Happy Reading
"Na, semangat yaaa. Gue yakin lo bisa lolos seleksi itu, dan bisa mewakilkan sekolah kita. Semangat!"kata Jeje sembari mengancungkan tinju di udara kosong.
Nana mengacungkan jempolnya lantas segera bergegas menuju ruangan tempat kemarin ia di kumpulkan.
Kata-kata semangat dari Jeje membuatnya seolah memiliki energi dan tenaga baru. Ia yakin akan memenangkan seleksi tersebut, dan mewakili sekolahnya di kompetisi bergengsi itu.
Sesampainya di ruangan itu, Nana tak sengaja menjatuhkan pandangan pertamanya kepada Elang. Kalian masih mengingatnya bukan?
Elang menatap Nana dengan tatapan tajam, matanya bagai elang yang menatap mangsa dengan ganas. Aroma persaingan entah mengapa semakin sengit, di tambah dua orang sedang berseteru hebat.
"Sudah kumpul semua?"tanya Rania, guru yang membimbing siswa-siswi tersebut.
"Sudah Bu,"jawab mereka serempak.
"Baik, silakan menempati kursi yang tersedia."suruh Bu Rania.
Mereka pun mengisi kursi yang tersedia, kali ini kursi tersebut berjajar rapi seperti layaknya di kelas.
Nana duduk paling depan, ia ingin pikirannya fokus dan tidak terkecoh dengan hal-hal kecil.
Sedangkan Elang duduk di sebelah Nana, ia juga tidak mau kalah dengan lawannya. Ia berambisi memenangkan seleksi tersebut, serta berambisi untuk menjatuhkan Nana agar tidak lolos seleksi.
"Baik, sudah siap semua?"tanya Bu Rania memastikan siswa-siswinya selalu siap.
"Siap Bu,"jawab mereka serempak.
"Ibu akan membagikan 5 lembar soal tapi kalian jangan mengintip sebelum saya suruh membuka ya."kata Bu Rania tegas.
Bu Rania pun membagikan lembar soal tersebut dengan cekatan. Saat soal tersebut di taruh di meja Nana, ia sama sekali tidak membuka dan menyentuh soal tersebut.
"Baik, silakan di buka soalnya."suruh Bu Rania.
Para siswa dan siswi pun membuka soal tersebut, sebagain dari mereka ada yang langsung mengeluh muak dengan angka. Ada juga yang berusaha meyakinkan diri bahwa badai angka tersebut pasti berlalu, berlalu lalang.
"Saya akan memberikan waktu 2 jam untuk kalian mengisi semua soal tersebut. Soal-soal tersebut sama halnya dengan soal-soal Sains pada umumnya, silakan di kerjakan. Jika waktu habis saya akan, mengambil lembar soal dan jawaban tersebut. Selamat mengerjakan."jelas Bu Rania.
Nana langsung mengerjakan soal-soal tersebut, kali ini ia berkejaran dengan waktu. Ia membuka soal Biologi untuk permulaan serta menjawab beberapa pertanyaan yang di anggapnya mudah.
Kini ia membuka lembaran soal Fisika, materi mengenai Gaya Lorentz. Soal tersebut mampu membuat Nana memarahi soal yang menurutnya menyebalkan itu.
'Heh, soal! Mau lo bergaya apapun itu gue nggak peduli. Tapi kenapa gaya lo itu selalu memusingkan?'gerutu Nana dalam hati.
Tak terasa waktu semakin sempit, banyak coretan angka menghiasi lembar jawaban tersebut.
Nana melihat beberapa coretan bekas hitungannya di lembar kertas kosong yang awal bersih kini menjadi menjadi ruwet.
Garis horizontal, vertikal, diagram, rumus-rumus, dan masih banyak lagi membuat yang melihat harus menahan rasa muak akan angka.
"Baik, waktu habis. Silakan angkat tangannya, dan berhenti mengerjakan. Jika ada yang mencoba diam-diam melanjutkan, saya akan diskualifikasi."tegas Bu Rania.
YOU ARE READING
PERFEKSIONIS [ On Going ]
Teen FictionBagaimana jika 2 orang yang memiliki sifat perfeksionis di pertemukan? Tapi ingat hanya di pertemukan tidak untuk di persatukan. Namanya Nasya Aletta Wardana sering di panggil Nana. Perempuan dingin yang gila akan kesempurnaan bertemu dengan lelaki...
![PERFEKSIONIS [ On Going ]](https://img.wattpad.com/cover/331305467-64-k801484.jpg)