waktu me timenya. Tapi kalau dilihat penampilan Dewangga yang sekarang, ia rasa tidak bisa dikatakan mengganggu juga sih.

Julia merasa aneh. Penampilan Dewangga sama sekali tidak spesial, cenderung biasa aja, tapi kok kesannya tetap menarik, ya.

Dalam hati Julia berdecak kesal. Kenapa sih enak banget jadi cowok ganteng. Mau gimana aja penampilannya tetep aja kelihatan oke.

Oke, sepertinya Julia sudah mulai melantur.

"Eh, lo, Ngga, gue kirain siapa. Ada apa? Ada yang bisa gue bantu?"

Dewangga meringis malu-malu, sebelah tangannya mengusap tengkuknya sendiri selama beberapa kali. Menandakan kalau pria itu sedang sungkan mengungkapkan niatnya.

Setidaknya itu lah yang Julia tangkap selama hampir dua bulan ini mengenal pria itu.

"Ada apa sih? Ngomong aja kali, kayak sama siapa aja lo."

"Itu.... anu... gue mau pinjem helm boleh?" tanya Dewangga pelan dan juga ragu-ragu.

Julia tidak dapat menahan kerutan di dahinya. Batinnya bertanya-tanya. "Hah? Minjem helm? Buat apaan? Kan Angga punyanya mobil," batinnya keheranan.

"Buat apaan? Sorry, maksud gue, lo kan punyanya mobil. Nggak ada motor, buat apaan minjem helm? Gini, maksud gue kalau semisal lo mau naik ojol, nggak perlu bawa helm sendiri, ntar dipinjemin kok sama drivernya."

Dewangga menggeleng cepat. "Bukan kok, bukan buat naik ojek."

"Terus buat apa?"

"Goreng ikan."

Tunggu sebentar, Julia masih loading.

"Sorry, gimana, Ngga?"

Bukannya menjawab, Dewangga malah menggaruk tengkuknya. Terdengar decakan samar setelahnya, sampai akhirnya ia kembali menjelaskan. "Goreng ikan, Julia. Saya takut sama minyaknya yang nyiprat kemana-mana. Jadi saya mau pinjem helm kamu, kalau boleh."

1

2

3

Pada detik berikutnya, Julia tidak bisa untuk tidak menertawakan penjelasan Dewangga. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, karena setelahnya ia langsung menutup bibirnya rapat-rapat. Kemudian ia buru-buru meminta maaf.

"Sorry, sorry, enggak maksud ngetawain. Sumpah!" ucap Julia bersungguh-sungguh sambil mengacungkan jarinya membentuk huruf V.

Dewangga menggeleng tidak masalah, meski wajahnya sedikit ditekuk. "Jadi gimana, boleh nggak?"

Julia mengangguk cepat. "Boleh kok, boleh. Bentar gue ambilin dulu. Mau masuk dulu?" tawarnya kemudian.

Dewangga berpikir sejenak. Batinnya nampak bimbang, seperti ingin mengiyakan tapi ragu-ragu. Namun, pada akhirnya ia menggeleng.

After Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang