E-10

53 18 17
                                    

Up lagii

Untuk kali ini aku serius ya.
Tolong dong kalo vote jangan asal vote tapi dibaca juga ceritanya, komen juga ya.
Hargai author dengan cara vomment dan baca cerita ini dengan tulus.

Kalau suka sama ceritanya silakan follow authornya jugaa~

Okee, selamat menikmati 😊

*****

Seorang gadis yang berada di ruang keluarga itu tengah memandangi satu-persatu foto yang terpajang disana, dan tiba-tiba saja ia mengernyit ketika melihat salah satu foto yang tampak sangat familiar di kepalanya.

Sebuah foto yang terdapat seorang lelaki yang dibelakangnya ada sebuah pesawat.

Bukan orang di foto itu yang menjadi pusat perhatian Daisy, namun pesawat nya.

Daisy mengambil figura kecil itu.

"Ini kan..."

"Dei," Panggil Harua seraya menghampiri Daisy.

Daisy sontak menoleh pada Harua, lalu kembali menyimpan foto itu. "Eh? Iya, Rua. Kenapa?"

"Ke depan dulu yuk, Ibu gue udah pulang."

Daisy mengangguk. Kemudian Harua dan Daisy lalu berjalan ke ruang tamu.

Disana sudah ada Ibu Harua yang tengah duduk di sofa.

Ibu Harua menoleh ketika merasa ada yang datang menghampiri.

Ia lalu tersenyum dan berdiri. Lalu bersalaman dengan Daisy.

"Halo, Bu. Saya Daisy." Daisy tersenyum pada Ibu Harua.

"Wah, cantiknya." Ibu Harua membalas senyuman Daisy sembari mengelus-elus kepala Daisy.

"Makasih Bu."

Mereka bertiga lalu duduk di sofa itu.

"Daisy kelas berapa?" Tanya Ibu Harua.

"Kelas 12 Bu, sama kayak Harua. Tapi saya kelas IPA 1."

Ibu Harua mengangguk.

"Bu, Rua ke dapur dulu ya, mau ambil camilan." Pamit Harua sebelum berlalu ke dapur.

"Daisy," Panggil Ibu Harua.

Daisy menoleh pada Ibu Harua. "Iya, Bu?"

"Tolong jaga Harua ya selama di sekolah, Ibu takut dia kenapa-kenapa." Pinta Ibu Harua.

Daisy mengangguk pelan. "I-iya Bu."

"Oh iya, saya gak tau Harua udah cerita atau belum, tapi tadi pagi Harua dirundung Bu."

"Hah?!" Ibu Harua sontak menutup mulutnya dengan tangannya.

Daisy semakin mendekat dengan Ibu Harua, lalu mengelus pelan punggung paruh baya itu.

"Iya Bu, maaf sebelumnya. Tapi saya juga kaget, saya baru tau Harua emang suka dirundung sama anak sekelasnya."

"Astaga... Terus Harua gapapa kan, Dei?" Tanya Ibu Harua, mata nya sudah berkaca-kaca sekarang.

Daisy tidak langsung menjawab, ia bingung harus jujur atau tidak. Melihat kondisi Ibu Harua yang histeris ini membuat Daisy tidak sanggup mengatakan kenyataan bahwa Harua terluka.

Karena saat pulang pun, Harua menutupi luka nya dengan poni.

Ya Tuhan aku harus gimana?

"Bu, Dei. Ini camilan nya." Harua datang membawa camilan lalu menyimpannya di meja.

[END] Sepucuk Bunga DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang