E-1

458 46 56
                                    

Awan-awan putih menghiasi langit biru yang sangat cerah karena sinar dari si merah raksasa.

Angin sepoi-sepoi membuat suasana di balkon itu terasa sejuk.

Seorang lelaki menghembuskan nafasnya sembari tersenyum penuh semangat. Ia pun memasuki kamar kos nya setelah bersantai di balkon, lalu duduk di kursi yang terletak disana.

Lelaki dengan mata kucing itu mengambil remote tv yang berada di meja di hadapannya. Kemudian ia menyalakan televisi dan memindah-mindahkan saluran televisi tersebut hingga berulang kali.

Lelaki itu lalu menyimpan kembali remote-nya setelah menemukan tontonan yang ia cari-cari sedaritadi.

'Tok Tok Tok'

Lelaki pemilik mata kucing itu menoleh ke arah pintu dimana suara ketukan itu berasal. Ia pun berdiri kemudian beranjak ke arah pintu.

"Kak Jay!" Sapa lelaki itu setelah membukakan pintu nya. Ia lalu tersenyum penuh kegembiraan kepada lelaki bernama Jay itu. Kemudian menyuruh Jay untuk masuk.

"Pagi-pagi udah kesini, ada apa nih Kak?" Tanya lelaki pemilik mata kucing itu seraya menyodorkan segelas air putih pada Jay yang sudah duduk manis di kursi.

Jay menyeruput segelas air yang dibawakan oleh kawannya itu, lalu menyimpan gelas yang sekarang sisa setengah air setelah diminum tadi di meja.

"Gapapa, kebetulan lewat sini habis beli makan. Kamu udah sembuh?"

"Udah, Kak. Besok hari kedua Jungwon kelas 12, Jungwon ga mungkin izin lagi. Baru juga naik kelas dan belum ngerasain gimana kelas 12, eh malah sakit."

"Gapapa, yang penting kamu harus sembuh, jangan sakit lagi. Walau cuma demam, kamu bikin Kakak khawatir."

Jay pun melihat sekeliling ruangan kecil tersebut. "Udah lama gak kesini."

"Hehe, tenang Kak. Disini gak ada yang berubah sama sekali, jadi kakak ga usah nanya lagi kalo mau ke toilet."

Jay tersenyum sembari mengangguk pelan, kemudian mengelus lembut surai hitam lelaki yang sudah lama ia tak jumpai, temannya yang sudah ia anggap seperti saudaranya ini sangat mandiri.

"Jungwon," Panggil Jay pada lelaki pemilik mata kucing itu setelah puas mengelus surai hitam anak itu.

"Hm?"

"Mulai besok Kakak sibuk, jadi kemungkinan Kakak bakal jarang nemuin kamu disini.. Gapapa?" Jelas Jay ragu.

Jungwon dengan senyum manis nya itu mengangguk penuh semangat. "Gapapa, Kak. Kita kan masih bisa telponan, ga usah sering-sering kesini."

Senyuman tipis terukir di wajah si tampan Jay.

"Yaudah, kita habisin waktu bersama hari ini ya!"

🌼

"Daisy!"

Mendengar suara teriakan yang berasal dari lantai bawah, gadis cantik berambut panjang berwarna coklat itu pun segera menuruni satu demi satu tangga.

"Iya Ma!"

Daisy pun menghampiri Mama nya di meja makan.

"Makan Dei." Bukan Mama yang menjawab, melainkan Papa nya yang sudah duduk manis di kursi makan bersama dengan adik bungsu Daisy di sampingnya.

"Iya."

Mama pun ikut duduk setelah melihat ketiga keluarga nya sudah duduk dan siap menyantap makanan yang sudah disajikan.

"Pa." Panggil Leala, adik Daisy satu-satunya.

"Hm?"

"Lea berangkatnya ga usah di anter ya."

[END] Sepucuk Bunga DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang