•4•

22 17 31
                                        

"PANGGILAN KEPADA NASYA ALETTA DAN SELFA AYUMA KELAS 11 IPA 1. ELANG ELVANO DAN RANGGA TEDJA KELAS 11 IPA 2. ZEANA DAN LESTARI KELAS 11 IPA 3. DI TUNGGU DI RUANG GURU SEGERA!"

Nana mengkerutkan keningnya, kebingungan. Di pengumuman tersebut namanya di panggil, tapi untuk apa? Apakah ada yang salah dengan dirinya selama di sekolah ini? Atau kakaknya belum membayar SPP sekolah?

"Heh, bengong aja. Lo di panggil tuh, sana ke ruang guru."perintah Jeje menyadarkan Nana dari lamunannya.

Nana mengangguk, ia segera bergegas menuju ruang guru. Temannya yang bernama Selfa yang ia temui di perpustakaan beberapa hari lalu pun tampak tergesa-gesa.

Sesampainya disana Nana langsung memasuki ruang guru. Matanya jatuh pada sosok lelaki yang sepertinya ia kenali, dan ternyata lelaki itu adalah...

"Dunia sempit banget sampe gue harus ketemu lo lagi,"kata lelaki itu.

"Gue juga nggak sudi ketemu cowok kayak lo."balas Nana penuh penekanan.

Benar saja, lelaki itu adalah lelaki yang 2 hari lalu ia temui di toko buku. Kalian tentu mengingatnya bukan?

Seorang guru dengan make up tebal menghampiri siswa-siswi yang ia panggil tadi, "Sudah kumpul?"

"Sudah Bu,"jawab yang lain serempak.

"Ayo, silakan ke ruang sebelah saja ya."kata guru tersebut.

Nana dan siswa-siswi lain pun segera beralih ke ruangan sebelah. Ruangan tersebut berdempetan dengan ruang guru tetapi ruang tersebut lebih luas.

Guru tersebut mempersilakan siswa-siswinya untuk duduk di salah satu bangku yang tersedia. Disana ada 6 bangku melingkar dan satu meja besar di tengahnya.

"Selamat siang semua,"sapa guru tersebut. Kali ini lebih formal dari sebelumnya.

"Siang,"jawab semua.

"Baiklah, maaf mengganggu waktunya. Perkenalkan saya Rania. Saya mengumpulkan kalian disini karena saya akan menyampaikan beberapa pengumuman penting yakni perihal Olimpiade Sains Tingkat Nasional yang akan di adakan 4 bulan lagi. Saya dan para guru telah melakukan riset, untuk mengumpulkan siswa-siswi berprestasi. Akan tetapi kami para guru sebelumnya akan melakukan seleksi terlebih dahulu. Siapa yang layak mewakili kompetisi tersebut? Nah, dari 6 siswa-siswi kami akan mengambil 3 orang yang layak mengikuti kompetisi tersebut."jelas guru bernama Rania tersebut.

Nana tersenyum tipis, akhirnya yang ia inginkan terwujud. Ia sudah lama mendengar Olimpiade tersebut yang akan di adakan 4 bulan lagi. Saat itu ia masih di sekolah lama, berharap ia dan rekannya di sekolah lama bisa mengikuti kompetisi tersebut.

Akan tetapi alur berbelok sedemikian rupa, ia harus pindah dari sekolah lamanya dan pindah di sekolah ini. Tapi, syukurlah setidaknya ia bisa di panggil untuk mengikuti seleksi ini.

"Seleksi tersebut akan di laksanakan besok sepulang sekolah di ruangan ini. Dan nantinya ruangan ini akan menjadi ruang bimbingan untuk kalian yang mewakili kompetisi tersebut."jelas Bu Rania.

Seluruh siswa-siswi yang berada di ruangan itu mengangguk paham, ini adalah kesempatan emas bagi mereka.

"Mungkin itu cukup kalian pahami ya, silakan mempersiapkan seleksi itu dengan baik. Silakan kembali ke kelas masing-masing, dan sampai bertemu besok."kata Bu Rania mengakhiri pertemuan.

Semua siswa-siswi kembali ke kelasnya masing-masing termasuk Nana, ia akan mempersiapkan diri lebih awal.

"Elang 10 menit lagi bel istirahat nih, mau ke kantin bareng gue nggak?"tanya Selfa yang sepertinya akrab dengan lelaki menyebalkan itu.

PERFEKSIONIS [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang